Part 2. Hong Kong

552 Words
Sean datang ke rumah Uncle Aaron untuk bertemu Aron. Dia sudah mencoba menghubungi Aron, namun ponsel Aron tidak aktif. Pasti Aron sangat marah padanya, seharusnya dia tak mengikuti kata Rayyan dan Darren membiarkan Aron menunggu mereka di restaurant tadi malam. " Sean?" Natalie kaget melihat ada Sean di sana, tidak biasanya ponakannya itu datang ke rumahnya awal pagi. " Ada apa?" " Aku ingin bertemu Aron, Aunty.." " Bertemu Aron? Bukannya kalian bertemu di restaurant tadi malam.." " Aku tidak datang, Aunty.. aku, Rayyan dan Darren ke pulau.." jawab Sean sambil menundukkan kepala. " Kalian mengerjai Aron lagi.." tanya Natalie sambil melipat tangan di d**a. " Tidak, aku tidak mengerjainya.." jawab Sean gugup sambil menggelengkan kepala. " Aku ingin menemuinya.. dari tadi aku mencoba menghubunginya tapi dia tidak mengangkat panggilan dariku, mungkin dia sedang kesal padaku.." Natalie mengangkat sebelah alisnya, pasti Sean tidak tahu Aron sudah pergi ke Hong Kong. " Aron mana ya, Aunty.." " Dia sudah berangkat ke Hong Kong dari tadi jam tujuh.." Sean terus melihat ke arloji di pergelangan tangannya. " Tapi Aron tidak mengatakan apapun padaku, Aunty.." " Kamu saja tidak datang di restaurant itu, padahal dia menunggu kamu disana.." Sean bungkam. Semantara itu Aron di dalam pesawat menyandarkan tubuhnya sambil menghela nafas berat. Dia melihat ke ponselnya yang sudah dia matikan ketika masuk ke dalam pesawat tadi. " Seperti tidak ada orang lain saja sampai aku yang di suruh datang ke Hong Kong.." gerutu Aron sambil memakai headset di telinganya. " Aron ke Hong Kong.." kata Sean, pria itu terlihat sangat sedih. " Bagaimana ini? Kenapa aku harus ikut kata kalian.." kata Sean menyalahkan Rayyan dan Darren. " Aron pergi pasti gara gara kita, kalian juga selalu saja menghasutku.." Rayyan dan Darren hanya diam, mereka tidak tahu akan jadi seperti itu. " Ada apa dengan kalian.." tanya Nick ketika melihat Rayyan dan Darren ada di rumahnya. Dia melihat Sean dari belakang, anaknya itu terlihat mengusap mata. " Sean, kamu kenapa?" " Kenapa Daddy tidak memberitahu aku kalau Aron akan ke Hong Kong.." Nick diam sebentar, dia melihat Rayyan dan Darren lagi. " Daddy fikir Aron sudah cerita pada kalian.." Sean bungkam, Aron ingin bertemu mereka tadi malam pasti karena Aron ingin berpamitan. " Semua ini gara gara kalian.. " Sean beranjak dari duduknya dan terus melangkah menuju ke lift. " Ada apa?" Tanya Nick kebingungan. Rayyan dan Darren hanya diam. *** Aron melihat sekolah baru yang merupakan tempat dia sekolah. " Tuan, kami—" " Stt.." Aron menutup mulut pria seumurannya itu dengan tapak tangan besarnya. " Sudah aku katakan jangan memanggilku Tuan.." kata Aron lagi. " Maaf tuan.." Aron terus memberi jelingan tajam. " Baiklah Aron.." kata itu serba salah, Aron adalah bossnya sudah tentu dia harus memanggil bos tapi Aron tak mau di panggil bos. " Boleh kamu memberitahu kenapa mereka melihatku seperti itu." kata Aron kebingungan. " Seperti baru pertama kali melihat pria tampan saja.." kata Aron lagi sambil tertawa. " Hello Aron Scott.." kata seorang guru menyapa Aron sangat ramah. Aron sampai meringis karena wanita itu terlihat sangat menghormatinya dan juga terlihat segan. Semua karena Daddynya yang sudah membeli sekolah tersebut. " Sebentar lagi kelas saya akan di mulai kamu harus masuk kelas sebelum terlambat.." Aron berusaha pamerkan senyuman yang paling ikhlas, dia sangat malu karena di layan berlebihan seperti itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD