WEDDING FASHION: 2|Meet Cool Uncle

1200 Words
*** Uli sudah sampai di rumah majikannya sejak beberapa saat yang lalu tapi tak ada satupun yang membukakan gerbang yang menjulang tinggi di depannya ini. Kernyitan pada keningnya cukup membuktikan kalau Uli mulai merasa bosan. Uli tidak tahu ke mana security yang biasanya berjaga di dekat gerbang. Penyesalan tiba-tiba menghampirinya ketika ia lupa meminta nomor telpon Kela. Uli menghela napas. Kemana kira-kira penghuni rumah ini? Sebelum pertanyaan-pertanyaan itu terjawab, bunyi klakson mobil mengejutkan Uli. Ia menolehkan kepalanya. "Minggir!" ucap si pemilik mobil dengan dingin. Uli mengernyit tidak suka. Tapi tak urung dirinya berpindah tepat ke samping mobil itu. "Siapa kamu?" tanya sosok yang sedang memakai kaca mata hitam. "Sedikit menjijikkan." batin Uli. "Anda yang siapa?" bukannya menjawab pertanyaan si pemilik kaca mata hitam, justru Uli juga ikut mengajukan pertanyaan yang sama. Decak kesal begitu terdengar di telinga Uli. Ia sama sekali tak suka mendengar nada meremehkan dari orang itu. "Saya tanya sekali lagi, siapa kamu? Pemulung atau pengemis?" tanya si lelaki dengan sarkas. Ingin sekali Uli tertawa terbahak-bahak. Sekali lagi dirinya bertemu dengan manusia sombong yang hanya menilai seseorang dari penampilan saja. Uli mengangkat dagunya tinggi-tinggi. "Kenapa saya harus menjawab pertanyaan anda, tuan?" tanyanya. Uli bersorak dalam hati ketika dirinya melihat si sombong mengeraskan rahang. "Astaga! Mudah juga membuat orang ini tersulut." Uli terkekeh pelan. Kini ia bisa dengan bangga menyombongkan diri. Tapi tiba-tiba raut wajah sedingin es itu menampilkan senyum yang bisa membuat Uli diabetes. Astaga!!! Uli yakin Sera pasti mangap-mangap karena keasyikan memperhatikan senyum lelaki ini. Namun mata kurang ajar si laki-laki berhasil membunuh kekaguman Uli akan senyum manisnya. Uli menyilangkan tangan demi menutupi aset yang membusung di dadanya. "Eh itu mata nggak pernah di sekolahin ya?!!" bentaknya. Uli merasa dirinya baru saja ditelanjangi oleh laki-laki yang kini dijulukinya sebagai si m***m. Adalah Danar Gafindo, ya itu nama lelaki yang sejak tadi bersikap menyebalkan pada Uli. Dia yang baru saja kembali dari luar negeri langsung saja ke rumah Kela untuk melihat satu-satunya perempuan yang sampai saat ini masih dicintainya itu. "Kurang ajar banget kamu ya?!!" hardiknya. Tapi Danar bersikap semakin menyebalkan. Pintu mobil terbuka. Danar semakin berani menatap Uli dengan senyuman yang memang disengajakannya semanis mungkin tetapi dengan mata yang terlihat sangat kurang ajar. Uli geram. Maka di detik berikutnya perempuan itu gunakan untuk menginjak ujung sepatu pentofel Danar hingga terdengar desisan dari si pemilik sepatu. Uli puas. Tak segan dirinya menampilkan senyum kemenangan. "Masih berani kamu?" tantangnya. Danar menyeringai. Kali ini Uli yang mendesis. Dirinya sama sekali tidak menyukai cara Danar menatapnya. "Kamu pikir aku takut sama kamu?" teriak Uli. Dia benar-benar ingin mengarungi Danar lalu membuangnya ke rawa-rawa. Melihat tingkah berani ini, tentu bukan hanya Uli yang geram tapi juga Danar. Sesungguhnya, Danar sangat ingin mencekik si perempuan sok hebat di depannya ini. "Kamu..." "Den!" belum sempat Danar menyelesaikan kalimatnya tapi suara seseorang memaksanya memalingkan wajah. "Ada apa Mang Ujang?" tanyanya dingin. Untung saja si Mang Ujang, security di rumah ini sudah terbiasa dengan sikap adik sepupu majikannya ini. Mang Ujang menarik napas sejenak. "Anu Den, nyonya dan tuan sekarang sedang ada di rumah sakit. Nyonya melahirkan." Sambil ngos-ngosan Mang Ujang memberitahu Danar. "Apa?" serempak Danar dan Uli menyahut lalu mereka saling melotot. "Iya Den. Saya disuruh pulang buat jagain rumah karena Bi Jiha ikut ke rumah sakit untuk membantu tuan," jelasnya. Danar mengangguk. Sedangkan Uli memberikan tatapan tak terbaca. Mang Ujang beralih menatap Uli. "Non ini pengasuhnya Den Sadaan, kan?" tanya Mang Ujang. Uli mengangguk. "Ada yang bisa saya bantu?" Uli ikut bertanya. "Non Uli tolong langsung ke rumah sakit saja untuk menjaga Den Sadaan," Uli dengan senang hati mengangguk. "Rumah sakit mana Mang?" tanya Uli lagi "Rumah sakit harapan bunda, non." Jawab Mang Ujang. Setelah itu Uli dan Danar bergegas meninggalkan Mang Ujang sendirian. "Aduhh anak muda zaman sekarang memang tidak ada sopan-sopannya ya, apa lagi si Den Danar. Sikapnya saingan sama freezer." Mang Ujang menggelengkan kepala sambil melambai pada Danar yang membunyikan klakson tanda ia berpamitan. Mendadak Mang Ujang menyesal karena telah berpikir jelek terhadap adik sepupu majikannya itu. Sementara itu Uli sibuk berlarian untuk mencari taksi. Sempat terbesit di benaknya menumpang dengan pemilik mobil yang sialnya sejak tadi malah sengaja mengikutinya dari samping. "Apa-apaan sih orang ini? Ngapain dia ngikutin aku??" gerutu Uli dalam hati. Ia kesal setengah mati. Tapi baiklah, kali ini Uli akan mengabaikan segala tingkah menyebalkan si pemilik mobil yang tak lain adalah lelaki yang sejak tadi berdebat dengannya. Tinnnn tinnnn Uli terkejut. Ia mengelus dadanya. "Ngapain kamu ngikutin aku?" bentaknya. Danar yang memang sejak tadi merasa tertarik untuk membuat si empu pertanyaan kesal jadi terkekeh senang. "Ayo naik!" ujarnya. Tentu saja Uli semakin terkejut. "Nggak salah?" tanya Uli tak yakin. Danar memamerkan senyum sinisnya. "Karena kamu adalah babysitter Saadan, jadi aku rela mengotori mobilku demi keponakan tersayangku." Jawabnya. Uli memutar bola matanya dengan kesal. Tapi ia tetap membuka pintu mobil Danar. "Lumayan." Komentar Uli setelah dirinya duduk tepat di samping Danar. Danar berdecak, "enak aja lumayan. Mobil ini keren!" perotesnya. Uli mengangkat alis sebelah kirinya. "Kamu pikir aku bahas mobil ini?" tanyanya. Danar memicingkan matanya dengan sebal. Ia mulai menyesal memberi tumpangan pada si babysitter. "Apa lagi?" Danar menyahuti pertanyaan perempuan di sebelahnya itu. "Maksudku lumayan, aku nggak harus keluar duit buat bayar ongkos taksi." Senyum simpul Uli berikan saat dirinya menjawab pertanyaan Danar. Danar hanya menaikan salah satu sudut bibirnya. Itu membuat Uli kesal tapi ia menahan diri untuk tidak bicara. Ia tahu laki-laki yang memberi tumpangan untuknya ini sedang meremehkan dirinya lagi. Sisa perjalanan itu mereka habiskan dalam diam. Hingga akhirnya mereka sampai di rumah sakit harapan bunda. "Terimakasih," ucap Uli sebelum ia membuka pintu. Tapi tiba-tiba Danar menatapnya tajam, selain itu telapak tangannya sedang melingkar di salah satu pergelangan tangan Uli. "Tunggu aku!" ujarnya kesal saat sadar Uli ingin pergi sendiri setelah menumpang di mobilnya. Mulut Uli membentuk huruf 'O' saat dirinya menemukan jawaban atas sikap laki-laki yang sampai detik ini tidak ia ketahui namanya itu. Terpaksa Uli menganggukan kepalanya. Lagi pula ia sama sekali tidak tahu di mana ruangan Kela. Danar terlihat mengeluarkan handphonenya. Sesakali Uli mendengar Danar menyebutkan sesuatu seperti nama ruangan atau kamar. Uli yakin laki-laki itu sedang menelpon salah satu keluarga Kela. "Ayo!" ajak Danar pada Uli. Beberapa saat kemudian Uli bisa melihat balita lucu berumur 2 tahun itu sedang berada dalam gendongan seorang laki-laki yang Uli perkirakan adalah suami dari Kela. "Bang, gimana Kela?" pertanyaan itu dari Danar. Dari kalimat, tentu terlihat biasa tapi bolehkan Uli mengernyitkan dahi mendengar nada dalam kalimat itu? "Semacam seorang laki-laki yang sedang mengkhawatirkan perempuan yang dicintainya?" Kira-kira seperti itulah pemikiran Uli. Apalagi ketika laki-laki yang dipanggil Bang itu berdecak tak suka. "Biasakan memanggil istriku dengan panggilan 'Mbak'!" kesalnya. "Betul! Jangan jadi adik kurang ajar ya, Danar Gafindo!" Kata-kata itu beriringan dengan telapak tangan yang menepuk belakang kepala Danar. "Ohh namanya Danar? Hemm kayaknya bakalan sering ketemu sama si m***m ini." Uli hanya bersuara dalam hati. Danar mendengus. "Iya Bang, sorry lupa karena terlalu khawatir." Balas Danar yang kemudian terkekeh. "Ahh dia seperti bukan laki-laki yang tadi bersikap dingin, arogan dan sombong. Apa mungkin orang ini memiliki dua kepribadian?" pertanyaan itu hanya dalam benak Uli saja. Ia masih bingung dengan hubungan semua orang yang ada di depan ruang bersalin ini. TBC. Jangan lupa like :)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD