Pesta Piyama

1099 Words
Universitas Valley of Art Tidak terasa satu semester telah berlalu, kehidupanku sangat sempurna semua keinginanku dengan mudah aku dapatkan, dimanjakan oleh kedua orangtuaku membuat aku sedikit sombong, selalu mengatakan apapun yang ada dipikiranku tanpa memikirkan perasaan orang lain. Meski begitu aku tidak segan menolong seseorang jika membutuhkan bantuanku. Aku tidak pernah mencari masalah atau menyiksa seseorang yang tidak bersalah. Aku hanya menggunakan kekuasaan atau nama besar orang tuaku saat diperlukan saja, tidak pernah menggunakannya untuk menghina atau membully orang lain tanpa alasan. “Indeks Prestasiku hanya 3” Keluhku lemas menatap nanar hasil belajarku. “Sudahlah baru semester 1, masih banyak waktu memperbaikinya” Hibur Anastasia. Stefany mendapatkan 3,5 sedangkan Anastasia mendapatkan angka sempurna yaitu 4, sebenarnya angka 3 termasuk baik, namun berhubung Stefany dan Anastasia berada jauh di atas angka 3, Aku menjadi bad mood, aku juga tidak menyangka bahwa aku sangat kompetitif. Entahlah sepertinya ada yang salah dengan otakku, Mom bilang aku menyukai fashion, namun saat aku mempelajari design. Otakku sepertinya menolak, pada saat memadupadankan warna, otakku hanya memilih warna hitam, abu tua dan navy. Aku harus belajar extra agar semester depan bisa mendapatkan hasil lebih baik. “Ibu dan Ayahku akan pergi ke luar negeri selama satu minggu, bagaimana kalau kita piyama party di rumahku?” Tawar Stefany dengan menggebu-gebu. “Bukannya di rumahmu masih ada kakakmu?” Tanyaku malas. “Aku bisa mengusirnya” Jawab Anastasia kejam. “Adik durhaka” Anastasia mencibir. Aku dan Stefany pernah mengunjungi rumah Anastasia beberapa kali, rumahnya sangat sederhana, awalnya Anastasia malu dengan kondisi rumahnya, namun Aku dan Stefany tidak pernah memperlihatkan wajah tidak nyaman selama di rumahnya, membuat Anastasia dan ibunya tenang dan tidak segan menerima kami sebagai tamunya. Anastasia dan Stefany pun sering berkunjung ke rumahku, tentu saja Mom sangat senang, selama 19 tahun tidak ada temanku yang pernah menginjakkan kakinya di rumah kami. Mereka yang pertama. Mom sampai menyewa koki untuk menyambut mereka, padahal mereka ke rumahku hanya untuk mengerjakan tugas kelompok. Kami sudah tidak canggung lagi karena masing-masing orang tua kami sangat menyayangi kami bertiga, mereka sangat senang melihat persahabatan kami. “Ayolah, Ayah dan ibuku pasti senang kalian menemaniku saat mereka di luar negeri” Pinta Stefany dengan mata memelas.. “Aku akan meminta izin kepada Mom-mu Jen, dan kepada Ibumu juga Anastasia” Ucap Stefany percaya diri. Apapun yang diinginkan Stefany harus didapatkan, Stefany memang dibesarkan di lingkungan seperti itu, menjadi putri kesayangan dari keluarga kaya raya, menjadikannya sedikit keras kepala, namun beruntung dia tidak pernah kekurangan kasih sayang orang tuanya, sehingga dia tumbuh menjadi gadis baik hati ceria dan energik. Entah apa yang dikatakan Stefany sehingga Mom dan ibu Anastasia mengijinkan kami menginap di rumah Anastasia. “Anastasia, akan ku jemput kau jam 5 sore” Ucapku pada Anastasia Anastasia hanya mengangguk mengiyakan. Kediaman keluarga Dimitri “Welcome to my house” Ucap Stefany dengan senyum sumringah “Ini bukan pertama kali kami berkunjung ke rumahmu” Ucapku malas Anastasia hanya menggelengkan kepalanya, Stefany langsung menyeret kami ke dalam kamarnya. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan Arsen, kakak Stefany. “Selamat sore kak Arsen” Ucapku berbarengan dengan Anastasia “Oh hai, selamat sore gadis-gadis cantik” Balas Arsen “Ini si pintar Anastasia kan? Dan si cantik Jenny?” Tebak Arsen sambil menyunggingkan senyum terindahnya Kami berdua hanya menyunggingkan senyum sambil mengangguk ringan “Playboy Internasional sedang beraksi, jangan mengganggu gadis-gadis polos” ucap Stefany sinis “Aku heran mengapa Gadis cantik dan pintar seperti kalian betah berteman dengan gadis barbar seperti dia?” Arsen bertanya pada kami dengan sungguh sungguh. Stefany pun menjitak kepala kakaknya, kami hanya menonton adegan pertarungan sengit antara kakak beradik sambil menggelengkan kepala, Aku dan Anastasia adalah anak tunggal, sangat menyenangkan melihat interaksi kakak beradik ini. “Kakakmu sangat menyayangimu” Ucap Anastasia. “Kau bilang Arsen dengan kelakuan seperti itu sangat menyayangiku?? Kau gila” Sembur Stefany. “Aku dan Anastasia adalah anak tunggal, jujur saja, aku cemburu padamu Stefany” Jawabku jujur. Anastasia menganggukkan kepalanya tanda setuju. “Coba saja hidup dengannya seminggu saja, kalian masih waras saja sudah bagus” Cibir Stefany. “Apakah boleh aku meminjamnya selama satu minggu??” Jawabku dengan tatapan nakal “Kau menyukai kakakku?” Tanya Stefany serius. “Kenapa tidak? Kakakmu tampan, pintar, mudah bergaul dan tampaknya sangat ramah” Jawabku jujur. “Tidak, tidak boleh. Aku hanya takut kau disakiti oleh kakakku, bukan aku tidak mau kau menjadi iparku, tapi kalau kalian nanti putus, kau akan marah padaku karena aku adik si b******k itu” Stefany tiba-tiba menjadi sedih. “Hey hey, aku hanya bercanda. Aku tidak menyukainya sampai menginginkan dia menjadi kekasihku” jawabku. “Bukankah kau tau, kalau aku pemuja laki-laki tampan” Tambahku. “Pembohong!” Cibir Anastasia “David, Nick, dan Jhonson menurutku mereka semua tampan, namun mereka semua ditolak dengan cara mengenaskan olehmu” Tambah Anastasia Ya, memang benar banyak laki-laki yang mengejarku, Aku cantik dengan tubuh proporsional, pakaianku selalu terlihat mahal dan berkelas, berasal dari keluarga terhormat. Tidak ada laki-laki yang mampu menolak pesonaku. Di antara kami bertiga, akulah yang sering memberi harapan palsu kepada laki-laki. Berpura-pura bersikap ramah, memanfaatkannya sampai bosan, saat laki-laki itu mengungkapkan perasaannya aku tolak dengan berbagai cara. Jahat? Mungkin, tapi itu salah mereka sendiri mengapa rela menjadi b***k cintaku, selama bisa ku manfaatkan, mengapa tidak? membuatkan tugas untukku, membelikanku makanan saat aku malas keluar kelas, mengumpulkan materi pelajaran, mencari bahan di perpustakaan, menggantikan jadwalku membersihkan ruang praktek dan pekerjaan-pekerjaan remeh lainnya. Entahlah, sepertinya aku berbakat dalam memanipulasi orang lain, menyuruh orang lain melakukan sesuatu, mempermainkan emosi mereka serta handal dalam komunikasi bahkan negosiasi. Sampai aku berfikir untuk keluar dari jurusan design dan masuk jurusan hukum atau psikologi. Anastasia tidak ingin menjalin hubungan dan hanya fokus dengan pendidikan, karena dia adalah murid penerima beasiswa dia harus mempertahankan prestasinya. Mungkin juga karena belum menemukan laki-laki yang cocok dengan hatinya. Sedangkan Stefany, bukannya tidak ada laki-laki yang menyukainya, hanya saja laki-laki yang menyukai Stefany harus berhadapan dengan Arsen. Hingga saat ini, belum ada yang berani berhadapan langsung dengan Arsen. “Mereka hanya cocok untuk dijadikan teman” Kilahku. “Apa kau tidak takut mendapat karma?” Tanya Stefany. “Kau menyumpahiku?” Ucapku malas. “Jenny, apakah aku boleh bertanya sesuatu padamu?” Tanya Anastasia sungguh-sungguh. “Tentu saja” Jawabku. “Kalian telah mengetahui masa lalu,latar belakangku, dan kita juga telah mengetahui latar belakang keluarga Stefany, namun aku masih penasaran denganmu Jenny, sebagai sahabatmu, aku merasa aku tidak tahu apa-apa tentangmu, selain kau anak orang kaya dan ibumu sangat baik” Ucap Anastasia sungguh-sungguh. “Kami tidak akan memaksamu, berceritalah saat kau ingin bercerita” Ucap Stefany.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD