Sedari tadi Aisyah hanya menunduk memainkan jari, berusaha menghindari tatapan Abbas yg dingin. Keadaan angkot yang hanya beberapa orang dan penumpang yang sibuk dengan dirinya masing-masing menambah suasana canggung antara mereka berdua.
"Leher lo gak cape nunduk mulu?" Ujarnya masih menatap lurus Aisyah, gadis itu hanya menggeleng pelan.
"Segitu menakutkannya muka gue, sampe lo gak sudi buat liat gue?" Kesal Abbas lagi yang sedari tadi merasa dicuekin.
"Eh, bukan gitu Bas. Gue gak ada maksud gitu, Emang gak boleh tatap-tatapan, kan? " balas Aisyah membuat cowok itu menaikan satu Alis.
"Tatap-tatapan? Emang mau syuting sinetron alay?" Mendengar itu Aisyah mengulum senyum, membuat Abbas mau tak mau ikut tersenyum.
"Yah maksud gue, jangan kebanyakan nunduk. Liat apa kek, jalanan atau apa gitu." Ujarnya menjelaskan.
"liat gue gitu contohnya," batin Abbas.
"Iya maaf," Abbas ingin membalas namun angkot sudah berhenti tepat di depan rumah mewah membuat mereka beranjak turun.
Aisyah memandangi rumah Kinos dengan sesekali berdecak kagum.
"Ini seriusan rumahnya kinos?" ujar Aisyah masih ragu, Abbas menghela napas panjang dengan mengedikan bahu.
"Ya iyalah Aisyah, terus menurut lo rumahnya siapa?" Mendengar itu cewek itu tertawa renyah sambil menunduk lagi.
Di halaman rumah sudah terparkir mobil dan motor teman-temannya yang lain. Deretan sepatu sudah tertata rapi didepan pintu. Abbas pun nyelonong masuk tanpa permisi karena memang pintu terbuka dan suasana bising dari dalam membuatnya tak merasa sungkan.
"Gakpapa langsung masuk?" tanya Aisyah setengah berbisik.
"Gakpapa," balas Abbas ikut berbisik juga.
"WOI LU BEDUA DARIMANA AJA BARU MUNCUL?" teriak Yudi saat melihat dua insan itu menampakan diri, yang lain yang sedari tadi sibuk menggigit gorengan jadi ikut menoleh dan mengomel.
"Kalian gak pacaran dulu, kan?" Tuduh Yudi sembarang, Abbas menoyor kepala cowok itu kasar.
"Aisyah, diriku dikasarin sama dia!!" Rengeknya manja pada Aisyah membuat Abbas menariknya agar menjauh dari cewek berpipi bulat itu. Bahkan, Asha yang baru memasukan potongan lumpia mendadak tersedak,
Aisyah hanya terkekeh pelan, "Sini syah, makan gorengan. Lo suka yang mana?"
Ajak Nia sudah menyodorkannya berbagai macam gorengan dengan sambal didepannya.
"Gak usah sungkan, makan aja sepuasnya syah. Tenang, Kinos orang kayak kok, jadi bisa dimanfaatin." Kata Asha jujur, membuat Kinos hampir mengumpat.
"Eh mulut lo yah," tegur Eca sambil menoyor kepala gadis itu gemas, Asha hanya menyengir tanpa dosa.
"Tapi by the way yah, kok bisa Kinos kaya? Padahal mah mukanya gak ada cocok-cocoknya jadi orang kaya," Ujar Yudi beropini membuat yang lain mengangguk setuju.
Kinos mendelik kecil, "Kinos melihara tuyul kali," Celetuk Nia asal sambil menggigit kasar bakwannya, Kinos meliriknya kesal.
"Emang kalo melihara gituan bisa, caranya gimana? Kalo jadi kaya mah gue mau." imbuh Asha antusias.
"Kalian mulutnya harus disekolahin kali yah, biar gak bicara ngasal," kesal Kinos tak tertahan, yang lain hanya mencibir.
"Eh b**o, mana ada sekolah buat mulut? Kentara bangat lo begonya." Balas Nia pedas, Kinos melotot tajam tak terima dengan ucapan gadis berambut sebahu itu.
"Lo tuh yang b**o, ngatain gue lagi." Geram Kinos sudah maju ingin menarik rambut Nia, Cewek itu juga sudah maju menjambak kasar rambut Kinos.
"Eh kenapa pada ribut gini sih," Asha berusaha melerai walau tubuhnya kini tenggelam antara dua tubuh jangkung itu.
"Sesama orang b**o itu harus menghargai," kata Asha setenang mungkin.
"ASHAAAAAA,"
"ASHAAAAAA,"
Teriak Kinos dan Nia kompak, Asha yang mendengar itu hanya memasang tampang tak berdosa. Yang lain hanya terkekeh dan sibuk mencolek sambal dengan gorengan.
"Gue nikahin juga nih, ribut mulu." Celetuk Yudi dipojokan sambil mencharger hpnya, disebelahnya Kevin dan Juna sibuk dengan ponsel masing-masing tak minat bergabung. Sedangkan, Rama dan Rani hanya sibuk bergosib ria seakan berada didunianya sendiri.
"Diem lu ampas kopi," tunjuk Nia kesal, kemudian Aisyah menarik pelan gadis itu dan menenangkannya.
Asha sudah tertawa kesetanan mendengar itu, "Kopinya aja udah hitam, apalagi ampasnya," ujarnya disela-sela tawanya, Yudi hanya mengumpat ditempat.
"Receh bangat nih bocah," Faris yang sedari tadi diam hanya menghela nafas melihat temannya itu.
"Coba deh lo bayangin Yudi jadi ampas kopi, malang bangatkan nasibnya," Asha sudah berimajinasi gila.
"Udahan yah bercandanya, sekarang kita mulai aja belajarnya," ujar Aisyah lembut, Abbas mendorong pelan tubuh Kevin yang mendudukan diri di sebelah Aisyah dan dengan sigap ia kini berada diantara Kevin dan Aisyah.
"Lo kayak setan aja yah Bas," kesal Kevin karena didorong tanpa permisi, Abbas mencibir, Aisyah hanya sibuk membolak-balikan halaman buku tugasnya.
"Kok lo ngatain gue setan? Dan satu lagi, mana ada setan sekeren gue?" Celetuk Abbas percaya diri, Kevin mendelik jijik membuat yang lain menatap aneh kearah pemuda jangkung itu.
"Kok gue jijik dengarnya," balas Kevin sudah sedikit menggeser tubuhnya, menjauh dari Abbas.
"s****n lo." Umpat Abbas membuat yang lain tertawa kecil.
Sepuluh menitan mereka membahas soal meskipun terselip kerecehan tak bermutu dari Asha, Eca dan Kinos.
"Eh sekarang Abbas mainnya mulus yah, udah berani dekat-dekat sama Aisyah." Goda Yudi sambil memainkan alisnya, Abbas mendecih kecil.
"Kevin mah udah ketinggalan jauh, udah ditikung Abbas. Gak berbakat lo Vin kalau masalah tikung-menikung," mendengar celetukan Juna yang tiba-tiba membuat yang lain terkekeh.
"Apasih, Abbasnya aja tuh yang ngegas. Gue mah mainnya slow tapi tepat sasaran," balas Kevin tersenyum simpul, Abbas mendelik kemudian melirik cowok itu tajam.
Aisyah yang tak paham lebih memilih fokus pada bukunya, "Aisyah, lo milih siapa diantara Abbas sama Kevin?" tanya Eca, Abbas menoleh sempurna pada cewek disebelahnya. Menunggu reaksi Aisyah yang sudah bergerak kikuk.
"Eh." balas Aisyah kaget, tak menyangka akan mendapat pertanyaan begitu.
"Menurut gue yah Aisyah pasti pilih Kevin, karena Kevin itu penyayang sama lemah lembut. Kalo Abbas mah jahat, kejam tak berperikemanusiaan," ujar Yudi sudah drama, Abbas mendecih kesal.
"Kalau ada yang halal ngapain milih yang haram," balas Abbas tenang dengan menatap Aisyah disebelahnya yang hanya menganga.
"WADAAAAAWWWWWW," ujar Eca, Asha, Nia, Yudi dan Kinos kompak.
"Maksudnya Kevin yang halal gitu?" Goda Yudi sambil menyengir tanpa dosa, Abbas mencibir sembari melempar buku miliknya kearah pemuda itu.
Kinos dengan sigap menghindar, "Yud, lo tau definisinya setan gak?" Tanya Abbas membuat yang lain memgkerutkan kening.
"Apa emang?" Tanya Yudi penasaran.
"Lo."
"Heh mulutnya yah Bas," ujar Yudi sambil memasang muka sok ngambek.
"Bas, kenapa malah ngomong kasar sih?" Tegur Aisyah disebelahnya.
"Yang penting gue gak kasarin lo lagi," kata itu lolos keluar dari mulut Abbas membuat teman-temannya mencak-mencak gemes. Aisyah lagi-lagi hanya mengerjap.
"Jomblo bisa apa," tutur Asha sudah sedih.
"Maaf kalau gue sering jahatin lo, mulai sekarang gue akan 180 derajat berubah buat lo." ucap Abbas tulus, Aisyah meneguk ludah sesaat.
"Karena gue gak mau bikin tulang rusuk gue bengkok," tambahnya lagi, kali ini dengan senyuman termanisnya.
"KYAAAAAAAAAAAAA" Teman-temannya sudah berteriak kesetanan.
"Aduh Abbas frontal amat yah sekarang," celetuk Kinos.
"Tancap gasnya bro, gue dukung dari belakang." Tambah Juna ikut nimbrung.
"Gue jadi kasian sama Kevin yah, gak ada yang dukung." Sedih Nia bersandiwara.
"Mak lampir dasar," yang lain hanya tertawa keras.
Aisyah hanya ikut terkekeh pelan, tak menanggapi serius. Karena ia yakin Abbas dan Kevin hanya bermain-main saja. Lagipula Laki-laki yang baik gak akan mengajak perempuan yang ia sayang pacaran.
Note :
Pertama, walaupun ucapan Nia bernada bercanda tapi tetap aja gue jabarin yah heheh. Melihara tuyul itu termasuk Syirik dan Musyrik atau menyekutukan ALLAH, dan itu termasuk salah satu dosa yang tidak bisa diampuni ALLAH.
Allah subhana wata'ala berfirman yang artinya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa
yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar," (An-Nisa :48).