"Sebenarnya apa tujuanmu menikah denganku?" tanya Stella lagi setelah mereka tiba di kamar, hingga membuat Shane menghentikan langkahnya dan menoleh kearah wanita yang tengah melepas jepitan rambut merah menyala.
"Lalu? Apa masalahmu?! Merasa keberatan?" ucap Shane mendekat kearah Stella dan menarik rambut Stella dengan kasar.
Matanya merah menyala dengan suara gigi gemeretak membuat Stella menelan ludahnya.
"Aku keberatan kalau kau memperlakukanku layaknya seorang kriminal seperti sekarang ini. Aku manusia! Bukan tawananmu!" teriak Stella kesal karena mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari pria yang memaksa menikah dengannya.
Mendengar jawaban sang istri sontak Shane tertawa terkekeh-kekeh hingga matanya tertutup.
"Ohh...jadi--kau manusia ya?" tanya Shane lagi dengan gelak tawa menjijikkan terdengar di telinga Stella.
"Kau pikir, suara tawamu itu paling merdu? Aku hampir muntah mendengarnya!" ucap Stella kesal dengan apa yang di lakukan oleh sang suami terhadapnya. Dirinya tak lagi bisa menahan apa yang di lakukan sang suami padanya. "Sadar gak, kalau tidak semua yang kau miliki itu hebat?" imbuhnya kesal.
"Contohnya?" Shane terpancing untuk mengetahui kekurangannya.
Stella tersenyum sinis dan bersorak karena orang di hadapannya mulai bereaksi " Hmm...suara tawamu barusan." ketus Stella melanjutkan kalimat kebenciannya.
"Apa?! Kau menghina suaraku? Kau pikir berapa banyak wanita yang tergila-gila terhadapku, hah?! Kau. Berani-beraninya menghinaku!" teriak Shane lagi mencengkeram lengan Stella tidak menyangka jika wanita di hadapannya ini begitu berani terhadapnya.
Mendengar kalimat sang suami, membuat Stella tersenyum sinis. Dengan mendongakkan wajahnya menatap tajam kearah sang suami seolah menantang pria yang tengah berbuat semena-mena terhadapnya. "Setidaknya, wanita itu bukan aku. Lepasin!!" ucapnya sembari meronta membuat Shane semakin geram karenanya.
Dengan sekuat tenaga Shane mendorong tubuh Stella hingga wanita itu tersungkur di lantai yang beralaskan permadani kamar itu. "Kau!! Wanita sialan! Beraninya kau menyombongkan dirimu di hadapanku. Kalau bukan karenaku. Saat ini kau sudah mendekam di balik jeruji besi bahkan kau akan membusuk di sana! Bukannya kau berterima kasih padaku karena telah menyelamatkan hidup dan harga dirimu. Tapi kau justru semakin congkak. Kenapa? Kau merasa di atas awan karena berhasil menikahi pemuda kaya raya sepertiku?" tanya Shane lagi melangkah mendekat dimana Stella masih terduduk dan meringis kesakitan karena terjatuh di lantai.
Shane mengangkat kakinya yang masih terbalut kaos kaki dan menaruhnya di atas paha Stella, dengan nafas tak beraturan. "Jangan merasa sombong karena kau berhasil menikah denganku, haii...wanita Jalang! Aku menikahimu bukan karena aku menginginkanmu, apalagi mencintaimu. Tapi tentang harga diri. Jadi, jangan coba-coba kau melukai harga diriku, paham..." ucapnya dengan suara pelan tapi bergetar membuat telinga yang mendengar merinding karenannya.
Ya, suara-suara khas psikopat, sayangnya Stella tidak bisa menurunkan egonya dan berpura-pura menikmati hidup bersama pria itu seperti yang di perintahkan Shane kepadanya kala penandatanganan perjanjian kontrak pra nikah.
Stella adalah wanita keras kepala yang teguh pada pendirian, pemberani sehingga dirinya biasa menyuarakan kebenaran. Seperti saat ini, dengan penuh keberanian dia menatap Shane dan menjawab kalimat sang suami yang seharusnya cukup dia diamkan saja, sehingga pertengkaran akan usai, hingga mereka terbiasa dan mengenal satu sama lainnya. Tapi, dia adalah Stella. Tidak akan mungkin diam jika menurutnya tidak sesuai dengan hatinya.
"Kalau kau tidak menginginkan apalagi mencintaiku, kenapa kau bersikeras memaksa untuk menikahiku. Hingga kau korbankan uangmu untuk membantuku. Kalau tahu akan begini jalan ceritanya lebih baik aku meminjam uang ke pihak Bank!" jawabnya semakin membuat Shane terpancing amarahnya dan dengan secepat kilat dia menunduk lalu...
PLAKKK!!!
Sehuah tamparan keras mendarat di pipi mulus milik Stella. Pipi merah merona itu kini sudah berstempel lima jari dengan sangat jelas. Hingga membuat Stella menjerit "Ahhh!!" keluhnya dengan memegangi pipi.
Sekuat apapun seorang wanita, hatinya pasti akan lembut selembut sutra, begitupun Stella. Sekuat apapun dia bertahan dan mencoba membendung tangisnya. Kini air matanya telah tumpah membasahi pipi mulusnya, mengalir dengan deras.
"Tampran ini belum seberapa untuk membalas kalimat yang keluar dari mulut kotormu itu. Jadi, biasakan wanita rendahan sepertimu sebelum berkata kau pikir dulu kalimat apa yang akan kau ucap. Kau itu cuma model! Kau di gaji untuk menjual tubuhmu itu. Jadi, jangan sombong di hadapanku wahai wanita murahan...." tegas Shane lagi membuat Stella menoleh setelah mendengar kalimat kasar yang keluar dari bibir sang suami 'menjual tubuh'
"Jangan samain model dengan p*****r, Tuan Shane! Aku bekerja keras dengan keahlianku memperagakan sebuh merk. Bukan mempertontonkan tubuhku kepada yang membeli produk yang sudah aku promosikan. Tolong bedakan itu!" ucapnya kesal sembari berusaha bangkit berdiri setelah Shane mengangkat kakinya yang tadi memijak pahanya dengan kasar.
"Tapi, sebelum kau di pilih untuk tampil. Kau sudah tidur dulu dengan sang pemilik brand. Jangan sok suci di hadapanku! Itu yang aku lakukan pada model-model yang menjadi brand ambasador produk milikku. Jadi, berhentilah mengemas dirimu menjadi wanita suci. Aku muak mendengarnya. Lebih baik tampil apa adanya di hadapanku. Karena bagiku, kau sama kotornya dengan p*****r. p*****r MURAHAN!" bisik Shane mendekat di telinganya kala mengatakan p*****r murahan. Membuat Stella tak kuasa lagi menahan diri dan secepat kilat tangannya melayang menyapa pipi milik sang suami.
PLAKK!!
"Aku bukan p*****r! Belum pernah ada satu pria-pun yang menjamah tubuhku, jaga mulut kotormu itu!!" teriaknya histeris seperti orang kesurupan dan tidak lagi perduli dia berhadapan dengan siapa. Bahkan baru saja dia dengan gagah berani melawan sang suami tidak hanya dengan kata-kata tapi dengan sebuah tamparan keras sekuat tenaga yang dia miliki.
Tamparan yang dia layangkan ke wajah Shane sang suami membuat Shane terdiam mematung sejenak, karena dia tidak menyangka apa yang di lakukan sang istri sedemikian berani.
Sejenak kemudian dia tersadar setelah Stella tak lagi ada di hadapannya. Matanya terbelalak lebar menyapu seluruh isi kamar karena tidak mendapati sang istri yang telah dengan lancang menamparnya.
"Dasar wanita Jalaaaang!" teriaknya dengan penuh amarah.
"Stella!! Dimana kau!!" teriaknya menuju keluar kamar dan berusaha mencari keberadaan sang istri karena menghilang dari hadapannya. "Dasar wanita b******k!! Awas saja kau kalau ketemu. Aku akan mengurungmu di tempat terburuk melebihi penjara pemerintah! Lihat saja kau nanti. Sudah berani kau menamparku!" geram Shane dengan kaki melangkah lebar menuruni tangga dan terus berteriak memanggil istrinya.
"Stella!! Stella...dimana kau! Ste!!" teriaknya dengan keras, lalu dia bertanya pada asisten rumah tangganya. "Kalian melihat Nyonya keluar rumah?"
Sebuah gelengan kepala dengan kompak di berikan kepada kedua asisten rumah tangga yang terlihat sedang berbincang serius. "Tidak, Tuan. Sejak Nyonya Stella masuk bersama Tuan. Sepertinya Nyonya belum ada melintas lagi, Tuan..." jawab mereka yang langsung di tinggal pergi oleh Shane dengan mendengkus kesal.
"Awas kau Stella. Beraninya mencoba kabur dari seorang Shane! Kau akan merasakan bagaimana rasanya berhadapan dengan Shane!" geramnya lagi.