Setelah kejadian malam setelah membali sate bersama, kini setiap malam Angga mulai memperhatikan keinginannya dan bocil, Aya semakin heran dengan sikap Angga, setiap hari pria itu tidak pernah absen menanyakan keadaan perutnya dan juga keadaan dirinya. Entah menelfon atau sekedar menggedor pintu kamarnya, setelah mendapat jawaban dia akan melangkah pergi begitu saja, dan pagi ini tepatnya pukul tujuh pagi, Angga memilih untuk menemaninya sarapan dan menawarinya untuk ikut bersamanya kepabrik setelah itu kekantor. Bukankah itu hal yang aneh? “mau ya! Biar gue nggak jenuh nih kerjanya.” Rengek Angga. Tentu saja rengekan Angga membuat Aya menarik sudut bibirnya. “biasanya kerja sendiri nggak masalah. Aya hari ini—“ “Ada jadwal cek up?” potong Angga. Aya menggeleng. “lalu?” “Aya