Karena Aku Manusia

1072 Words
Julie dan juga pria yang dia tolong kini sedang bersembunyi di belakang tong besar hingga mereka semua tidak bisa melihatnya. Julie gemetar dengan wajah pucat pias sedangkan pria yang dia tolong melihatnya dengan tatapan dingin. “Berlebihan sekali, bigini saja takut,” ucap pria yang telah Julie selamatkan hidupnya dengan wajah tanpa dosa. Melihat kearah pria itu dengan tersenyum kecut, “Kamu saja takut mangkanya minta tolong aku,” jawab Julie tidak kalah nyinyir. “Diam!” ucap pria itu dengan nada suara penuh penekanan. “Mereka semua sudah pergi, aku akan pulang kerumahku dan kamu sebaiknya pergi kerumah sakit sendiri saja, lagi pula jika di lihat dari cara kamu mengatai diriku sudah bisa di pastikan rasa sakit kamu ini tidaklah parah,” ucap Julie dengan sibuk memperhatikan semua pria berjas hitam yang telah menghilang dari sana, bahkan dua pria yang sudah tidak bernyawa tadipun telah menghilang entah kemana. Julie merasa ada yang aneh setelah ucapannya tidak ada jawaban, dengan malas Julie mengalihkan pandangannya kearah pria tersebut, mata Julie langsung membulat dengan begitu sempurna ketika mengetahui jika pria itu ternyata sudah tergeletak di tanah dengan tidak sadarkan diri. “Bagaimana ini, apakah dia mati?” tanya Julie pada dirinya sendiri. “aku tidak bisa membiarkan dirinya seperti ini, aku harus membawanya kerumah sakit,” imbuh Julie. Julie keluar dari persembunyiannya dan melihat ada dua orang pria yang kebetulan sedang lewat sana, Julie meminta bantuan mereka untuk membawa pria asing ini kerumah sakit. Kini pria itu sedang di rawat oleh dokter, selang beberapa waktu dokter yang bernama Salsa keluar dari ruangan dimana pria asing itu di rawat, “Anda bisa masuk sekarang, pasien sudah sadarkan diri dan dia ingin bertemu dengan anda,” ucap dokter tersebut dengan tersenyum tipis. “Terimakasih Dok,” sahut Julie singkat. Setelah Dokter Salsa pergi, Julie langsung masuk kedalam ruangan pria yang telah dia selamatkan tadi. Julie melihat pria tersebut sedang berbaring di atas ranjang pasien dengan beberapa luka yang sudah di balut oleh perban dan pria itu juga sudah mengenakan baju rumah sakit ini. Manik mata biru milik pria itu bertemu dengan manik mata caramel milik Julie keduanya saling beradu pandang entah apa yang sedang di pikirkan oleh keduanya saat ini hanya mereka dan juga tuhan yang tau. “Aku merasa lega melihat kamu sudah mendapatkan perawatan,” ucap Julie setelah dia berdiri di hadapan pria tersebut. “aku akan segera pulang dan kamu jangan kuatir tentang biaya rumah sakit sebab aku sudah membayarnya,” imbuh Julie. “Kenapa kamu mau repot menyelamatkan aku?” bertanya dengan wajah datar. “Karena aku manusia.” Setelah berbicara Julie langsung keluar dari ruangan tersebut sedangkan pria asing itu hanya bisa menatap kepergian Julie dengan menarik salah satu senyumannya. Rumah Julie. Julie sudah terlambat 3 jam pulang kerumah bahkan ini sudah lewat jam makan siang. Wanita itu masuk kedalam rumah dengan tergesah-gesah sampai dia melupakan bajunya yang masih terkena cairan kental berwarna kemerahan dari pria yang dia tolong tadi. “Untung saja tidak ada orang,” ucap Julie lirih dengan menghembuskan nafas lega, dia semakin mempercepat jalannya masuk kedalam dapur namun langkah kakinya terhenti karena ucapan seorang wanita. “Kamu habis dari mana saja! Berani sekali kamu bermain dengan pria lain sampai tidak membuatkan aku makan siang.” Setelah berbicara Tante Audry langsung menjambak rambut panjang Julie dari belakang sampai gadis itu mendongak keatas melihat langit-langit ruang tamu rumah ini dengan terpaksa. “Tante. . .sakit. . . aku mohon lepaskan,” renggek Julie dengan menahan nyeri di bagian kepalannya. Melihat baju Julie yang terkena cairan kemerahan, “Kamu habis bertengkar dengan siapa, Hah? Jangan sampai aku terkena masalah karena kecerobohan kamu,” teriak Tante Audry tepat di samping telinga Julie sampai membuat telinga gadis itu berdengung. “Saya tidak bertengkar, Tante. Saya tadi hanya sedang menyelamatkan seorang pria yang terkena musibah,” jelas Julie. Dia berharap jika ucapannya saat ini bisa membuat Tante Audry melepaskan dirinya tapi yang terjadi sepertinya tidak demikian. “Kamu sok baik banget ya! Pakai membantu orang lain segala, jika orang yang kamu bantu ternyata penjahat bagaimana? Aku tidak mau terkena musibah besar jika sampai kamu menyelamatkan seorang mafia atau sejenisnya, ” Tante Audry melepaskan kasar rambut Julie. “Ma. . maafkan saya Tante,” ucap Julie dengan wajah tertunduk. “Sekarang kamu cepat masuk kedalam kamar dan bersihkan tubuh kamu itu, dan setelah itu kamu buatkan saya makan siang,” ucap Tante Audry dengan nada suara lantang. “jangan buat saya menunggu lama,” imbuhnya lagi setelah Julie berjalan satu langkah. Julie hanya diam tanpa menjawab sembari mempercepat langkah kakinya. Di rumah sakit. “Tuan muda,, maafkan saya karena terlambat mengetahui akan hal ini,” ucap Leo yang merupakan Asisten dari Alfredo Bash. Pria yang di kenal kejam dalam dunia bisnis. Leo berusia 32 tahun. Memiliki wajah datar dan dia adalah orang pertama yang akan melindungi Alfredo Bash dengan nyawanya sendiri. Tadi Leo terlambat datang karena Alfredo yang menyuruhnya untuk tetap tinggal di dalam perusahaan untuk menghandle meeting penting yang sedang berlangsung. Alfredo Bash tidak pernah mau muncul ke publik jadi tidak heran kalau semua orang begitu asing dengan sosoknya dan hanya orang tertentu saja yang bisa melihatnya mungkin saja Julie merupakan salah satu orang yang beruntung tersebut. Semoga saja apa yang sedang aku pikirkan ini benar. Alfredo Bash, seorang pria berusia 27 tahun dengan ciri fisik. Rambut hitam ikal, berkulit putih dengan manik mata biru dan juga tinggi badan sekitar 175 cm berkulit putih dengan hidung mancung. Dia adalah putra dari Alzra Bash seorang pria yang paling berpengaruh di dunia bisnis hubungan ayah dan anak itu tidak terlalu baik. “Habisi semua orang yang berani menyentuhku dengan atau tanpa tangan mereka sendiri!” perintah Alfredo adalah titah bagi siapa saja yang sedang mendengarkannya jadi tidak akan ada yang berani untuk membantah ucapannya. “Nanti malam saya akan melakukannya,” sahut Leo cepat. “ini adalah kalung milik gadis yang menyelamatkan nyawa anda tadi, dia sudah membayar semua biaya rumah sakit dan menjadikan kalung ini sebagai jaminan," jelas Leo sembari memberikan kalung dengan liontin bunga mawar merah itu pada Alfredo. “Ternyata gadis kecil itu tidak berbohong.” Bicara dengan wajah datar. “Sepertinya dia gadis yang baik,” ucap Leo jujur tanpa mengurangi rasa hormatnya. “Cari tahu di mana tempat tinggalnya, aku harus memberikan imbalan besar karena dia telah menyelamatkanku!” perintah Alfredo. Alfredo tidak pernah suka berhutang budi dengan siapapun seperti contohnya sekarang ini. “Baik Tuan muda,” sahut Leo.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD