PART 8

1367 Words
Setahun berlalu tidak terasa, hubungan Gemintang dan Banyu tidak ada kemajuan. Hanya bisa saling memandang dan tanpa saling bertegur sapa. Waktu seolah-olah bergulir lebih cepat. Gemintang tahu segala informasi dari Erika mengenai keseharian Banyu. Walaupun Gemintang tidak ingin terlalu tampak penasaran di hadapan kedua sahabatnya. Perasaannya ditutup rapat-rapat bagi orang lain. Kadangkala mencintai dalam diam, lebih indah namun menyesakkan. Sedangkan Banyu juga mendapat informasi dari teman-teman kelasnya. Siapa saja yang mencoba mendekati Gemintang. Apalagi hingga saat ini semua orang bertanya-tanya cowok seperti apa yang Gemintang inginkan menjadi pacarnya. Banyu sudah bersekolah seperti biasa, dan sementara waktu tidak mengikuti perlombaan apapun karena ingin fokus menyelesaikan sekolah di tahun terakhirnya. Gemintang sekarang beranjak ke kelas dua, tepatnya kelas dua dua masih dengan kedua sahabatnya Aisyahrani dan Erika. Sedangkan Banyu naik ke kelas tiga dua. "Selamat pagi" sapa wali kelas dua dua. "Selamat pagi pak" ucap Gemintang dan teman sekelasnya bersamaan. "Perkenalkan ini murid baru kita, namanya Ronald Putra Herianto, pindahan dari Surabaya. Tolong kalian semua bisa membantu dia, apabila ada pelajaran yang tertinggal," ucap wali kelas menjelaskan. "Baik pak" seru mereka. "Kamu, panggilannya apa?" "Ronald aja pak" "Baik Ronald, kamu..." ucap wali kelas menimbang-nimbang. "Iya kamu disamping Gemintang yah, kebetulan disitu kosong" "Terima kasih pak" Sosok cowok baru di kelas Gemintang membuat semua orang di kelasnya terpana. Cowok tampan berbadan atletis dengan alis mata tebal dan rahang yang tegas, dan kulit agak gelap efek sinar matahari. Membuat kaum hawa bisa menjadi terpesona karenanya. "Hai, nama aku Ronald" ucap Ronald mengulurkan tangannya ke arah Gemintang. "Iya, aku Gemintang," balas Gemintang. Tatapan penuh arti diberikan Ronald untuk Gemintang. Sedangkan Gemintang hanya bersikap biasa saja. Setelah bel istirahat berbunyi, bisa ditebak semua teman sekelas Gemintang mengerubungi Ronald untuk bertanya apa saja mengenai keseharian hingga persoalan pribadi. "Gem, ke kantin yuk!" ajak Aisyahrani dan Erika bersamaan. "Iya, gue laper nih" "Hey" ucap seseorang sembari menepuk bahu Gemintang. Gemintang sempat kaget dibuatnya. "Boleh ikut gak, habisnya gue gak tahu arah ke kantin kemana" senyum Ronald yang tulus hanya dibalas Gemintang dan kedua sahabatnya dengan anggukan. Sesampainya di kantin, Gemintang dan Ronald duduk berdampingan, sedangkan Erika dan Aisyahrani duduk bersama. Kebersamaan mereka berdua membuat bisik-bisik di kantin, hingga beberapa cowok yang naksir dengan Gemintang hanya bisa menatap tidak rela. Sosok yang diharapkan oleh Gemintang juga melihat hal ini, siapa lagi kalau bukan Banyu, Banyu Sadewa, cowok yang hanya menyimpan rasa kepada Gemintang tanpa ada keberanian untuk mengungkapkannya. *** Semakin lama hubungan Gemintang dan Ronald berjalan lebih intens, mengerjakan tugas bersama, apalagi selalu saja mereka selalu dalam kelompok yang sama. Ke kantin bahkan mereka selalu bersama, kedua sahabat Gemintangpun tidak pernah mempermasalahkan kehadiran Ronald diantara mereka. Mereka menganggap bahwa Ronald mungkin saja bisa menerobos dinding baja di hati Gemintang. Apalagi Gemintang tidak pernah jujur akan perasaannya yang sebenarnya. "Gem, bentar lagi ultah lo kan" "Gimana udah ada calon pacar pertama lo gak" selidik Erika "Kayaknya impian gue, hanya sekedar impian deh" Gemintang hanya menatap kosong. "Lagian saat ini gue kan gak dekat sama cowok" lanjut Gemintang. "Eh lo gak liat Ronald" tanya Aisyahrani heran. "Ronald…" desis Gemintang dengan raut wajah tidak mengerti. "Emang kenapa dengan dia?" tanya Gemintang. "Astaga lo b**o atau gimana sih" ucap Erika tidak percaya. "Tiap hari bersama, pedekate gitu. Lo gak menyadari dia perhatian sama lo," beber Erika. "Emang gitu. Ah jangan buat gue kegeeran deh" sangkal Gemintang. "Serius lo ga nganggep dia sama sekali" "Kasian banget tuh cowok. Udah segitu perhatiannya sama lo. Lo biasa aja. Hati-hati lo Gem jangan suka mempermainkan perasaan orang. Hati-hati karma!" beber Erika lagi sembari tangannya bersedekap dan menatap Gemintang tidak percaya. "Karena yah setahu gue, emang gue gak pernah ngasih dia harapan. Lo jangan buat gue ngerasa bersalah deh." Gemintang menggaruk rambutnya yang tidak gatal, dengan wajah polosnya. "Udah-udah, lagian hati gak bisa dipaksa kan. Jangan desak Gemintang kayak gitu dong," saran Aisyahrani menengahi perdebatan kedua sahabatnya. Sedangkan Ronald yang duduk bersama teman-temannya sesekali mencuri pandang pandang ke arah Gemintang. Ronald dari kejauhan begitu penasaran apa saja yang membuat Gemintang dan kedua sahabatnya berbicara dengan serius. "Hey, serius amat sih. Gak laper. Udah bel dari tadi loh. Ke kantin yuk" Ronald menghampiri ketiganya. "Hey Ronald, kamu berdua aja bareng Gemintang deh, aku nitip aja. Beliin cemilan aja sama minuman dingin" kata Aisyahrani meminta persetujuan. "Iya kita tadi masih kenyang soalnya sempat sarapan tadi," ucap Erika menyetujuinya sembari mengedipkan matanya ke Gemintang yang tidak ditangkap oleh Ronald.  "Ish…apa-apaan sih lo," balas Gemintang tidak terima. Dia menangkap isyarat dari kedua temannya, agar mereka bisa berdua ke kantin. "Kalau gitu, Ronald aja deh ke kantin. Aku nitip juga" "Hey, gak boleh gitu dong. Lu kira dia babu apa. Disuruh-suruh. Nyokapnya tahu, habis lo Gem" "Gak, kita usulin lo berdua. Soalnya Gemintang kan tahu kesukaan kita berdua. Terus Ronald bantuin bawa makanan. Gitu" Aisyahrani menepuk bahu Gemintang pelan. Hanya ditanggapi senyum tulus Ronald seakan menyadari kedua sahabat Gemintang seperti memberikan akses kepada mereka berdua untuk bersama. "Iya…iya udah deh. Gue ngalah. Kelamaan berdebat sama kalian, bisa-bisa bel istirahat udah keburu abis," ucap Gemintang pasrah "Yuk Ron!" ajak Gemintang. "Okay" dibalas senyum merekah Ronald. Kesempatan yang selalu ditunggu-tunggunya selama ini. Gemintang yang tidak pernah lepas dari bayang-bayang sahabatnya, membuat dia tidak bisa bebas berbicara. Apalagi mengantarkan Gemintang pulang, sangat tidak mungkin dilakukannya karena Gemintang selalu dijemput oleh supirnya tepat waktu. Tatapan mata penuh tanya dari semua siswa melihat kedua orang tersebut datang bersama di kantin. Sudah bisa ditebak bahwa mereka akhirnya menjalin hubungan spesial. Para cowok di sekolah Gemintang akhirnya tahu harus mundur