" Mommy.. kita sebenarnya mau ke mana.." tanya Niko sambil menolong Mommy bawa tas.
" Kita akan pindah, sayang.. disini sudah tidak bagus lagi.." jawab Mayleen sambil tersenyum kecil.
" Apakah jauh dari sini Mommy.." tanya Niki pula.
" Ya jauh dari sini tapi sudah dekat ke sekolah kalian.." Jawab Mayleen dengan semangat.
" Kalian senang.."
" Ya.." jawab Miki karena ketiga saudaranya hanya diam saja. " Tentu saja senang.."
" Pintar sekali kau berbohong.." Miko menyindir sambil membuang muka kearah lain.
" Ayo jalan.."
" Padahal aku belum makan, pulang dari sekolah terus di bawa pindahan.." kata Miko.
Mayleen terdiam seketika, dia sudah malas untuk masak lagi, apalagi dia sudah berkemas.
" Hari ini Mommy terlalu malas untuk masak, bagaimana kalau kita beli makanan saja.."
" Terserah!" Jawab Miko yang benar benar masih dalam mood merajuk.
" Kau jangan marah marah teruslah, Miko... Kita sudah mau pindahan, semoga di rumah baru kita masih bisa jualan lagi.." kata Niko sambil merangkul Miko.
" Benar tu, kita kan anak kuat, seperti kami tidak mempedulikan yang mereka bilang.." kata Miki pula. " Kau seperti bukan Miko yang kami kenal kalau kau marah marah terus..."
" Aku tidak marah, aku hanya sakit hati mendengar yang mereka bilang.. dan yang lebih menyakitkan kita tidak bisa balas apa apa karena kita rakyat lemah yang harus kita lakukan hanya sabar dan sabar lagi!"
Mayleen terenyuh mendengar luahan Miko, mungkin kalau dia mempertemukan anak anaknya dan ayah kandung mereka, kehidupan mereka akan terus berubah.
Tapi Mayleen terlalu takut mempertemukan mereka, apalagi Aron adalah seorang Mafia, dia tidak mau anaknya dalam bahaya nanti.
" Apa aku egois ya terus menjauhkan mereka dari Daddy kandung mereka?"
***
Mayleen tersenyum lebar ketika mendengar panggilan dari seseorang bawa dia mendapat pekerjaan baru.
Dia tak peduli itu dari siapa, yang terpenting dia mendapatkan pekerjaan baru, sudah satu minggu pindah rumah tapi dia masih belum mendapat pekerjaan, dan sekarang kerja datang dengan sendirinya.. lalu apakah dia ada alasan untuk menolak?
Wanita itu membuka pintu ketika mendengar suara anak anaknya sedang bercerita di depan pintu.
" Hello anak anak Mommy.." kata Mayleen menyambut kepulangan anak anaknya..
" Seperti biasa wajah kamu di tekuk lagi.." Mayleen memandang Miko dan mencubit pipi Cubby anak itu. " Ayo masuk.."
" Mommy.. aku lapar.." kata Miki sambil menaruh tas sekolahnya.
" Anak Mommy lapar ya, sini sayang.. kebetulan Mommy sudah masak.."
" Okay.." Miki langsung menghampiri Mommynya yang sedang mengambil piring dalam rak.
" Ayo makan, wajahmu jangan di tekuk seperti wanita sedang datang bulan.." kata Niki menyindir karena Miko terlihat sedang kesal.
" Kau seperti sangat berpengalaman.."
" Sudah.. sekarang waktunya makan.." kata Mayleen sambil memandang Niki dan Miko bergantian.
" Mommy, setelah makan aku keluar sebentar ya memberi makan pada kucing jalanan, tadi aku lihat kucing kucing itu sudah sangat kelaparan.." kata Niko yang sedang menikmati makan siangnya.
" Baiklah.. tapi hanya sebentar ya." Jawab Mayleen memberi izin.
" Aku ikut ya.." kata Miko. " Aku lagi butuh udara segar sekarang.."
" Baiklah.." jawab Niko.
" Aku juga mau ikut.." kata Niki.
" Aku juga.." kata Miki pula.
***
Aron menghela nafas panjang ketika dia sampai di apartmentnya masih tidak ada yang kata Mommynya akan menjaganya.
" Sebaiknya gadis itu memang tidak perlu datang.." Gumam Aron sambil membuka kaosnya.
Pria itu melangkah masuk ke dalam kamar mandi, dia harus mandi sebelum ke markas.
Semantara itu Mayleen masuk ke sebuah area apartment, dia mengikuti alamat yang di kirim padanya.
Sebenarnya ini sedikit gila, apa lagi percaya dapat kerja secara mengejut seperti itu, lewat panggilan dari orang yang tak di kenal pula, bisa saja itu adalah tipuan semata.
Wanita itu menekan butang pada lift, ketika lift terbuka saat yang sama lift seseorang ingin keluar dari sana.
" Hey kamu..." Kata Aron yang tak percaya melihat wanita itu disana.
" Dia lagi!" Geram Mayleen yang sudah ingin melangkah pergi.
" Hey! Hey!" Aron menarik tangan wanita itu tapi karena tarikan itu sedikit keras menyebabkan wanita itu menabrak dadanya.
" Buru buru sekali.."
" Lepaskan!" Mayleen memberontak, Aron terus melepaskan membuat wanita itu terjatuh di atas lantai.
" Ops!" Aron tertawa mengejek wanita itu.
" Mau aku bantu.."
" Tidak perlu!" Teriak Mayleen sambil beranjak lalu mendongak dan menatap pria itu dengan berani.
Untuk seketika Mayleen lupa bawa pria di depannya itu adalah mafia.
" Kenapa melihatku seperti itu mau berkenalan.." tanya Aron dengan wajah menyebalkan.
" Tidak sudi.." Mayleen buru buru masuk ke dalam lift. " Awas saja kalau bertemu lagi.."
Aron yang mendengar wanita itu mengumpat hanya tertawa pelan, dia menoleh ke belakang dan mengedipkan sebelah mata.
Mayleen bergedik ngeri melihat wajah m***m pria itu.
" Jutek sekali wajah gadis itu..." Gumam Aron sambil tersenyum ketika sudah duduk di kerusi.
Aron melihat ke jendela mobil saat dia menghentikan mobilnya karena sedang lampu merah.
" Hello tuan.." seorang anak kecil menyapa Aron ketika cermin mobil di turunkan Aron.
" Tuan mau membeli kue? Ini enak tahu buatan Mommy.."
Aron tersenyum lalu melihat ke dalam bakul kue anak kecil dengan wajah dekil itu.
" Uncle beli semua.."
Anak itu tersenyum sumringah lalu memasukkan semua ke dalam kantong plastik.
Aron memberikan anak itu duit dengan jumlah yang banyak. " Ambil saja semuanya.."
" Terima kasih tuan.."
" Baik, aku jalan dulu ya.."
" Iya tuan.." jawab anak kecil itu, dia memandang mobil Aron yang mulai berjalan pelan.
Aron menghentikan mobilnya di sebuah lorong kecil.
Dia tepian jalan itu Aron melihat ada beberapa kucing jalanan yang sedang di beri makan oleh seorang anak kecil.
Aron turun dari mobil sambil membawa kue yang di belinya tadi.
Dia merendahkan tubuhnya di sebelah anak itu, dia memberi kue pada kucing jalanan yang langsung menghampirinya.
Anak itu melihat kearah Aron, tapi Aron tak melihat kearahnya.
" Ternyata tuan penyayang kucing juga ya.." kata Niko sambil tersenyum lebar, dia senang karena masih ada orang lain yang menyayangi hewan jalanan selain dirinya.
Aron tersenyum mendengar anak itu berbicara, dia menoleh. " Sebentar kamu kan yang—"
Pria itu terdiam seketika, dia menatap bola mata anak itu yang berwarna coklat.
" Niko.."
Anak kecil yang di panggil Niko itu menoleh.
" Niki, apakah kamu sudah mau pulang.."
Aron terpaku melihat wajah kedua anak itu yang sangat mirip, tapi lagi lagi yang menjadi perhatiannya adalah bola mata mereka yang berbeda.
" Tuan ini siapa?" Tanya anak kecil dengan bola mata berwarna hijau itu.
" Dia memberi makan pada duit kucing kucing itu.." jawab Niko sambil melihat kearah Aron.
" Ayo kita pulang, jangan sampai Mommy memarahi kita lagi.." kata Miki yang menghampiri mereka.
Miki melihat kearah Aron, sejurus kemudian matanya membulat, pria dewasa itu kan yang di pasar waktu itu!
" Kamu anak kecil waktu itu kan.." tanya Aron dengan yakin, apalagi melihat bola mata anak itu berwarna biru.
" Tuan mengingatnya.." tanya Miki kaget, karena biasanya orang tak langsung bisa membedakan mereka, yang menurut orang lain mereka sangat mirip, padahal warna mata mereka berbeda.
Aron tersenyum, menurutnya ketiga bocah itu sangat unik. " Apa kalian masih mempunyai kembar lainnya, misalnya matanya berwarna hitam.."
Belum sempat ketiga bocah itu menjawab terdengar langkah seseorang mendekati mereka.
" Aku sudah dapat kerja.." kata Miko dengan semangat. " Besok aku sudah bisa membantu berjualan di pasar sana.."
Miko terdiam seketika, lalu mendongak ke atas mengikuti arah pandang ketiga kembarnya. " Apa yang kalian lihat.."
Sejurus kemudian wajah Miko terus berubah.
" Uncle tuan!"
" Dia orangnya!" Tanya Miki sambil menatap sinis pada Aron.
" Iya.. Uncle tuan kerumah aku sebentar ya, Mommy juga belum pulang.." kata Miko.
" Miko.. gila kamu kan Mommy sudah pesan kamu jangan bertemu dia lagi.." kata Niki memperingatkan Miko.
" Alah! Mommy pulangnya malam, dan kalau kalian diam saja, Mommy pasti tidak akan tahu.."
Miko melihat kearah Aron sambil tersenyum lebar. " Dia terlihat baik, walaupun Mafia.."
" Mafia?" Pekik ketiga kembarnya. " Kau gila ya berteman dengan mafia.."
" Tenang saja dia mafia baik.." lagi lagi Miko membela Aron. " Ayo Uncle.. rumahku sudah tidak jauh dari sini.."
" Sebaiknya tuan pergi saja Mommy kami tidak akan suka melihat tuan di rumah kami.." kata Niki dengan tegas.
" Tidak apa apa hanya sebentar saja, lagi pula Mommy kalian belum pulang kan.." jawab Aron dengan tenang membuat Niki terperanjat kaget.
" Benar sekali..." Sokong Miko sambil tertawa pelan.
" Bagaimana ini?" Tanya Miki kesal sambil melihat Aron yang mengikuti Miko kerumah mereka.
" Sudahlah.. aku yakin Uncle itu tidak akan tahan lebih lama dirumah kita.." kata Niki.
Dan benar saja, baru berapa menit yang lalu Aron berada di rumah mereka, tapi pria dewasa itu sudah berkeringat karena kepanasan.
Aron berdiri, namun karena bumbung rumah terlalu rendah atau Aron yang terlebih tinggi, tanpa sadar kepala pria itu terbentur.
" Argh!"
Miki menutup mulutnya karena sedang menahan tawa.
" Suka ya melihat Uncle tuan kesakitan.." kata Miko sambil mengelus kepala Aron, sesekali dia meniupnya. " Apa sudah jauh lebih baik.."
" Iya.. terima kasih ya, Hm.. nama kamu siapa?"
" Aku Miko.." jawab Miko dan tanpa segan duduk di pangkuan Aron. " Boleh ya aku duduk di sini.."
Aron tertawa pelan sambil mengelus rambut Miko.
Kemudian pria itu melihat dalam rumah itu, sangat kecil, tempat tidur dan makan sudah menjadi satu.
" Kalian semua tidur disini.." kata Aron sambil memandang Miki berganti pada Niki.
" Iya.." jawab Miko.
" Apakah rumah ini masih di sewakan.." tanya Aron lagi, karena rumah buruk seperti itu seharusnya tidak perlu di sewa lagi.
" Tentu saja.. makanya kami mencari kerja untuk meringankan beban fikiran Mommy.." kata Miko.
" Jadi Mommy kalian sekarang ada dimana.." tanya Aron lagi. " Sudah mau malam, tidak baik kalian di tinggalkan dirumah, apalagi disini pasti banyak preman.."
" Mommy pergi, untuk bertemu seseorang, Mommy sudah mendapatkan pekerjaan baru."
Jawab Niko yang lama lama merasa nyaman berbicara dengan Aron.
" Baguslah apakah kalian sudah sekolah.." tanya Aron lagi.
" Iya.. baru berapa hari lalu kami mulai masuk sekolah.." jawab Niki sambil memandang Miko yang sudah tertidur di pangkuan Aron, pantas saja anak itu sudah tak berbicara sejak tadi.
" Berarti kalian sudah beli sepatu Jordan.." tanya Aron sambil memandang Miki dan Niki, lalu menoleh ke samping tempat Niko duduk.
" Tuan tahu dari mana kami mau membeli sepatu Jordan.." tanya Miki kaget, mereka belum mengatakan apa apa tadi Aron sudah tahu duluan.
Aron tersenyum, melihat senyuman di bibir pria dewasa itu, mereka tahu Miko sudah menceritakan semua pada Aron.
" Belum ada.. untuk sementara Mommy menyuruh kami memakai sepatu lama.." kata Niko pada akhirnya.
Aron mengangguk mengerti, lalu melihat kearah sepatu yang sudah siap di cuci, namun jelas sudah lusuh.