“untuk apa lo datang kesini?” Angga menarik tangan Andela agar menjauh dari ranjang Aya. Andela berdecih sambil tersenyum sinis menatap Angga. “tentu saja gue mau lihat benih gue juga donk!” ujarnya dengan tidak tahu malunya. Angga menghela nafas kesal, dia juga mengertakkan giginya menahan rasa kesal dan juga marah, bagaimana bisa dia setega itu, padahal dia juga wanita. Harusnya dia ada sedikit rasa iba, setidaknya rasa kasihan. Saat jahitan sang ibu belum mengering, dia dengan entengnya ingin melihat bayi yang dia akui sebagai benihnya juga? Angga benar-benar tidak habis fikir, bagaimana bisa dia begitu menyukai wanita tidak berhati macam ini? Wanita berparas bidadari berhati iblis. “sejak kapan lo ada benih disini?” kesal Angga, andai saja tidak ada pengacara itu mungkin Angga su