dari pertarungan mendapatkan perhatian Gemintang. Apalagi Ronald sekelas dengan Gemintang, bisa dipastikan aksesnya untuk bertemu Gemintang terbuka lebar. "Oh ini korban Gemintang selanjutnya" ucap Desi menghampiri keduanya yang asyik memilih camilan. "Maksudnya apa kak ngomong gitu?" tanya Gemintang tidak terima. "Maaf perkenalkan saya Ronald, kelas dua dua teman sekelas Gemintang" "Gue Desi kakak kelas lo. Hati-hati aja lo. Gemintang tuh suka PHP-in cowok. Hanya memanfaatkan kebaikan cowok aja. Jangan terlalu berharap banyak" Desi melihat keduanya seolah-olah memberikan tatapan jijik. "Makasih kak sarannya, tapi aku yakin kok Gemintang gak kayak gitu" balas Ronald tidak terima. Perkataan Ronald itu membuat Gemintang sedikit tersentuh. Sedangkan Desi akhirnya berlalu meninggalkan keduanya dengan wajah yang kesal. "Udah Gem, semuanya?" tanya Ronald sembari memastikan semua makanan berada dalam kantongan, sedangkan Gemintang hanya memegang kantongan kecil berisi minuman. "Iya kayaknya udah." "Kalau gitu ke kelas yuk." "Okay" "Kamu bisa bawanya?" Tatap Ronald melihat Gemintang memegang kantongan yang sangat ringan hingga Gemintang mengayunkannya. "Iya, lagian lebih banyak kamu yang bawa kan. Aku bawain minuman doang" "Oke kalau gitu" "Auch..." ucap Gemintang yang bertubrukan dengan seseorang hingga membuat jidatnya kesakitan. "Aduh maaf. Aku buru-buru, gak sengaja" "Eh" tatap Gemintang melihat sosok cowok itu ternyata Banyu. "Eh Gemintang yah. Maaf aku lomba lari tadi bareng teman aku. Gak liat kamu" "Gak papa kok Kak." "Gem, kamu gak apa-apa" ucap Ronald seolah-olah menginterupsi keduanya. "Iya aku baik-baik aja kok" "Sini aku bantuin" ucap Ronald. "Biar aku aja. Kan aku yang jatuhin," balas Banyu tidak terima. Banyu menepis tangan Ronald dan memunguti satu persatu minuman yang jatuh. Tanpa aba-aba tangan Gemintang dan Banyu saling bersentuhan saat mengambil botol minuman yang sama. Sontak saja Gemintang refleks menarik tangannya cepat, agar meredam wajahnya yang mungkin saja memerah malu. "Ehm udah ini. Maaf sekali lagi yah Gemintang. Selamat makan siang" "Sama-sama kak" Gemintang dan Ronald berjalan menuju kelasnya, Gemintang sesekali membalikkan badan ke arah Banyu dan bersamaan itu pula Banyu menatap Gemintang. Ada senyum merekah di keduanya dan tatapan penuh arti. "Ini bos" ucap Gemintang saat berada di dalam kelas. Kedua sahabatnya asyik membaca komik remaja yang dibawa oleh Erika "Hahahaha sensi amat sih loh" "Lo gak tahu bagaimana perjuangan gue dapatkan ini semua" "Emang kenapa?" "Berat tau…" "Hahahaha lo bercanda segini ringannya. Kalau Ronald gue percaya" Balas Erika yang seolah-olah menimbang dua buah kantong yang dipegang oleh Ronald dan Gemintang. Uhuk  Gemintang yang tersedak, sontak membuat Ronald menepuk bahu Gemintang seolah-olah membantu agar bisa bernapas dengan lega. Tangan Ronald mengelus perlahan sudut bibir Gemintang. Tanpa disadari momen itu ditangkap oleh Banyu yang melewati kelasnya, mata Gemintang melihat sosok jelas Banyu menatapnya penuh arti. Apa perlu memberikan penjelasan, padahal mereka berdua belum menjalin hubungan apapun. Sampai kapan Banyu bisa peka terhadap perasaan Gemintang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD