“Aya!”
Keanu, Hanna dan juga Rangga berteiak memanggil-manggil nama Vitaya yang tadinya Keanu turunkan ditengah jalan, perasaan ketiganya semakin kacau saat hujan turun semakin deras.
“umi sebaiknya tunggu didalam mobil saja!” Rangga memberikan payungnya dan segera mengantar Hanna kearah pirker mobilnya. “biar Rangga dan Keanu yang mencari keberadaan Aya.”
“cari dia nak! Kasihan Aya.”
Rangga mengangguk dan segera menutup pintu mobilnya.
“lo cari disebelah sana! Dan gue akan cari kesebelah sana.”
Keanu mengangguk dan segera berlari membelah derasnya hujan, mengabaikan suara gemuruhnya petir dan juga kilat yang menyambar-nyambar diudara.
“Aya! Aya lo dimana?” Rangga terus saja berjalan menyusuri jembatan penghubung kota dan desanya. Fikirannya mulai berkelana, ia sempat berfikir yang tidak-tidak saat melihat betapa derasnya air yang mengalir dibawah jembatan. Air berwarna coklat legam dan laju air yang begitu deras membuat siapapun yang melihatnya bergidig ngeri. “lo jangan berfikir yang aneh-aneh Aya! Gue janji kalau lo baik-baik saja gue akan perlakuakn lo layaknya seorang ibu yang tengah mengandung anak gue.” Janji Rangga dalam hati.
Sekelibat bayangan wanita yang tengah berdiri diatas jembatan layang membuat Rangga menghentikan langkahnya, menyibak air yang mengalir diwajahnya. Menajamkan pandangannya, menatap lurus wanita berambut pendek yang tengah menggunakan pakaian yang hampir sama dengan pakaian yang biasa Aya kenakan.
“Aya.” Rangga berlari kencang menuju wanita itu dan segera meraih tubuh wanita itu agar turun dari atas pembatas jembatan. “lo gila!” dengan nafas menderu Rangga memeluk erat tubuh Aya yang menggigil. “lo kenpa? Kenapa lo bisa berbuat nekad seperti ini.”
Aya yang mulanya hanya terdiam menatap kosong hamparan luas air sungai kini mulai mengalihkan pandangannya, menatap Rangga dengan tatapan sengit penuh arti. Mata merahnya seolah mengatakan jika dialah penyebab kehancuran hidupnya, pria arogan inilah yang membuatnya ingin berbuat nekat. Mengahiri hidupnya demi kebahagiaan wanita lain.
“tidak sadarkah jika semua ini karena perbuatan kamu?” gumam Aya lirih sembari menahan tangisnya. “lepaskan.”
“tidak! Gue tidak akan pernah lepasin lo.” Rangga masih memeluk erat tubuh Aya.
“jika kamu masih mempertahankan saya, kamu sendiri yang pada ahirnya akan terluka, kamu tidak akan bisa bertahan dalam situasi sulit ini. Jadi biarkan saya yang memutuskan.”
Rangga tidak perduli, meski ia pria yang tergolong sangat tegaan namun hati kecilnya tidak bisa membiarkan Aya, gadis yang tidak bersalah mengahiri hidupnya karena sikap keegoisan keluarganya. Rangga memopong tubuh Aya, mengabaikan teriakan wanita itu. Rangga terus berjalan tanpa menghiraukan ucapan dan sumpah serapah Aya terhadap dirinya, yang terpenting sekarang adalah Aya bisa pulang dengan selamat begitu pula calon bayinya yang ada didalam kandungan wanita itu.
Aya berhenti berteriak dan menangis saat Rangga berhasil membawanya masuk kedalam mobilnya dan disana sudah ada Hanna yang menangis tersedu sambil memeluk Aya erat.
“maaf! Maafkan nyonya Umi, Aya!”
Aya masih diam membisu, bak wanita yang tidak bernyawa. Aya menatap kosong kearah depan tanpa ada keinginan menatap Hanna yang terus menangis memeluknya. Hati Aya membeku, air matanya seolah mengering dan sepertinya Aya harus kembali menghadapi kenyataan hidupnya. Aya harus kembali menjadi wanita cadangan untuk kelangsungan kebahagiaan keluarga lain.
Keanu datang dengan nafas terengah, ia menatap Aya sekilas lalu segera masuk kedalam mobilnya dan menghidupkan mesin mobilnya mengabaikan Aya yang terus memandang pergerakannya.
Pada ahirnya Keanu harus menyerah pada pilihannya, demi kebahagiaan sang umi dan juga Aya, dia juga harus ikut andil dalam masalah ini. Keanu harus memutuskan yang terbaik diantara yang terbaik lagi.
“sial!” Keanu mengumpat kesal sambil memukul-mukul pelan kemudinya.
“kenapa lo?” Tanya Rangga heran saat melihat sang adik yang terus-terusan mengumpat kesal.
Keanu hanya menatap sekilas Rangga lalu kembali fokus kejalanan. Setengah jam berlalu pada ahirnya mobil mereka sampai didepan kediaman keluarga Hadi Jaya, kediaman megah dan luas yang membuat Aya tertekan setiap harinya.
