Part 9

1284 Words
Seolah waktu yang tidak berpihak ataukah kedua insan ini memang tidak ditakdirkan bersama. Itulah hubungan Gemintang dan Banyu. Berbeda hubungannya dengan Ronald semakin hari semakin dekat.  Terlintas dipikiran Ronald bahwa ini saatnya menyatakan cinta. Memilih momen yang tepat, dengan memikirkan ide yang mungkin akan kelihatan romantis di hadapan Gemintang.  Akhirnya dia memutuskan untuk menyatakan cinta saat Guru mengadakan rapat. Kebetulan akan ada tim pemantau ke sekolah, sehingga murid-murid tidak belajar dan dibebaskan untuk melakukan apa saja. Hanya saja mereka tidak diijinkan kembali ke rumah jika jam pulang sekolah belum berakhir.  "Gem, yuk ke lapangan," bujuk Erika menarik-narik tangan Gemintang. Aisyahrani berjalan mengikuti keduanya sambil menggeleng geli atas sikap Erika.  "Apa sih panas gini. Di kelas aja deh" tolak Gemintang. Gemintang enggan beranjak dari tempat duduknya tetapi atas dorongan kedua sahabatnya, akhirnya dia menuruti keinginan kedua sahabatnya.  Di lapangan basket sudah banyak murid yang berdiri di pinggir lapangan tepat di bawah rindang pohon.  "Hei kok, rame banget sih" ucap salah satu murid. Di lapangan sudah ada beberapa cowok teman sekelas Gemintang berdiri berjejer membawa beberapa kertas karton bertuliskan sesuatu.  Gemintang ditarik oleh kedua sahabatnya hingga berada di tengah lapangan, persis di hadapan beberapa cowok yang berdiri di tengah lapangan itu.  Di tengah kebingungan, dan disertai tatapan berbeda-beda dari semua murid yang menatap ke arahnya. Gemintang masih mencerna situasi yang dihadapinya. Berbeda dengan kedua sahabatnya yang hanya tertawa cekikikan di pinggir lapangan. Satu persatu cowok itu membalik kertas yang berada di d**a mereka.  "Gemintang Larasati"  "Maukah kamu"  "Menjadi"  "Pacarku" Gemintang membaca dalam hati semua tulisan yang terpampang di hadapannya sambil terus mencerna dia dalam situasi apa sebenarnya.  Terakhir dari deretan tersebut berdiri Ronald, berjalan perlahan mendekati Gemintang dengan membawa bunga dan coklat, bertekuk sebelah lutut. Tampak wajahnya yang juga tegang, dengan peluh jatuh di dahinya selain karena panas matahari mungkin juga karena kegugupannya.  Sorak sorai semua murid yang seolah-olah memberikan semangat kepada Ronald tetapi dari sekian sorak dari Gemintang juga bisa mendengar suara nyinyir dari belakangnya.  "Alaahhh, bikin malu aja sih. Gemintang itu gak mungkin terima cowok manapun. Karena gue yakin, dia itu emang suka sama semua cowok. Cewek haus perhatian," ucap Desi disertai tatapan tidak suka yang tentu saja tidak bisa dilihat oleh Gemintang. Erika yang mendengar itu merasa tidak terima dan ingin melabrak Desi, tetapi ditahan oleh Aisyahrani dan menunggu Gemintang memutuskan apa yang terbaik untuk dirinya.  Gemintang harus memutuskan saat itu juga, memikirkan perasaan Ronald yang dengan keberaniannya menyatakan cinta di hadapan semua murid, sudah membuktikan ketulusannya untuk Gemintang.  "Ronald, kamu" ucap Gemintang lirih disertai tatapan tidak mengerti.  "Iya Gemintang, aku berharap kita lebih dari teman. Mau gak?"  "Udah kamu berdiri aja dulu" sontak ucapan Gemintang ini membuat Ronald akhirnya berdiri tegak di depan Gemintang, tentu saja masih menenteng bunga dan coklat di kedua tangannya.  "Jadi gimana, mau kan?" tanya Ronald sekali lagi dengan wajah memohon. Gemintang membalasnya dengan anggukan kecil dan senyuman. Sontak saja Ronald melompat kegirangan dan mengepalkan tangannya ke atas. Ronald menarik tangan Gemintang dan mengecup punggung tangannya, membuat wajah memerah Gemintang seketika.  Erika dan Aisyahrani akhirnya berpelukan dan ikut merasa bahagia melihat sahabatnya mempunyai seseorang yang bisa mengisi kekosongan hatinya. Sedangkan peristiwa bahagia itu dilihat oleh Banyu dan Novan yang menatap kecewa karena keduanya tidak memiliki keberanian. 'Terlambat' satu kata yang patut disematkan bagi keduanya.  *** Mungkin inilah doa yang selama ini terwujud untuk Gemintang, hari menjelang ulang tahunnya dia telah mempunyai seorang yang menyayanginya dengan tulus. Hari-hari Gemintang diisi kebersamaan bersama Ronald. Ronald yang begitu perhatian, yang selalu menatapnya dengan sungguh-sungguh saat berbicara, menemaninya kapan saja. Ronald yang mempunyai hobi bermain basket, begitu bahagia melihat Gemintang yang selalu duduk di pinggir lapangan menontonnya dan kadangkala meneriakkan kata penyemangat membuat permainan Ronald semakin baik dan bersemangat untuk mencetak angka. Bagai sepasang sayap yang tidak terpisah satu sama lain, Gemintang dan Ronald juga mendapat dukungan dari para guru walaupun tidak terang-terangan. Karena mereka berharap bahwa hubungan ini semakin memicu mereka berdua untuk rajin belajar dan saling men-support prestasi satu sama lain. Di satu sisi, kedekatan mereka berdua ternyata membuat jarak tak kasat mata bagi kedua sahabat Gemintang. Ronald semakin posesif dan seolah-olah membuat dunia Gemintang hanya berpusat pada dirinya. Tidak ada lagi Gemintang yang berkumpul bersama di rumah Aisyahrani, mencicipi kue buatan Ibunya, membaca komik bersama hingga saat bosan menonton drama korea. Erika dan Aisyahrani sebenarnya ingin mengungkapkan apa yang mereka rasakan tetapi mereka selalu mengurungkan niatnya saat melihat Gemintang yang selalu tertawa lepas, terlihat bahagia di samping Ronald. Bukankah keinginan mereka sejak dulu yang ingin melihat Gemintang seperti ini. Tanpa mereka tahu, Gemintang merasakan hal yang sama. Saat ingin berkumpul dengan kedua sahabatnya, Ronald selalu saja mengajaknya untuk keluar bersama. Walaupun Gemintang harus berbohong kepada kedua orang tuanya. Hubungan mereka tidak diketahui oleh orang tua Gemintang. Tentu saja, karena Gemintang diharapkan fokus untuk menyelesaikan sekolahnya. Apalagi dirasa umurnya belum layak untuk menjalin hubungan dengan seorang pria. Entahlah standar umur yang layak, hanya kedua orang tua Gemintang yang tahu. Sikap protektif kedua orang tuanya ini membuat Gemintang harus berbohong setiap waktu saat akan bepergian dengan Ronald. Ronald akan menjemputnya dengan motor di ujung rumah Gemintang dan tentu saja alasan kerja kelompok bersama dengan Erika dan Aisyahrani. “Gem, sore ini kamu bisa gak temenin aku. Nonton pertandingan basket sabtu besok,” ucap Ronald yang berjalan beriringan Gemintang hingga ke parkiran sekolah. “Please beb…” bujuk Ronald disertai tatapan memohon dengan muka dibuat seimut mungkin. Terlihat lucu dan menggemaskan di mata Gemintang. “Ehm…boleh. Tapi baliknya jangan sampe malam yah. Takut papi aku nyariin lagi” ucap Gemintang setelah menimbang-nimbang permintaan Ronald. “Iya kan bisa alesan ke rumah Rani. Yah kan Rani” tanya Ronald yang menatap Aisyahrani dan Erika yang berjalan di belakang mereka seolah meminta persetujuan mereka. “Kamu tuh jangan ajak Gemintang keseringan pake alesan ke rumah Aisyahrani yah. Satu lagi kamu juga jangan macem-macem sama Gemintang, awas aja” ancam Erika yang sudah bosan terhadap sikap Ronald yang selalu meminta ijin memakai nama Aisyahrani. “Iya, lama-lama Papi Gemintang curiga juga. Tiap hari Gemintang selalu alesan ke rumah aku. Aku gak mau dicap jelek sama orangtua Gemintang” tambah Aisyahrani. “Gak kok, aku pasti jaga Gemintang. Pegang janji aku” ucap Ronald seakan membanggakan dirinya sembari menepuk-nepuk dadanya. Gemintang hanya mendengarkan pembicaraan mereka dan di satu sisi setuju perkataan kedua sahabatnya. Entah apakah memang bersama Ronald adalah kebahagiaannya tapi dia berusaha menjalaninya. ‘Kalo gitu aku duluan yah beb, sampe ketemu besok. Ingat jam 4 sore, aku tunggu di ujung lorong rumah kamu” “Iya” ucap Gemintang pasrah. Sepeninggal Ronald, Erika mencoba mengeluarkan uneg-unegnya yang telah lama disimpannya. “Gem, lo bahagia kan bareng Ronald?” tanya Erika dengan wajah penuh selidik. “Ehm…gimana yah ngomongnya. Mungkin” jawab Gemintang. “Gitu yah, tapi kita rindu loh kebersamaan kita bertiga.” “Aku juga. Tapi gimana lagi, Ronald selalu saja punya cara buat aku jalan bareng dia. Akhirnya waktuku tersita. Yah mau gimana lagi” “Gak kok Gem, asal lo bahagia. Kami senang kok. Gak masalah. Apalagi ini kan baru awal kalian berpacaran, mungkin kalau udah lama. Ronald lama-lama jenuh juga, dan akhirnya kamu bisa bebas bareng kita lagi” ucap Aisyahrani yang selalu saja bersikap dewasa diantara mereka bertiga. “Bener, bisa jadi. Maafin aku yah” balas Gemintang. “Aku juga, setidaknya kan kita selalu tiap hari bersama di sekolah. Itu aja udah cukup kok. Setidaknya persahabatan kita ini akan terus bersama hingga kita tua nanti. Janji” “Janji” jawab Erika dan Gemintang kompak sembari menautkan jari kelingking mereka bertiga. Mereka berjanji bahwa segala kesalahpahaman diantara mereka harus dibicarakan dan jangan sampai membuat api dalam sekam. Karena sedikit saja rasa kecewa lama-kelamaan ini akan membuat hubungan persahabatan diantara ketiganya akan menjadi renggang.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD