Pernikahan Yang Gagal
“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau ananda Alex Rahadian bin Asrial dengan anak saya yang bernama Yumna Salsabila binti Adam dengan mas kawin satu set perhiasan emas dibayar tunai.” Adam mengucapkan kalimat itu dengan mantap.
“Saya terima nikah dan kawinnya Yumna Salsabila binti Adam dengan mas kawinnya tersebut, tunai.” Alex mengucapkan kalimat itu dengan mantap dan hanya dalam satu kali tarikan napas.
“Bagaimana para saksi, sah?” Penghulu bertanya kepada semua yang hadir di sana.
“TIDAK SAH!!”
Tiba-tiba mereka semua mendengar sebuah teriakan dari arah pintu masjid. Semua tersentak dan langsung mengarahkan pandangan mereka ke arah pintu tersebut.
Seorang pria masuk dengan langkah kaki sopan ke dalam masjid. Ia berjalan mendekati Adam dan juga Yumna, sementara Rania hanya bisa tertunduk lemah. Ia tidak menyangka jika Harun—ayah biologis dari Yumna—datang ke pernikahan putrinya. Padahal Rania sendiri sudah ikhlas dengan semua ini. Ia bahkan sudah siap menanggung dosa zina turun temurun yang akan dialami oleh putrinya sendiri.
“Anda siapa? Mengapa anda tiba-tiba datang dan meengacaukan pernikahan anak saya?” Adam bangkit dari duduknya dan menatap Harun dengan tatapan penuh kemarahan.
“Saya minta maaf. Saya tiba-tiba datang dan mengacaukan pernikahan ini. Akan tetapi saya memang harus datang untuk meluruskan semua ini. Anda tidak berhak menikahkan Yumna,” ucap Harun.
“Siapa anda yang tiba-tiba saja datang lalu mengatakan kalau saya tidak berhak menikahkan putri saya, ha? Dasar orang gila, sebaiknya anda segera meninggalkan tempat ini,” perintah Adam.
Harun masih berusaha bersikap tenang, “Pak, bisa kita bicara sebentar? Tidak sopan jika kita membicarakan masalah ini di depan banyak orang,” pinta Harun.
Adam menyeka wajahnya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya ia letakkan ke pinggang.
“Tolong, Pak,” pinta Harun lagi.
“Baiklah … Kamu mau kita bicara di mana?” tanya Adam.
Harun menunjuk ke halaman masjid.
Adam menyanggupi. Pria itu menekan langkah meninggalkan arema masjid menuju halaman masjid, agak jauh dari keramaian.
Sementara Adam dan Harun pergi meninggalkan masjid, Raia diam-diam juga bangkit dari duduknya.
“Mama mau kemana?” tanya Yumna.
Rania gugup, “Ma—mama mau ke kamar mandi sebentar,” ucapnya.
Yumna mengangguk. Ia membiarkan ibunya pergi meninggalkan masjid tempat ijab kabul seharusnya dilangsungkan.
Suasana yang awalnya hening dan khitmad, berubah ricuh. Keluarga Rania dan keluarga Adam hanya bisa bertanya-tanya dan belum menemukan jawaban apa pun.
Alex dan ke dua orang tuanya bangkit dari tempat acara dan berjalan keluar masjid, melihat dari jauh apa yang terjadi dengan calon ayah mertuanya dan orang yang tidak mereka kenal. Penghulu yang awalnya tampak serius dengan pernikahan itu, berubah bingung.
Yumna? gadis itu hanya bisa menangis. Walau ia belum bisa menebak pasti apa permasalahan yang terjadi, yang pasti ia tidak mampu menahan lahar dingin itu. Acaranya tiba-tiba kacau oleh kehadiran orang asing.
“Rania, kamu mau kemana?” Seseorang memanggil Rania.
Rania menoleh. Wanita itu kaget karena ia tidak menyangka akan bertemu dengan wanita itu di sana. Wanita yang puluhan tahun yang lalu juga pernah ia temui dan ia sakiti hatinya. Ia adalah Nadya—istri sah Harun.
“Ka—kamu ….” Rania semakin gugup.
“Iya, aku datang ke sini bersama bang Harun. Kami ingin menyelamatkan pernikahan Yumna. Rania, kenapa kamu membiarkan pernikahan ini berlangsung? Bukankah kamu tahu kalau pernikahan ini tidak akan pernah sah jika bukan wali hakim yang menikahkan mereka? Walau rasa sakit itu masih ada, tapi aku tidak bisa membiarkan sebuah kemungkaran terjadi di depan mataku. Kalau bang Adam tetap menikahkan Yumna, maka Yumna akan tetap berzina dengan suaminya.”
“Sebaiknya kau urusa saja urusanmu,” ucap Rania seraya berlalu.
“Rania, tunggu!! Kamu mau kemana?” Nadya berusaha mencegah kepergian Rania, namun Rania tetap bersikukuh untuk pergi dari sana. Ia tidak sanggup menghadapi keluarganya. Ia tidak sanggup menghadapi sikap putri dan suaminya nanti.
Nadya hanya bisa menghela napas seraya membiarkan Rania pergi begitu saja. Sementara di tempat berbeda, keributan pun terjadi. Adam mendaratkan sebuah pukulan keras tepat di perut Harun. Setelah melakukan hal itu, Adam kembali ke dalam masjid.
Melihat suaminya mendapatkan bogem mentah, Nadya pun segera menyusul sang suami.
“Bang … Kenapa jadi seperti ini?” tanya Nadya.
Harun hanya bisa menggeleng. Pipi dan perutnya panas saat ini oleh bogem mentah yang diberikan Adam kepadanya.
Di dalam masjid, kerusuhan pun terjadi. Adam uring-uringan mencari keberadaan Rania di sana. Ia bahkan tidak segan merusak beberapa property yang digunakan untuk memperindah suasana pernikahan itu.
Namun sayangnya, Adam sama sekali tidak menemukan Rania di sana.
“Papa … papa kenapa? tadi mama katanya ke kamar mandi,” lirih Yumna. Ia masih menangis. Bagaimana tidak, acara yang harusnya khitmat malah berubah kacau.
Adam langsung keluar dari masjid dan mencari keberadaan Rania di kamar mandi. Ia menyusuri setiap kamar mandi yang ada di sana, namun ia sama sekali tidak menemukan keberadaan Rania. Pria itu kembali ke dalam masjid dan tiba-tiba saja ia membatalkan pernikahan yang sudah diimpikan Yumna selama ini.
Yumna yang masih tidak mengerti apa yang terjadi, tiba-tiba saja mengejar Alex yang diseret oleh sang ibu menuju mobil mereka. Orang tua Alex pun tidak terima jika Putra mereka melanjutkan pernikahan itu.
“Alex, katanya kamu cinta sama aku, tapi kenapa kamu pun membatalkan pernikahan ini? Katanya kamu sayang aku apa adanya. Katanya kamu nggak bisa hidup tanpa aku. Kamu sudah menjanjikan bulan madu indah untuk kita berdua, tapi kenapa kamu malah ikut pergi? Bukankah kita masih bisa melanjutkan pernikahan kita? Penghulu bilang, beliau bisa jadi wali nikah buat kita,” isak Yumna.
“Lepaskan anak saya!!” Ibunda Alex menyentak tangan Yumna dari lengan Alex.
“Mama … Mama juga kenapa setuju saja pernikahan ini dibatalkan? Bukankah mama juga katanya sayang sama aku. Mama janji akan bawa aku ke Jawa liburan nanti.”
“Itu sebelum saya tahu kamu kamu itu anak haram! Sekarang saya mana mau anak saya menikah dengan anak haram seperti kamu. Yang ada nanti anak saya dapat sial.”
Yumna terdiam mendengar perkataan sang calon ibu mertua. Ia menangis seraya berjongkok di depan ibunda Alex.
“Mama … Aku bukan anak haram, Ma. Kalaupun mama mau hina, harusnya mama hina mama aku, bukan aku. Aku tidak tahu apa-apa. Aku juga tidak minta dilahirkan dalam kondisi seperti ini. Mama aku mohon, tolong jangan batalkan pernikahan aku dengan Alex. Aku cinta sama Alex, Ma … Alex, tolong katakan pada mama dan papa kamu kalau kamu cinta sama aku. Kamu mau terima aku apa adanya. Tolong jangan batalkan pernikahan kita,” isak Yumna.
“Maaf, Yumna. Aku tidak bisa menentang perkataan ke dua orang tuaku.”
“Tapi, Lex … Kamu sudah janji sama aku. Katanya kamu cinta sama aku.” Yumna semakin erat mencengkram tangan Alex.
Ibunda Alex berusaha melepaskan tangan Yumna dari lengan Alex, cukup sulit memang sebab Yumna mencengkramnya dengan sangat erat, tapi ibunda Alex berusaha lebih keras lagi hingga tangan Yumna pun lepas dari lengan Alex. Ibunda Alex lalu menyentak tubuh Yumna hingga gadis itu tersungkur di tanah.
“Ayo kita pergi. Untuk apa kita ladeni anak haram ini!” Ibunda Alex manrik kuat lengan putranya. Ia dan keluarganya pergi meninggalkan Yumna yang masih menangis histeris di sana.
Semua orang sudah pergi, termasuk juga Adam dan keluarganya. Keluarga Rania yang notabene adalah saudara kandung Yumna pun pergi meninggalkan gadis itu di sana.
“Nak, bapak minta maaf … Bapak tidak bisa berbuat apa-apa. Bapak juga harus pergi. Kamu yang sabar ya, semoga suatu saat nanti kamu bisa mendapatkan calon suami yang lebih baik dari yang sekarang,” ucap sang penghulu. Pria itu menaruh hiba, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Ketika sudah tidak ada siapa-siapa lagi yang memedulikan Yumna, disaat itulah Nadya dan Harun mendekati gadis itu.
“Yumna …,” lirih Harun.
Yumna mengangkat kepalanya. Iat atap Harun dengan tatapan penuh amarah dan kebencian.
“Semua ini terjadi gara-gara anda. Anda ini siapa ha? Ada dendam apa anda dengan saya hingga anda berani menghancurkan pernikahan saya?” Suara Yumna bergetar seraya menunjuk Harun dengan tangan kirinya.
“Yumna, jangan seperti itu dengan orang yang lebih dewasa. Lagi pula pria yang ada di depan kamu ini adalah ayah kandung kamu,” ucap Nadya.
“Apa? A—ayah kandung? Oh, jadi anda yang sudah melakukan hubungan haram dengan ibu saya dan akhirnya saya yang menerima karmanya? Lalu anda ini siapa? Apa anda ini istrinya, iya?” Yumna menatap Nadya dengan bola mata besar.
Nadya terdiam.
Harun menghela napas, “Yumna, saya minta maaf atas kesalahan masa lalu saya yang mengakibatkan semua ini terjadi di masa depan. Jujur saja, saya pun tidak menyangka akan begini jadinya. Awalnya saya tidak tahu sama sekali akan tetapi Rania menghubungi saya dan meminta bantuan atas rencana pernikahan kamu ini. Yumna, saya sadar saya salah dan saya minta maaf. Tapi ketahuilah, Nak. Kami datang ke sini bukan untuk menghancurkan pernikahan kamu, tapi kami datang untuk menyelamatkan kamu.”
“Menyelamatkan apa? Apa seperti ini yang anda katakan menyelamatkan saya? Anda lihat sendiri’kan, semua orang kini meninggalkan saya. Ibu saya, ayah saya, bahkan keluarga besar pun membiarkan saya di sini sendirian. Dan mereka, keluarga calon suami saya pun juga ikut menghina saya. Salah saya apa, ha? Kalian yang berbuat dosa, kenapa harus saya yang menanggung semuanya?”
Yumna berada di puncak emosi. Ia kembali terduduk di atas tanah seraya menangis terisak. Ia pegang dadanya dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya menumpu di atas tanah.
Nadya menghampiri Yumna. Ia pun ikut berjongkok dan berusaha memeluk gadis itu dari samping.
“Yumna, kamu harus sabar, Nak. Tante dan om datang ke sini sama sekali tidak ada niat buruk sama kamu. Kami jauh-jauh datang dari kota Padang benar-benar hanya ingin menyelamatkan kamu dari dosa zina turun temurun.”
“Semuanya hancur, hancur … Pernikahanku, masa depanku, bahkan keuargaku pun kini membenci dan meninggalkan aku. Salah aku apa ….” Yumna terisak.
“Kami masih di sini. Kami tidak akan meninggalkan kamu seorang diri,” lirih Nadya.
Namun tiba-tiba saja napas Yumna sesak, ia pun pingsan.