chapter 3 ♥

1348 Words
“Kenapa kau memakan kue cokelatku Cheryl, kue cokelatku jadi tinggal sedikit,” teriak Delvin dengan suara lantang ketika ia masih berusia lima tahun. tentunya di hadapan Cheryl, pertengkaran kecil kerap terjadi ketika dirinya dan Cheryl bermain bersama. Pada saat itu usia Cheryl berbeda setahun dengan usia Delvin, Cheryl yang berusia empat tahun ketika bermain bersama di Keluarga besar Elvano. “Tapi kau memberinya kepadaku, Dedev jahay sama akuuuu... Eyiy enggak mau main lagi sama Dedev!” Suara Cheryl memang masih agak cadel pada saat itu, suara mungilnya menangis ketika memperebutkan kue cokelat milik Delvin. Salah satu staff karyawan yang bekerja di keluarga Elvano pun mendekati mereka berdua karena memang sedang ada acara keluarga besar di ruang keluarga. Keluarga Elvano adalah keluarga yang Memiliki beberapa bidang bisnis usaha tidak hanya di wilayah Inggris, bahkan bisnis usahanya pun maju dan berkembang di beberapa wilayah di luar negri. “Sudah-sudah jangan menangis lagi, Cheryl anak yang manis. Nanti ayah dan ibu Cheryl pasti menanyakannya sama Cheryl, kenapa Cheryl menangis, nanti sama kakak di berikan lagi kue cokelatnya, milik Delvin dan juga milik Cheryl, mau kue cokelat berbentuk apa? Ada bentuk cinta yang model hati ada bentuk yang lucu-lucu. Jangan menangis lagi ya, Delvin juga jangan marah lagi, di dapur masih banyak kue cokelatnya,” ucap salah satu staff karyawan yang bekerja di keluarga Elvano. “Kakak Dedev enggak mau bagi kue cokelatnya sama cheryl, Dedev jahay sama Cheryl,” Teriaknya kembali dengan sesenggukan menahan tangis. Tentu saja Delvin bersihkeras memegang sekotak kue cokelat miliknya. “Ini milikku, aku akan memberikanmu hanya dua cokelat.” “ lihat kan kakak, Dedev enggak mau kasih kue cokelatnya sama Cheryl.” “Ya ampun, sebentar ya, kakak akan panggilkan Tuan dan Nyonya Kalandra. Bagaimana? Cheryl mau menangis lagi tidak jika ayah dan ibu Cheryl kemari?” Tanya staff karyawan yang bekerja di Keluarga Elvano pun menenangkan Cheryl yang masih merengek manja. Sesaat wajah Cheryl pun terdiam setelah mendengar kata ayah dan ibu, hanya beberapa menit keluarga besar Cheryl pun berpamitan untuk pulang setelah acara pertemuan keluarga besar di Keluarga Elvano. “Cheryl sayang, kemari bersama ayah, ibumu masih berpamitan bersama keluarga besar Delvin, jangan menangis lagi,” ucap Braja Kalandra dengan menghampiri putrinya yang masih merengek manja. “Ayah, Dedev buay Cheryl nangis, aku mau digendong ayah, ayah gendong Cheryl,” pinta Cheryl dengan nada manja di hadapan ayahnya saat ini. “Haha, baiklah, ayah akan menggendongmu, nah, anak ayah tidak boleh menangis lagi, sekarang Cheryl akan ikut ayah dan juga ibu.” “Ya ayah, Cheryl sayang ayah.” “Haha, anak manis,” jawabnya sembaring tertawa ketika melihat putrinya yang manja sembaring mengusap rambut putrinya saat ini. Hari ini adalah hari dimana Keluarga Kalandra pindah ke New York setelah acara pertemuan bersama Keluarga Elvano, melihat Delvin yang masih kecil tentu saja Keluarga Kalandra sudah menganggapnya seperti puteranya sendiri. “Rega, persahabatan kita akan selalu berjalan. Terlebih hingga Cheryl dan Delvin dewasa,” ucap suara Braja Kalandra dengan menggendong Cheryl yang masih berusia empat tahun, Cheryl hanya tertegun memandangi wajah Rega ketika berada di pelukan ayahnya. “Kau harus baik-baik disana, Delvin dan Cheryl akan bertemu setelah dewasa nanti, lagipula Keluarga Kalandra dan juga Keluarga Elvano sangat bersahabat. Jangan khawatir.” Braja Kalandra menatap Delvin saat ini, dirinya berbicara kepada putrinya ketika melihat Cheryl berhenti menangis, “Cheryl sayang sama ayah kan, kalau ayah mau menggendong Delvin boleh tidak? Kalian harus saling menyayangi, jangan berantem terus,” ucap Braja dengan suaranya yang lembut di hadapan putrinya. “Mereka masih anak-anak, Braja, hanya pertengkaran kecil.” jawab Rega ketika dirinya melihat Braja yang saat ini berbicara kepada putrinya. Anggukan dari Cheryl pun terlihat ketika Rega menghampiri Cheryl. “Kemarilah Delvin, paman akan membawa Cheryl, Nanti kalian akan bertemu lagi ketika dewasa ya,” ucap Braja dengan melihat Delvin dan menggendongnya sembaring memegang kue cokelat yang kini Delvin genggam. “Memangnya paman akan kemana?” Tanya Delvin yang kini berada di pelukan Braja. “Hanya liburan sebentar, setelah ini mungkin akan pindah ke New York. Delvin pasti akan menjadi pengusaha yang sukses seperti ayah