When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Tuan Irawan membeku—kebingungan harus menjawab apa. Dalam hal yang satu ini beliau memang sengaja menyembunyikannya terlebih dahulu. Takut bila Marcello melakukan hal yang tidak diinginkan. Akan tetapi, beliau berusaha setenang mungkin lantaran tidak ingin Marcello curiga. "Orang suruhan Kakek belum memberi informasi," jawabnya singkat dan terkesan menggantung bagi Marcello. Marcello mengerutkan keningnya seraya bertanya, "Benarkah? Benarkah orang suruhan Kakek belum memberi kabar?" Menatap sang kakek penuh selidik. Sebab baru kali ini anak buah kakeknya bekerja lamban, biasanya selalu bergerak cepat dan memberikan informasi yang akurat. Tuan Irawan menggeleng samar, antara merasa berat sekaligus hati-hati. "Belum." sahutnya. Beliau lantas berdiri dan berjalan ke arah jendela