"Selama ini aku begitu mencintai dan memujanya. Aku bahkan rela menentang kedua orang tuaku demi hidup bersamanya. Tapi balasan yang ku terima justru berupa racun yang dapat membunuhku kapan saja." Lelehan air asin mengalir tanpa permisi di pipi Alya, meratapi nasibnya yang malang lantaran sebuah penghianatan. "Tiga tahun aku menikah dengan laki-laki itu dan selama itu pula aku menggantungkan hidupku bersamanya. Berharap kami akan bahagia walau tanpa restu orang tuaku." Alya mengusap wajahnya yang telah dibanjiri air mata.
Baru kali ini ia terbuka dan secara terang-terangan mengatakan kepada Marcello tentang kehidupan rumah tangganya. Alasannya—tentu saja karena merasa sudah tidak tahan lagi dengan semua perilaku Galih selama ini. Marcello orang kedua yang Alya pilih sebagai teman unt