Disana tengah berdiri Sanni, ibu Aya yang setia menunggu kedatangan anaknya dengan tangis yang masih menyelimuti kelopak matanya.
“Aya.” Seru Sanni sambil berlari menghampiri anaknya dan segera memeluknya erat. “maafkan mak Aya.”
Aya masih tetap diam dan pada ahirnya diamnya teralihkan saat melihat air mata ibunya. “harusnya Aya yang minta maaf mak.”
Sanni menggeleng.
Keanu mengusap bahu Sanni dan berkata. “cepat bawa masuk Aya, mak! lalu biarkan dia bergabung dengan kami dimeja makan. Banyak hal yang ingin kami bicarakan mak.”
Sanni mengangguk dan segera menuntun Aya kekamar yang sudah disediakan keluarga Hadi Jaya untuk anaknya. Perasaan ibu mana yang tidak terluka saat melihat kondisi anaknya yang tertekan dan tidak bahagia, namun terlepas dari itu semua. Sanni tidak bisa berbuat apa-apa karena baginya keluarga Hadi jaya lah yang bisa membahagiakan putrinya kelak. Terlihat pada Hanna yang selalu menyayanginya dan juga Hadi Jaya yang selalu memperhatikan tumbuh kembang Aya dari kecil hingga dewasa.
Keanu melangkah kearah kamarnya, begitu juga Rangga dan juga Hanna melakukan hal yang sama, sebentar lagi ayahnya datang dari luar kota dan mereka harus sudah berkumpul untuk membicarakan semuanya dengan baik-baik, mencari solusi yang tepat dan juga bagaimana caranya agar Aya tetap bahagia dalam posisinya saat ini. Aya tidak boleh stress dan tertekan, karena jika itu terjadi. Bayi yang ada didalam kandungannya akan terpengaruh, tentu saja itu tidak baik.
“duduklah nak. Mak mau siapkan teh hangat untuk mu dan keluarga den Rangga.”
Aya mengangguk, senyum sumringahnya sudah menghilangkan sedikit kegelisahan ibunya, namun itu tidak berlaku untuk Aya, karena senyum sumringahnya hanya kedok semata, untuk mengelabui ibunya. Aya tidak ingin ibunya tertekan karena perbuatan nekatnya.
“lo udah baikan?” Tanya Rangga dengan nada halusnya.
Aya menatap sekilas Rangga lalu mengangguk, tidak lama Keanu dan juga nyonya besarnya ikut serta duduk dimeja makan, menyapa Aya dengan senyum ramahnya.
“apa kamu sudah agak enakan Aya?”
Aya mengangguk mengiyakan pertanyaan nyonya besarnya.
“wah! Sepertinya abi disambut dimeja makan ini?” celoteh sang ayah yang baru saja datang dari luar kota.
“abi” Hanna berdiri dari duduknya lalu menyalami sang suami dan mengambil alih tas kerja sang suami. “abi makan dulu atau mandi air hangat dulu?”
Hadi menggeleng. “makan dulu saja, setelah makan Abi mandi terus tiduran lebih enak.”
Hanna mengangguk. Semua sudah berkumpul dan Hanna terlihat lebih sibuk karena melayani Aya dan juga suaminya sedang kedua anaknya memandang Aya dengan raut wajah berbeda-beda.
Rangga memandang iba sedang Keanu memandang dengan perasaan bersalah karena membiarkan Aya keluar dari dalam mobilnya tadi.
Ditengah-tengah acara makan malam tiba-tiba saja Keanu memecahkan keheningan. “Keanu akan menikahi Aya.”
Seketika Rangga dan juga sang ayah tersendak mendengarnya.
“apa yang kamu katakana Kent?” Tanya Hadi.
“saya akan menikahi Aya, abi.”
“abi Tanya kenapa kamu tiba-tiba ingin menikahi Aya?” pria berwajah tampan berjas hitam itu mengeryitkan keningnya dalam, mencoba mencerna kembali ucapan anaknya.
“Keanu mencintai Aya dan Kent tidak ingin Aya hidup dalam penderitaan.” Jelas Keanu dengan gentelnya.
Rangga terdiam, dia tidak ingin berkomentar terlalu jauh, meski terasa ada cubitan kecil dihatinya. Rangga masih tetap diam tidak berkomentar. Perasaan tidak rela menyelinap didalam dirinya, namun kembali lagi kepada Aya yang memutuskan. Harusnya ia bersyukur ada adiknya yang rela berkorban demi keturunannya dan juga demi wanita yang selamanya akan ia anggap sebagai wanita Rahim titipan. Sikap pengecutnya tidak mampu memilih dan memutuskan bahkan Rangga juga tidak bisa melihat istri sahnya terluka karena ide bodoh keluarganya. Ada dua hati yang harus ia jaga, keluarga besarnya dan juga istri sahnya.
Terlalu pengecutkkah dirinya? Atau terlalu bodohkah dia?