FLASHBACK 1

1285 Words
Flashback on "Hey, lo yang disana bertiga, kayak gerombolan merpati aja kalau ngumpul, kesini lo!!!" teriak seorang gadis dengan dandanan menor bagi ukuran anak sekolahan. Ucapannya membuat beberapa teman di sampingnya cekikikan. Sontak saja ketiga gadis yang ditunjuk setengah berlari datang menghampiri. "Iy... iya kak" "Lo siswa baru kan" memperhatikan gadis di depannya dari kepala hingga ujung kaki. "Iya kak kami anak baru kak" jawab cewek yang berdiri di tengah sedangkan dua teman lainnya di sisinya hanya mengangguk lemah. "Lo bersihin sepatu gue" "Aduh maaf kak, aku gak biasa bersihin sepatu. Kalau emang mau, aku punya langganan shoes clean" jawab cewek itu enteng. Cewek itu bernama Gemintang Larasati. Cewe berparas manis, tinggi dengan rambut panjang sepinggang. Sedangkan dua orang di sebelahnya adalah sahabatnya sejak SMP Erika dan Aisyahrani biasa dipanggil Rani. "Berani lo!" bentak Desi yang sudah ingin melayangkan tamparannya ke arah Gemintang. "Desi, kamu jangan macam-macam yah sama anak baru. Lagian kamu bukan panitia MOS kan," sergah seorang cowok berkacamata. "Hei Van. Gak kok, aku lagi ngobrol aja. Setidaknya anak baru harus kenalan dong sama kakak kelasnya," jawab Desi gugup. "Nanti aja kenalannya," balasnya tegas. "Iya, udah aku kembali ke kelas dulu yah" Desi mencari alasan. "Hei, perkenalkan nama aku Novan Narendra ketua OSIS di sekolah ini. Kelas dua satu," ucap cowok itu memperkenalkan diri. "Iya kak, perkenalkan namaku Gemintang Larasati," balas Gemintang sembari membalas jabat tangan Novan. "Saya Erika Pratiwi" "Saya Aisyahrani. Panggil aja Rani," Rani tersenyum manis kepada Novan. Sekilas tampilan ketua OSIS ini tidak terlalu meyakinkan untuk jadi pujaan sekolah. Apalagi dengan badannya yang gemuk, dan berkacamata. Tapi gambaran wajahnya dia sosok yang cerdas dan baik hati, senyumannya juga menarik. "Iya udah, kalian bisa gabung sama teman kalian disana. Di Aula" "Iya kak" patuh ketiganya. Setelah meninggalkan tiga orang itu meninggalkan Novan, Novan hanya bisa menatap dari kejauhan gadis cantik yang bisa merebut perhatiannya hanya dalam lima detik saja. "Gemintang... Gemintang Larasati, cewek cantik, berkulit sawo matang khas Indonesia, tinggi, senyumnya yang manis, ditambah tatapannya yang bikin dia gak bisa fokus. Pasti akan banyak cowok di sekolahnya yang mendekatinya," tebak Novan tersenyum samar. Kamu sempurna banget Gemintang. Tapi aku yakin, suatu saat nanti aku pasti bisa milikin kamu, batin Novan yakin. Seperti tebakan Novan, sejak pelaksanaan MOS hingga bersekolah, Gemintang dan gengnya sukses mencuri perhatian para kaum Adam di sekolahnya. Dari yang terang-terangan, bahkan yang diam-diam menaruh hati padanya. Bahkan cowo yang sudah punya pacar saja rela memutuskan pacarnya dan lebih memilih mengejar cinta Gemintang. Satu yang jadi pertanyaan semua cowok adalah tipe seperti apa yang Gemintang suka. Hingga saat ini semua cowok ditolaknya secara halus. Setiap pagi sebelum datang ke sekolah. Mejanya sudah dihiasi berbagai macam snack, untuk menemaninya sarapan. Saat ke kantin, dengan sukarela memberikan mejanya untuk di tempati Gemintang makan bersama teman-temannya. Satu hal yang membuat Gemintang hanya bisa bersyukur dan di satu sisi menjadi boomerang baginya. Semua cewek baik teman seangkatan bahkan kakak kelasnya menjauhinya. Hanya teman sekelasnya saja yang tidak. Karena mereka tahu, bukan Gemintang yang memberikan mereka harapan. Malah perhatian para cowok ini menjadikan anugerah bagi teman sekelasnya mendapat limpahan rejeki makanan dari fans Gemintang. Mereka yang tidak suka Gemintang, iri dengan perhatian para cowok di sekolahnya untuk Gemintang, apalagi jika cowok yang mereka taksir malah menaruh hati padanya. Jadi tanpa bermaksud memanfaatkan kebaikan para cowok di sekolahnya. Gemintang dan sahabatnya lebih memilih bergaul dalam lingkungan cowok daripada harus bergabung dengan para cewek-cewek di luar sana yang kadangkala bertindak anarkis. Gemintang POV  "Gem, lo udah makan? tanya Dino. Teman seangkatanku tapi beda kelas. "Belum, kenapa?" balikku bertanya acuh. "Mau bareng gak ke kantin" "Gak deh. Gue bareng Erika dan Rani aja" tolakku. "Hmm gitu. Lo gak capek yah bareng-bareng terus" "Terus apa masalahnya sama lo," balasku tajam. "Gak sih, sekali-kali mandiri lah," Dino terkesan mengajariku. "Ngapain lo yang rese' sih. Udah kalo lo laper, lo aja ke kantin sendiri Mr. Mandiri," sindirku tajam. "Jangan ngambek dong. Gue kan ngomongnya baik-baik. Kalau gitu ini deh terima yah kado dari aku" "Habisnya lo kedengaran nyolot sih. Gue gak suka yah kalo lo bawa-bawa sahabat gue" "Iya-iya maaf deh," balas Dino ingin mencubit pipiku dengan refleks aku menepis tangannya. "Sori-sori abisnya lo gemesin deh Gem" "Gemesin apaan. Gue buka bayi," ucapku ketus. "Iya, maaf deh. Terima yah ini," bujuk Dino dan mendesakku untuk menerima kado darinya. "Hm...makasih," ucapku enggan. "Ssst...isinya apaan tuh?" usut Erika setelah Dino berlalu meninggalkanku. "Gak tahu, buka aja" "Lo, gak tertarik Gem. Cakep loh Dinonya," tawar Aisyahrani. "Gak, bukan tipe gue" balasku cuek. "Sialan lo. Jangan kebanyakan baca anime. Jadinya tipe lo kayak gitu deh" umpat Erika. "Emang gitu... wek..." balasku sembari menjulurkan lidah. "Gue buka ya kadonya," usul Aisyahrani. "Iya. Terserah lo"  "Gem, ada coklat nih dua. Sama surat. Ehmm... wangi Gem," ucap Aisyahrani. Bisa ditebak wangi surat itu berasal dari parfum yang disemprotkan di kertasnya agar terkesan romantis.  "Makan aja coklatnya. Gue takut jerawatan," alasanku. "Suratnya gue bacain yah," pinta Erika. "Iya" Dear Gemintang Larasati Aku tidak pandai menulis surat. Tapi aku pandai membingkai cinta.  Tawaranku untukmu Pertama, Kamu jadi pacarku Kedua, Kalau kamu nolak, aku mau kamu kembali ke yang pertama. Kutunggu balasanmu segera From Dino Arisandi "Beuh... dahsyat banget Gem tawarannya. Terus lo pilih yang mana?" tanya Erika. "Pilih... pilih... pilih kabur lah. Hahahaha," jawabku bercanda. "Dasar sinetron ketebak lo," potong Aisyahrani. Sebenarnya sudah sejak dari aku SMP banyak cowok mendekatiku. Berbagai cara mereka lakukan untuk menarik perhatianku. Tapi aku sudah berjanji aku akan menerima seorang cowok sebagai pacarku saat berumur 17 tahun, yang artinya saat aku di kelas dua nanti. Itu pun jika memang ada cowok yang nembak aku di hari ulang tahunku. Entah apakah sebagai pacar juga sebagai ciuman pertamaku seperti yang sering k****a di komik. Jadi sebisa mungkin saat ini, aku harus menjaga jarak dari siapapun. Terlebih lagi aku belum menemui cowok yang bisa membuat jantungku berdebar kencang, yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku termasuk penganut aliran cinta seperti itu. Aku masih menunggu kehadiran seorang cowok yang bisa membuat hari-hariku bersamanya selalu terasa singkat dan menyenangkan. Kata orang sih seperti berjalan di kebun bunga berdua, diselingi alunan musik indah. "Udah deh jangan bahas itu lagi. Lo gak laper, makan coklat doang?" kataku mengalihkan. "Laperlah. Ini sih appetizer bukan makanan utama" sahut Erika. "Gendut kaget lo pada" "Iya gak kayak lo. Makan banyak juga gak ngefek" Aku memang mempunyai badan yang lumayan proporsional dengan tinggi di atas rata-rata perempuan Indonesia. Bahkan seringkali saat berjalan di mall dengan sahabatku, aku biasa bertemu pencari bakat menghampiriku untuk menawarkan sebagai model. Berkali-kali pula aku tolak. Selain karena keluargaku yang berkecukupan, bagi kedua orangtuaku image model yang terbiasa dengan kehidupan malam dan bebas membuat mereka menolak mentah-mentah tawaran ini. Aku pun melangkah keluar dari kelasku, disusul oleh kedua sahabatku menuju kantin. "Hey lo liat gak, siapa tu cowok?" tanyaku heran, saat kulihat di kejauhan seorang cowok berjalan menuju kantin bersama teman-temannya. Tingginya yang diatas rata-rata siswa. Membuat dia terlihat mencolok diantara kerumunan orang. "Siapa?" tanya Aisyahrani balik saat baru saja keluar kelas. "Aku gak liat siapa sih" tanya Erika penasaran. Mereka sebenarnya tidak melihat sosok cowok itu karena saat mereka keluar kelas, cowok itu sudah berbelok di kantin sehingga mereka tidak melihat jelas sosoknya. Bahkan, selama dua minggu bersekolah disini, aku belum pernah bertemu dengan cowok ini. Apalagi dengan postur seperti itu, sangat amat mungkin aku kenali di setiap waktu. Tapi aku merasa tidak pernah bertemu dengan dia. Melihat punggungnya saja bisa membuatku penasaran. Kulangkahkan kakiku secepatnya menuju kantin. "Hey Gem pelan-pelan woy," susul Erika sembari setengah berlari. "Iya gak sabaran amat sih loh. Segitu kelaparannya," ejek Aisyahrani. Aku sampai di kantin dan mencari sosok cowok yang tadi aku lihat. Mataku mencari di sekeliling kantin tidak kudapati sosok seperti itu. Siapa sih dia, batinku bertanya.   Gemintang POV End  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD