7. Hati-Hati Ada yang Melihat

1300 Words
Grize mengikuti Dave yang berjalan memasuki lift. Sekarang pria itu terlihat sangat berbeda. Sebelumnya penampilannya mungkin terlalu formal, tapi sekarang dia tampak jauh lebih santai. Ini jelas keluar dari yang semestinya. Grize pikir dia diminta datang ke kantor untuk melakukan suatu pekerjaan. Namun, si Dave ini tidak melakukan apa-apa, hanya sekadar datang ke kantor saja. Dia menghela napas. Baiklah, lagipula ini memang akhir pekan. Seharusnya dia juga tidak pergi ke kantor. Grize mengikuti Dave hingga berakhir di basement lalu berhenti di depan mobil yang kemarin dipakai oleh Dave. Grize masih ingat tentang bagaimana mereka mengalami sedikit konflik di jalan raya. Memalukan. Saat Grize sedang sibuk dengan pikirannya, Dave berucap, “Aku tidak ingin membantumu dengan cuma-cuma.” “Jadi?” tanya Grize. “Jangan berpikir untuk membawa saya ke h0tel lalu bermalam di sana.” Dave mendorong Grize hingga bersandar ke mobil. Dia menekan bahunya sedikit ke belakang, “Kenapa kau masih bersikap formal denganku, hm?” “Karena saya hanya seorang bawahan. Bukankah begitu?” Dave mengerutkan keningnya. Kemudian dia menatap bibir Grize yang dipoles dengan warna merah muda, sangat cocok dengan tone kulitnya. Dia jadi teringat dengan cium4n singkat kemarin. Dengan wajah yang masih acuh tak acuh, Dave mendaratkan sebuah ciuman lagi di sana. Kali ini bukan ciuman singkat seperti kemarin. Dia merasa penasaran dengan rasanya. Kedua mata Grize langsung melebar. Diam-diam dia meremas jas yang dipegangnya. Perasaannya menjadi tegang dan ... sedikit gugup? Sialan! Padahal dia sudah sering dicium oleh banyak pria, tetapi kenapa sekarang dia harus gugup? Itu pasti karena Dave adalah atasannya. Iya, kan? Dengan cepat Grize mendorong Dave hingga pria itu melangkah mundur. Dia memberi peringatan dengan penuh penekanan, “Hati-hati jika ada yang melihat.” “Manis,” komentar Dave sambil mengusap sudut bibirnya sendiri. Dia menyeringai lalu berjalan memasuki mobilnya, meninggalkan Grize yang masih termangu. “Cepat masuk!” perintah Dave yang merasa sedikit tidak sabar. “Emm.” Grize hanya bergumam tidak jelas. Sungguh, dia masih sedikit terguncang. Aneh sekali. Tidak biasanya dia seperti itu. Grize membuka pintu belakang dan hendak melangkah masuk, tetapi Dave segera berkata, “Duduk di depan. Kau pikir aku sopirmu?” Akhirnya Grize menurut. Setelah duduk dan memasang sabuk pengaman, mobil segera melaju dan keluar dari basement menuju tempat yang tidak diketahuinya. “Itu berarti kau tidak keberatan jika hanya ada kita berdua, kan?” Tiba-tiba Dave memecahkan keheningan. “Maksudnya?” Grize tidak mengerti. Dave sering kali berbicara dengan aneh, singkat dan tidak jelas. Itu benar-benar membuatnya harus berpikir dua kali sebelum menjawab. “Lupakan.” Grize hanya menggerutu di dalam hati. Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Setelah itu dia mendengar suara dering ponsel. Itu bukan miliknya, itu ponsel Dave. Pria itu memperlambat kecepatan mobil sebelum mulai menjawab telepon, “Jangan berisik! Sebentar lagi aku sampai.” Setelah hanya mengatakan itu, Dave langsung menutup telepon. Sungguh pria yang kejam. Mobil meluncur di jalanan selama beberapa menit dan akhirnya sampai di sebuah kafe. Kelihatannya itu kafe yang berkelas. Ya, itu bukan hal yang aneh mengingat Dave adalah pria kaya. “Tunggu sebentar,” ucap Dave yang langsung diangguki oleh Grize. Awalnya Grize pikir pria itu akan pergi sendirian. Ternyata bukan seperti itu. Dave berjalan memutar sebelum akhirnya membukakan pintu untuknya. “Kuharap kau bisa berperan dengan baik,” bisik Dave. Tindakan dan ucapan itu benar-benar membuat Grize terkejut. Dia tidak tahu apa maksud Dave. Peran? Apakah maksudnya peran sebagai seorang asisten yang baik? Salah. Kenyataannya Dave malah merangkul pundak Grize, sebelum akhirnya melingkarkan lengan ke pinggangnya. “Kau ....” Grize menatap Dave dengan mata melebar. Mulutnya terbuka tanpa bisa berkata-kata. Sementara itu Dave tidak menjelaskan apa-apa. Dia membawa Grize masuk kafe dengan posisi yang canggung seperti itu. Wajahnya tidak mengalami perubahan. Seolah apa yang sedang terjadi adalah sesuatu yang alami. Otak Grize yang biasanya pintar sepertinya berubah menjadi i***t sejak bertemu Dave. Apa yang sebenarnya pria itu rencanakan? Tiba-tiba Grize melihat seorang wanita yang menatapnya penuh amarah. Barulah dia menyadari apa yang sedang terjadi. Oh, jadi seperti itu. “Dave, kau ....” Wanita yang terlihat seumuran dengan Grize menatap Dave dengan mata penuh kekecewaan. “Apa sekarang akhirnya kau mau menunjukkan selingkuhanmu?!” “Bukan, dia adalah kekasihku,” jawab Dave. “Aku tidak percaya!” Wanita itu menggelengkan kepalanya beberapa kali. Kemudian dia beralih menatap Grize. “Jadi kau wanita sialan yang sudah merebut Dave dariku?!” Grize berdehem. “Merebut? Maaf, aku tidak tahu apa yang sedang kau katakan,” ujar Grize tanpa merasa bersalah. Kemudian dia menyandarkan kepalanya ke bahu Dave. “Aku hanya tahu kalau pria tampan ini adalah milikku,” lanjutnya dengan suara yang renyah. “Dasar jalang! Tidak tahu malu! Begitu bangganya kau menjadi orang ketiga?!” Wanita yang masih belum diketahui namanya itu memaki Grize dengan penuh emosi. Penampilannya yang berkelas menjadi hancur oleh kata-katanya yang buruk. “Katakan sekali lagi dan aku akan menghancurkan bisnis ayahmu,” ancam Dave dengan wajah datarnya. Wanita itu langsung menjadi kaku. Wajahnya benar-benar mengekspresikan ketidaksenangan. Namun, sepertinya dia tidak berani memaki Grize lagi. Wanita itu hanya bisa berkata, “Aku pikir kau menyukaiku, Dave. Aku mengikutimu jauh-jauh dari New York sampai ke sini dan hasilnya ....” “Aku tidak menyukaimu,” sambar Dave dengan jujur yang tentu saja membuat wanita di depannya itu semakin sakit hati. “Dan kita tidak pernah menjadi sepasang kekasih,” sambung Dave. “Seharusnya aku tahu itu. Dari awal aku yang selalu mengejarmu, tapi nyatanya kau sama sekali tidak pernah melihat ke arahku,” ucap wanita itu dengan mata berkaca-kaca. “Meskipun begitu aku masih tidak percaya kalau kalian ini adalah sepasang kekasih,” imbuhnya dengan sedikit provokasi. Dia sudah sangat mengenal Dave. Pria itu kadang bisa menjadi begitu m***m dan kurang ajar. Namun, di sisi lain dia juga pria berhati dingin yang sangat sulit untuk mencintai seseorang. Dia tidak percaya jika Dave memiliki seorang kekasih jarak jauh yang tidak pernah diketahui olehnya. “Aku tidak butuh kau untuk percaya,” kata Dave. Grize tersenyum. “Benar, lagi pula bagaimanapun hubungan kami, sepertinya hanya kami yang tahu. Orang asing tidak perlu peduli,” timpal Grize dengan santainya. Memang. Hanya dia dan Dave yang tahu bahwa semua ini hanyalah sandiwara. Dave mengangkat sudut alisnya setelah mendengar kalimat Grize. Kemudian dia berkata, “Namun, jika kau benar-benar penasaran, aku tidak keberatan untuk membuktikannya.” Seringaian muncul di bibir Dave. Dengan gerakan yang natural dia menunduk untuk menyambar bibir Grize lalu melumatnya dalam-dalam. Grize sedikit melebarkan matanya. Lagi-lagi dia dibuat terkejut dengan ulah Dave. Ingin sekali dia meninju pria yang sudah mengambil kesempatan dalam kesempitan ini. Sayangnya tidak bisa. Saat ini dia sedang berakting untuk membantu Dave. Supaya nantinya pria itu balas membantunya dengan benar. Tanpa sadar Grize telah hilang dari pikirannya. Kelopak matanya terkulai ke bawah. Hal itu membuat Dave menyeringai dan memperdalam lilitan lidahnya. Mungkin ada beberapa orang yang melihat mereka, tapi siapa yang peduli? Wanita yang ternyata bernama Ester itu melihat semuanya tepat di depan mata. Benar-benar tidak tahu lagi harus berkata apa. Mungkin memang tidak ada kesempatan lagi baginya. “Baik! Kalau begitu aku tidak akan mengganggu kalian!” Ester membuang wajahnya dengan kasar lalu melangkah pergi. Wajahnya menjadi muram. Lihat saja nanti. Dia tidak akan membiarkan ini berlalu begitu saja. Masih di dalam kafe, Grize mendorong Dave menjauh. Dia telah kehabisan napas dan ini memang harus segera diakhiri. “Ini ... adalah yang terakhir, Dave. Jangan pernah memanfaatkanku lagi!” Dave menatap Grize dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Kemudian dia duduk di kursi yang berada tepat di sampingnya. “Memanfaatkanmu? Tidak.” Grize mengatupkan mulutnya. Jika dia berada terlalu lama di dekat Dave, ada kemungkinan sikap anggun yang sudah lama dia pelajari akan segera lenyap. Bagaimana tidak, pria itu entah kenapa terlalu menjengkelkan untuknya. Mungkin karena terlalu tidak terduga dan semena-mena. Mari kita lihat bagaimana ini akan terus berlanjut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD