When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Dengan cepat Marcello menghapus lelehan air asin yang menyembur dengan lancang di pipi Alya. "Hei... kenapa kamu berkata seperti itu? Kenapa kamu malu?" tanya Marcello sambil mengulum senyum. Alya menghela napas kemudian menjauhkan wajahnya dari Marcello. Ia kembali menunduk dalam lalu berucap, "Aku malu karena dulu aku berbohong padamu tentang suamiku. Aku hanya ingin menutupi aibnya dari orang lain, itu saja. Karena aku merasa semua itu bukanlah hal yang patut diceritakan ke siapa pun," ungkap Alya, ia menggigit dalam bibirnya sendiri—rasa malu yang teramat kini tengah menghinggapi. Marcello terkekeh pelan antara merasa lucu bercampur iba. "Dulu aku sudah pernah bilang, bukan, kalau kamu seperti sedang berusaha menyembunyikan lukamu dari orang lain," ujarnya dan langsung menda