When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Kamu dari Ancol?" tanyanya menyelidik. "Tepatnya dari rumah Dena, mengantar si kembar pulang." jawabnya tegas. "Bersama dia?" "Tidak, aku bawa mobil sendiri ... Entah kebetulan atau tidak, tadi siang kami bertemu di gelanggang samudra." Mata keduanya berlaga, menyelidik hingga ke kalbu. Ada kejujuran terukir indah pada sinar mata itu. Bryan balik menoleh Dave, berkacak pinggang. Sebuah senyum kemenangan terselip di bibirnya. "Kau terlambat, Dave! Aku satu langkah di depanmu!" Nadira melirik lelaki itu, Blank. Entah apa yang ada di kepalanya, yang jelas ia cemas ke dua lelaki itu baku hantam. Lihat saja, gestur keduanya seakan siap menyerang. Ah, dasar lelaki, apa tidak bisa bicara dengan kepala dingin? Nadira waspada tingkat tinggi, melihat Dave dan Bryan berdiri hanya berjarak s