dan juga paman ketika dewasa nanti.” Braja pun melepas Delvin yang kini berada di pelukannya. Dirinya tersenyum ketika melihat Delvin. “Paman pasti akan sangat merindukanmu Delvin,” ucap Braja dengan mengusap lengan Delvin dengan tersenyum. Potongan ingatan masa kecil Cheryl terlintas sesaat. Cheryl hanya tersenyum dengan mengingat jelas masa kecilnya bersama Delvin. Setelah Gery menemui Delvin dirinya bertemu dengan Cheryl. Seperti apa yang sahabatnya inginkan, Gery sudah menjawab apapun yang di tanyakan oleh Delvin. “Bagaimana jika pertemuan terjadi? Terlebih Samuel sekarang mengetahuinya, Samuel mantan kekasihmu terlebih ia sahabat kita juga. Kita belum mengucapkan hari pernikahan untuknya. Nanti kita harus mengucapkannya,” gerutu Gery dengan duduk di dekat kolam renang hotel. “Menurutmu Delvin tipekal pria yang bagaimana? Maksudku setelah kau bersamanya tadi dengan bertemu dengannya, Terlebih aku baru saja bertemu lagi dengannya. Aku belum membahasnya bersama ayah, ayah belum melakukan panggilan video bersamaku, ku harap ia selalu sehat dan selalu terjaga bersama ibu.” “Aku tidak ikut campur untuk urusan ini, Samuel jauh lebih dekat dengan Keluarga Elvano. Aku akan pulang dan bekerja besok, ingat Cheryl setelah acara pertemuan dengan Keluarga Elvano kau harus memberitahunya bahwa kau anak dari Keluarga Kalandra. Ayahmu seorang pengusaha terlebih keluarga kalandra memang dekat dengan keluarga Elvano,” ucap Gery dengan memakan buah strawberry setelah mengambil dari mangkuk di atas meja. Dirinya duduk di hadapan Cheryl dengan menatap wajah Cheryl. “Aku juga baru tahu jika ia anak dari Tuan Rega, maksudku setelah sekian lama aku bertemu kembali dengannya,” jawabnya dengan menatap kembali Gery. Gery pun kembali menggoda Cheryl, “Lalu bagaimana dengan Delvin, seminggu ia akan berada di sini. kau akan menjadi staff karyawan hotel ini ketika bersama Delvin, aku ingin tertawa, jika Samuel melihatnya pasti dia menasihatimu, untung saja ia tidak ada disini. Mantan kekasihnya jadi staff karyawan di Hotel Keluarga Kalandra. Besok-besok jangan seperti ini lagi Cheryl.” “Hentikan, ini tidak lucu.” “Kau pasti memikirkan Delvin, iya kan?” “Hentikan candaannya.” “Haha ... Cheryl, aku akan menceritakannya pada Samuel. Kau pasti di marahi Samuel bertingkah seperti ini.” “Mana pernah ia memarahiku, ia tidak pernah memarahi wanita. Bukan tipekal pria yang memarahi wanita, aku paham sifatnya.” “Iya deh, kau mantannya, yasudah aku akan kembali pulang, besok aku akan bekerja.” Helaan napas panjang dari Cheryl pun terlihat ketika Gery meninggalkannya di dekat kolam renang sendirian. Tak lama Delvin pun datang dengan berdehem di dekat dirinya. “Kau masih disini, katanya ingin pulang. Pulang saja sana,” ucapan Cheryl kembali tanpa menoleh ke arah manapun. “Maksudnya? Maaf, anda staff pegawai yang menemani saya makan malam kemarin kan?” Tanya Delvin yang mendekati Cheryl. Cheryl pun terdiam sesaat dengan hening, suara yang ia kenali kini ada di dekatnya. Delvin Elvano, tak lama setelah mendengar suara Delvin, Cheryl pun bergegas berdiri dengan menoleh ke arah Delvin. “Be-benar Tuan, saya kebetulan tidak memakai seragam staff hari ini, lagipula manager sudah mengetahuinya. Apa ada yang bisa saya bantu Tuan Delvin,” Cheryl pun menyapa Delvin yang nyaris memiliki penampilan sempurna. “Tidak ada, sepertinya saya akan menginap disini sampai hari ini saja. Karena ada urusan keluarga. Saya menyampaikan terimakasih untukmu karena kemarin menemani makan malam,” jawabnya kembali setelah Cheryl menyapa Delvin. “Be-begitu rupanya, apa Tuan Delvin akan check out dari hotel ini sekarang? Atau besok pagi?” tanyanya kembali dengan nada canggung. “Sepertinya sekarang, staff karyawan hotel juga sudah membawakan koperku, kebetulan saya melihatmu berada di sini. Jadi sekalian saya menyapa.” Senyuman Cheryl pun terlihat ketika Delvin berpamitan dengannya. Setelah Delvin berbicara seperti itu dirinya pun hanya melihat Delvin berjalan menjauh darinya. Setelah Delvin menuju mobil mewahnya, Cheryl pun melihat kaca jendela dari jauh. “Nona Cheryl.” Panggil manager hotel yang mengagetkannya. “i-iya, ada apa?” “Nona Cheryl tidak menyapa Tuan Delvin? Bukankah ia anak dari Tuan Rega Elvano.” “Aku baru saja tiba disini, dan aku langsung bertemu dengannya. Aku sudah menyapanya. Barusan, iya barusan.” Jawabnya dengan terbata-bata di hadapan manager hotel.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD