chapter 4 ♥~ (^3^)~ (^.^)~

1658 Words
Celia masih menatap wajah suaminya yang kini menyetir mobil menuju tempatnya bekerja. "Kau memberikan bunga mawar ini untukku, padahal sudah banyak hadiah ulang tahun pernikahan kita," ucapnya dengan memeluk sebouqet bunga yang diberikan suaminya, Samuel. Samuel masih tersenyum ketika mendengar perkataan istrinya, tangan kirinya menggenggam tangan Celia dengan menciumnya lembut, "Setiap hari adalah hari pernikahan kita, Celia. Aku selalu mencintaimu." Celia hanya tertawa pelan dengan perkataan suaminya, suaminya memang selalu hangat dan romantis, bagi Celia suaminya adalah sosok yang sempurna walaupun dirinya seringkali membuat suaminya marah, tetap saja rasa sayang dan cintanya tak pernah berubah. "Kau selalu romantis seperti ini, siapapun wanita yang melihatnya pasti iri jika kau selalu memanjakanku seperti ini," ucapnya dengan suara lembut di sisi Samuel, Samuel yang mendengar perkataan istrinya hanya tersenyum dengan melirik ke arah Celia sesekali. "Kita sudah sampai, aku tidak ingin melihatmu kelelahan, kau menyukai bekerja di sini karena pemandangannya yang indah, nanti setelah pulang bekerja aku akan menjemputmu," ucapnya kembali dengan menatap wajah istrinya. Celia menaruh kembali bunga yang di berikan suaminya di jok kursi mobil, "seharusnya kau memberikan bunga bouqet mawar ini ketika kita berada di rumah, jadi aku bisa menaruhnya di dalam vas bunga. Kemarikan keningmu, kau harus semangat bekerja." Samuel menuruti perkataan istrinya dengan mendekatkan wajahnya di dekat Celia, Celia memegang kedua pipi suaminya yang kini berada dengan jarak dekat. Setelah mencium kening suaminya, ia mencium bibir Samuel dengan lembut, hanya sesekali dirinya melepas ciuman yang hanya tiga detik, "terimakasih atas bouqet bunga mawarnya," ucapnya dengan melihat wajah suaminya. Samuel hanya tersenyum ketika melihat istrinya bahagia, yang Samuel inginkan adalah melihat keluarganya bahagia. Celia pun menuruni mobil setelah dirinya berbicara dengan Samuel, dirinya pun memasuki cafe dengan beberapa pengunjung yang sudah mulai berdatangan, sudah ada mila yang tersenyum ke arah Celia, "sepertinya hari ini kau terlihat bahagia, wajahmu begitu terlihat," godanya dengan berjalan bersama Celia. Celia hanya tersenyum ketika mendengarkan perkataan mila, "apa tidak ada pembicaraan lagi setelah aku menjatuhkan gelas ke pria yang kemarin itu? Jujur saja aku merasa tidak enak, terlebih kemarin sedang banyak pengunjung yang datang." "Kau pasti tidak enak karena suamimu ya, tidak ada pembicaraan lagi, apalagi kau melihat pria itu memakai mobil mewah," mila memasukan tas miliknya ke lemari loker khusus staff karyawan, begitupun dengan Celia yang bersama mila saat ini. Anggukan dari celia terlihat ketika mila sahabatnya berbicara seperti itu, "semoga hari ini pekerjaan kita lancar ya," ucapnya dengan melihat ke arah mila, senyuman mila terlihat ketika beberapa teman-teman staff karyawan mulai berdatangan dan menyapa mereka. ** "Menurutmu bagaimana? Apa aku harus datang ketika acara pertemuan itu? Lagipula ayahku dan ayahnya tidak akan datang ke acara pertemuan itu," ucap Cheryl ketika dirinya duduk di hadapan Gery. Gery memegang ponsel miliknya dengan mendengarkan Cheryl yang kini bercerita, "datang dan bertemu dengannya, kemarin kau menyuruhku untuk bertemu dengannya saja membuatku terkejut, bagaimanapun kau harus jujur, bertemu saja dengannya lagipula kalian sahabat dari semenjak kalian kecil." Gery bermain ponsel sembaring duduk di hadapan Cheryl, banyak sekali game di ponsel yang saat ini di minati banyak orang ketika Gery melihat SmartApp di ponsel, Gery mendengarkan Cheryl tanpa memperhatikan wajah Cheryl yang melihat Gery dengan tatapan sinis. "Aku sedang berbicara bersamamu dan kau bermain ponsel terus. kau selalu bermain ponsel terus, jelas-jelas sekarang kita sedang berbicara." Gery hanya fokus bermain ponsel tanpa memperdulikan ucapan Cheryl yang kini menggerutu kesal di hadapannya. "Gery," panggil Cheryl kembali dengan menatap sahabatnya, Gery melihat ke arah Cheryl. Dirinya hanya tersenyum melihat Cheryl "Kau tahu tidak, setelah aku mengetahui kau kembali ke sini, aku sudah mempersiapkan diriku pasti kau memarahiku, Samuel pasti di marahi olehmu juga. Jangan membawa ucapan itu seperti aku dibanding-bandingkan bersama Samuel, Samuel sahabat kita, kau adikku, aku akan memiliki pasangan, jangan berbicara seperti itu lagi Cheryl." Cheryl beranjak dari sofa ketika mendengar ucapan Gery, "aku tidak pernah membanding-bandingkan dirimu dengan Samuel, kalian sahabatku. Lagipula ini adalah hotel ayahku, kalian pria. Samuel saja sudah menjadi pimpinan perusahaan dan memiliki seorang istri, kupikir setelah ku kembali kau sudah memiliki pasangan, kau selalu bermain ponsel terus." "Tahu darimana aku bermain ponsel terus, lagipula aku selalu rajin bekerja, jadi sekarang kau membahasku setelah membahas samuel, lalu bagaimana akan perjodohanmu, dirimu harus datang bertemu dengannya." "Jadi menurutmu aku harus bertemu dengannya?" Anggukan Gery dengan duduk di kursi kerja milik Cheryl, sudah terbiasa bagi Samuel dan Gery jika bercanda bersama Cheryl, hubungan mereka sangat dekat seperti kakak dan adik. "Bagaimana jika dia marah?" Tanya Cheryl dengan berjalan di dekat jendela kaca ruangan kamarnya. Ruangan luxury miliknya yang di rancang oleh Braja Kalandra. Gery mendekati Cheryl kali ini, ia paham ketika Cheryl sedang memiliki pemikiran, Cheryl pasti akan selalu meminta saran, Gery yang memahami Cheryl yang dekat dengan Samuel dan juga dirinya, "Jika aku menjadi Samuel, aku pasti akan berbicara seperti itu kepadamu, kau harus jujur. Bertemu saja dengannya, Samuel dan aku tidak suka wanita yang berbohong. Jadi kau tidak boleh membohongi dirimu sendiri, kau adalah adikku, Samuel juga kakakmu." "Kau sudah tampan, tapi masih suka mengejekku. Kadang kau juga bisa serius ketika di dekatku, aku akan mendengarkan saranmu ini. Kau juga kakakku Gery, aku akan bekerja lagi, kau tidak kembali ke gedung kantormu?" "Gedung kantorku di dekat hotelmu, jadi aku bisa datang kemari semauku." Tanpa mendengarkan Gery, Cheryl meninggalkan Gery di ruangannya. Suara pintu ruangan terdengar ketika Cheyl meninggalkan Gery sendirian, Gery hanya tertawa dengan melihat sahabatnya yang seperti ini. Gery berjalan keluar ruangan untuk kembali ke gedung kantor tempatnya bekerja, gedung kantor Gery berada di dekat hotel milik Keluarga Kalandra. Gery kembali ke gedung kantor, seperti apa yang ia dengar dari sahabatnya yang meledeknya pagi ini. Cheryl yang ingin melihat Gery bekerja dirinya pun kembali bekerja, sudah ada Sofie yang kini duduk di ruangan kerja, Sofie yang menjadi sekretaris di perusahaan dirinya pun tersenyum ketika melihat Gery menyapanya pagi ini. Gery pun memasuki ruangannya pagi ini, sudah ada Sofie yang mengikutinya dari belakang, tak hanya membawa beberapa dokumen pekerjaan yang harus Gery tanda tangani, dirinya pun membawa sebuah kotak yang di bungkus manis dengan pita, "Permisi pak ini ada paket untuk bapak, kebetulan datang pagi ini." Ucap Sofie dengan meletakan kotak kecil tersebut di meja kerja Gery. Gery hanya tercengang melihat kotak kecil untuknya pagi ini, "Ini dari siapa?" Tanyanya dengan melihat Sofie menaruh berkas dokumen pekerjaan di meja kerja Gery. "Saya juga menerimanya dari jo-paket pak," ucapnya dengan menjawab pertanyaan Gery, Gery membuka kotak kecil dengan berisikan kue cokelat dengan pesan singkat disana. "Selamat bekerja, dari adikmu Cheryl." Senyuman Gery terlihat dengan menutup kembali kotak kecil berisikan kue cokelat, dirinya pun kembali bekerja setelah menerima kotak kecil dari Cheryl. Celia melihat pemandangan Wilayah London pagi ini, pandangannya tergerak ketika ia melihat keindahan tempat ini, ini adalah tempat pertama kalinya ia bertemu dengan Samuel yang kini menjadi suaminya, "Kau harus selalu bahagia Samuel, seperti aku yang selalu mempercayaimu setiap menit dan detiknya begitupun denganmu yang selalu mempercayaiku sebagai seorang istri. Kau selalu menjadi suami yang terbaik selama ini, kau harus selalu bahagia, aku selalu mencintaimu dan aku selalu bahagia ketika melihatmu tersenyum," bisik Celia dengan melihat pemandangan Wilayah London dari taman. Dirinya melihat cincin yang kini melingkar di jari manisnya, Celia dan Samuel selalu mengenakan cincin pernikahan kemanapun, Celia tersenyum ketika dirinya melihat cincin pernikahannya. "Celia," panggil sahabatnya dari jauh, Mila memanggil Celia dengan tersenyum. Wanita berparas cantik yang selalu menjadi idola di tempatnya bekerja, banyak yang menyukai Mila, karena Mila tak hanya memiliki paras yang cantik, dirinya pun selalu baik terhadap semua orang, Mila menunggu Celia yang berjalan menghampiri dirinya untuk bekerja kembali. ** [flashback] "Samuel," panggil seseorang dengan tersenyum berjalan ke arah Samuel, Braja mendekati Samuel ketika Samuel masih berusia tujuh tahun. "Samuel," panggil Braja kembali dengan memanggil Samuel, Samuel yang masih bermain di meja kerja ayahnya hanya menoleh ke arah Braja. "Samuel," panggil Braja dengan menghampiri Samuel, tepat berada di hadapan Samuel, Braja mendekati Samuel dengan tersenyum kembali. "Apa paman sudah selesai bertemu dengan ayah?" Tanya Samuel di hadapan Braja, Sammy adalah panggilan di waktu Samuel berusia tujuh tahun. Tatapan Sammy tak berhenti menatap wajah Braja yang tersenyum dengan membelai rambut Samuel. "Apa kau senang bermain di ruangan kerja ini? Ayahmu masih mengurus beberapa pekerjaan, paman melihatmu disini dan paman menghampirimu," ucap Braja tak berhenti melihat Samuel yang masih bermain di meja kerja ayahnya. "Aku selalu menemui ayah jika ayah sedang bekerja di ruangan kerjanya, paman apa kabar? Kenapa paman tidak bersama Cheryl?" tanya Samuel kepada Braja. Braja pun mengajak Samuel ke salah satu sofa di ruang kerja, mengajaknya berbicara akan kepindahannya ke New York, "Samuel menyukai ruang kerja ayah, paman pasti sangat yakin jika Samuel beranjak dewasa, Samuel menjadi seorang yang sukses dan berhasil." Samuel hanya menatap Braja yang kini berbicara dengannya, Braja menghela napas dengan melihat ke arah Samuel, bagaimanapun Samuel adalah seseorang yang dekat dengan Cheryl, "Samuel, jika paman akan pindah ke New York, Samuel mengizinkan paman sekeluarga dan Cheryl tidak?" tanyanya dengan suara lembut. Bagi Braja, Samuel sudah seperti puteranya sendiri. terlebih Samuel adalah putera sahabatnya. "Ke New York? apakah Cheryl ikut?" Anggukan Braja Kalandra menjawab pertanyaan Samuel yang kini mulai menanyakan Cheryl, "Walaupun berjauhan, Samuel dan Cheryl akan tetap selalu berkomunikasi," jawab Braja kembali melihat wajah putera sahabatnya yang kini duduk di sisinya. "Kenapa Cheryl tidak datang dan berbicara denganku jika ia akan ke tempat yang paman bicarakan," tanya Samuel kepada Braja Kalandra. "Cheryl akan datang sebentar lagi, Samuel bisa bertemu dan berbicara bersamanya," ucap Braja Kalandra ketika Samuel menanyakan akan Cheryl, ini adalah keputusan Braja Kalandra untuk putrinya. Braja Kalandra tersenyum kembali dengan menoleh ke arah Samuel, Braja Kalandra sangat tahu bahwa Samuel seorang yang akan sukses dan berhasil ketika dewasa, ia memiliki kecerdasan dan juga selalu membawa harum nama keluarga. Ingatan dua puluh tahun yang lalu masih terlintas jelas di ingatan Samuel yang berbicara bersama Braja Kalandra dan kini Cheryl kembali ke Inggris, ia masih tersenyum sesekali ketika mengingat masa kecilnya hingga kini masih terjalin. Samuel duduk di kursi ruangan kerja miliknya, dirinya tersenyum dengan melihat foto keluarga di ruang kerja. Dirinya pun beranjak dari kursi kerja dengan berjalan mendekati foto keluarga.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD