Part 7

824 Words
Pukul 7 pagi Mira pamit kepada Bu Sari. Akhirnya Mira menyetujui rencana ibunya untuk pura-pura kabur menghindari pertemuan dengan rekan bisnis ayahnya yang akan dijodohkan dengannya. Haji Rahman tidak mengetahui kepergian sang anak karena ia masih berada di Masjid. Pria itu biasanya akan tiba di rumah tepat pukul setengah enam pagi. "Umi, Mira pamit ya." Mira memeluk sang ibu. Terlihat raut sedih di wajahnya. "Hati-hati ya kalau udah sampai Garut neng telpon Umi!" Sang ibu melepas kepergian anak gadisnya. Wanita itu pun hampir meneteskan air matanya. "Iya Mi." Ternyata Mira hendak pergi ke Kota Garut selama dua hari. Awalnya ia mau menginap di rumah saudaranya di Bandung. Tapi setelah dipikir-pikir nanti abahnya akan lebih mudah mencarinya. *** Di terminal Garut, Nisa sudah menunggu kedatangan sahabatnya itu. Ia ditemani seorang gadis cantik bertubuh tinggi langsing seperti model. "Teteh apa kabar? Nisa kangen banget." Gadis itu memeluk Mira erat. Nisa masih berada di Garut karena liburannya masih panjang. "Teteh juga kangen sama Nisa." Mira  sangat merindukan Nisa. "Kenalin ini keponakan Nisa dari Jakarta namanya Talitha." Nisa memperkenalkan gadis cantik itu. Dilihat dari penampilannya sepertinya dia orang kaya. "Hai Kak." Sapanya ramah sambil tersenyum manis. "Hai. Aduh panggilnya teteh saja ya." Mira yang orang sunda asli lebih suka dipanggil teteh " Baik teh Mira." Ujar Talitha. " Nah gitu kan lebih enak didengar." seru Mira. Ketiga gadis itu meninggalkan terminal dan melanjutkan perjalanannya menuju rumah Nisa. Letaknya sekitar satu jam lagi. Mira menikmati perjalanannya. Kali ini mereka menggunakan mobil yang dikendarai Talitha. "Talitha Kamu udah kuliah?" Mira mengakrabkan diri. Kelihatannya Talitha memang bersahabat. "Baru mau masuk. aku ambil kedokteran UNPAD." jawab Tata alias Talitha "Oh. Hebat" Seru Mira kagum. Tak terasa mereka pun tiba di sebuah Desa dengan pemandangan yang sejuk walaupun tidak sesejuk Ciemoh kampung halaman Mira. Mira baru ingat ia harus mengabari ibunya. Ia mengambil ponsel di dalam tasnya. Ia lalu mengirim pesan. "Mi, Mira udah nyampe Garut." *** "Umi, Si Neng teh kemana masa udah siang begini belum pulang juga." Haji Rahman menunggu kedatangan anak bungsunya. "Tadi pamit mau ke pasar. Mungkin mampir kesana kemari." Bu Sari memulai aktingnya. Ia mengarang cerita. "Sana telepon atuh . Abah khawatir. Masa sih ke pasar sampai 3 jam." "Iya Bah." Bu sari mengambil ponselnya dan berpura-pura menelpon. "Ga aktip Bah. Sigana mah lowbet " Bu Sari juga seolah cemas. "Neng Mira, kamana kamu teh. Nanti siang kan Den Herman mau ke sini." Pak Rahman tampak gelisah menunggu kedatangan putrinya. **** "Sudah sampai...." Seru Nisa Ini adalah kali pertama Mira berkunjung ke rumah Nisa. Mobil berhenti di pekaranga sebuah rumah besar dengan pekarangan yang luas. "Assalamualaikum." Nisa mengucap salam saat berada di depan pintu. "Waalaikum salam." Seorang perempuan dengan kerudung ungu berusia 40an menyambut kedatangan 3 gadis cantik itu. " Mah, ini kenalin Teh Mira yang sering Nisa ceritain." Nisa memperkenalkan Mira kepada wanita yang ternyata ibunya. "Apa kabar Tante?" Mira menyapa ramah sambil menyalaminya. "Alhamdulillah baik. Kamu Mira yang dulu satu kost sama Nisa kan. Ayo masuk..." Wanita itu mempersilakan masuk. "Kamu pasti cape. jam berapa dari sana?" Ibunya Nisa bertanya lagi. "Jam 5." "Ya udah atuh kalian istirahat dulu ya. Mamah ambil dulu air minum." Mamah Nisa pergi ke dapur, kembali lagi dengan membawa teh dan sepiring brownis. "Silakan" "Makasih." Perjalanan yang cukup lama hampir 4 jam membuatnya lelah. Entah berapa potong kue yang dihabiskan Mira. *** Setelah makan siang, tidur siang dan mengobrol Sekitar pukul empat sore ketiganya sudah mandi dan rapi. Nisa pamit kepada ibunya. "Kita mau ke mana?" Mira menanyakan tujuan keberangkatannya. Tadi Nisa hanya mengatakan mau jalan-jalan. "Ke rumah Bapa Nisa," jawab Nisa. Mira baru ingat kalau ibu kandung Nisa itu istri ke dua ayahnya. Entah bagaimana ceritanya yang jelas ayahnya Nisa tidak tinggal serumah dengan ibunya. Jarak rumahnya tidak terlalu jauh cuma 15 menit saja. Rumah ini lebih besar dari rumah tadi. Boleh dikatakan rumah termewah di kampung itu. "Assalamualaikum." Nisa mengucapkan salam. Tampak seorang wanita paruh baya memegang selang. Ia sibuk menyiram rumput dan tanaman yang tumbuh di sekitar halaman rumah. Mira ingat wanita itu kan ibu tirinya Nisa yang pernah berkunjung ke kostan. Dulu Mira menyangka itu adalah neneknya Nisa. "Waalaikum salam. Kamu sama siapa?" Jawab wanita itu. Berbeda dengan ibunya Nisa yang lemah lembut. Wanita itu tampak galak dengan suaranya yang keras. "Ini teman Nisa Mih." Nisa memperkenalkan Mira. Ketiganya mencium tangannya penuh hormat. "Bawa Masuk temannya. Sebentar ya Amih nyiram tanaman dulu." Ibu tiri Nisa masih terus sibuk. Nisa memanggil ibu tirinya dengan sebutan Amih. Sementara ibu kandungnya dipanggil Mamah. "Apih mana?" Nisa menanyakan ayahnya. "Di Pabrik," jawabnya pendek. "Oh.." "Tata kamu malam ini tidur di sini!" Perintah wanita tua itu. "Iya. Ni.. Siap" "Papa kamu juga lagi di Bandung. Besok sepertinya ke sini," ujar Wanita berusia 60an itu. Sebelum Tata masuk menyusul Nisa dan Mira. Mira memperhatikan gerak gerik wanita itu lagi. Sepertinya ia sosok ibu tiri yang galak. Wajahnya judes dan tampak tidak ramah. Terlihat angkuh dan cuek. Beda sekali dengan Mamahnya Nisa **** TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD