Bab 3. Kenyataan Pahit

1039 Words
Isabella kembali memutar badan, ia tidak ingin kalau sampai Antonio mengenali wajahnya. Tubuh wanita itu pun seketika gemetar, sementara suara Antonio yang sedang bersenda gurau bersama wanita selingkuhannya semakin terdengar jelas sembari berjalan mendekat. Ryan yang baru saja menutup pintu kamar seketika mengerutkan kening saat menyadari ada yang aneh dengan sikap Bella. Wanita itu tidak beranjak dari tempatnya bahkan kepalanya kian menunduk. "Ada apa Nyonya Be--" Ryan menahan ucapannya karena Bella memberinya isyarat dengan meletakan jari telunjuk di antara bibirnya yang tertutup masker berwarna hitam. Pria itu sontak menoleh ke arah belakang di mana Antoni hampir sampai. Ryan tiba-tiba saja melingkarkan telapak tangannya di bahu Bella lalu membawanya melangkah sesaat sebelum suaminya melintasi mereka. "Apa dia suami kamu?" tanya Ryan berbisik agar suaranya tidak terdengar oleh pria di belakangnya. Bella hanya menjawab dengan anggukan. Sementara Ryan semakin erat merangkul bahu Bella bahkan telapak tangannya kini turun melingkar di pinggang langsing wanita itu. Bella sontak menoleh dan menatap wajah Ryan, ia sama sekali tidak melakukan penolakan. Kedua kakinya berjalan seiringan dengan langkah kaki sang bodyguard, sementara Antoni dan selingkuhannya berjalan tepat di belakang mereka. "Apa kamu akan terus menjadikan aku selingkuhan kamu, Mas Antoni? Aku capek lho kayak gini terus," ujar sang wanita, suaranya terdengar jelas di telinga Isabella. "Emang kamu maunya gimana, Sayang? Lebih enak kayak gini, 'kan?" tanya Antoni terdengar memuakan. "Lagian, meskipun kamu jadi istri sah saya, gak ada bedanya buat kamu, Mutia. Isti sah atau simpanan sama saja." "Ya nggak sama dong, kalau aku jadi istri sah kamu, kita gak perlu melakukannya secara sembunyi-sembunyi kayak gini." "Yang sembunyi-sembunyi itu lebih enak, Sayang. Sensasinya beda." Bella mengepalkan kedua tangannya. Rasanya ingin muntah setelah mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh suaminya itu. Andai saja ia bukan seorang artis, andai saja dirinya tidak perlu menjaga nama baik, andai saja ia wanita biasa yang tidak memiliki popularitas yang tinggi, mungkin sudah ia hajar dua orang yang berada di belakangnya itu. Bella tidak ingin popularitasnya hancur karena dipandang sebagai istri yang tak mampu melayani suaminya hingga Antonio mencari kesenangan di luar sana. Mereka berempat akhirnya tiba di depan lift yang masih tertutup rapat. Bella bahkan berdiri tepat di samping wanita bernama Mutia. Rasanya sakit luar biasa, ingin rasanya ia menjambak bahkan memaki wanita itu habis-habisan. Namun, Bella mencoba untuk menahan keinginan itu sedemikan rupa karena ingin menjaga harkat dan martabatnya sebagai seorang artis yang terkenal jauh dari skandal. Pintu lift pun terbuka, keempat orang itu masuk ke dalam lift. Ryan dan Bella sengaja masuk terlebih dahulu agar mereka bisa berdiri di belakang Antoni dan Mutia, Antoni sempat menatap wajah Bella saat kedua kakinya melangkah memasuki lift, tapi ia sama sekali tidak mengenali istrinya. Sesaat kemudian, pintu pun tertutup dan meluncur ke lantai dasar. "Malam ini tidurlah di rumahku, Mas. Putri kita kangen sama kamu, dia merengek terus pengen ketemu sama Ayahnya," ujar Mutia membuat Bella yang berdiri di belakangnya merasa terkejut. Kedua kaki Bella bahkan seketika melemas. Wanita itu menggenggam erat pakaian yang dikenakan oleh Ryan sebagai pelampiasan atas rasa sakit yang tengah ia rasakan. "Mas Antoni punya anak di belakang aku? Udah berapa lama mereka selingkuh? Ya Tuhan, cobaan macam apa ini?" batin Bella, kedua matanya seketika memerah dan berair. "Jangan malam ini, Mutia. Saya ada janji sama istri saya. Besok deh saya nginep di rumah kamu," jawab Antoni. "Kamu gitu, kalau buat istri kamu aja selalu punya waktu, sementara buat aku, kamu gak pernah punya waktu," rengek Mutia manja. Antoni seketika memeluk tubuh Mutia lalu melayangkan kecupan di bibirnya. "Hmm! Jangan gitu dong, Sayang. Mas janji besok nginep di rumah kamu." Ryan yang menyaksikan hal tersebut seketika meraih telapak tangan Bella lalu menggenggamnya erat. Pria itu seolah dapat merasakan apa yang tengah dirasakan oleh Bella. Pasti rasanya sakit luar biasa ketika wanita itu melihat perselingkuhan suaminya di depan matanya sendiri. Namun, Ryan benar-benar kagum dengan sikap Bella yang terlihat tenang meskipun buliran bening mulai memenuhi kelopak matanya yang memerah. "Kamu luar biasa, Bella. Kamu benar-benar tegar. Andai saya jadi kamu, udah saya habisi dua orang ini," batin Ryan menatap sayu wajah Isabella. Pintu lift pun akhirnya terbuka, mereka pun tiba di lantai dasar dan kedua orang yang berada di hadapan mereka beranjak meninggalkan ruangan sempit itu. Namun, tubuh Bella sama sekali bergeming. Kedua matanya menatap tajam punggung suami dan selingkuhannya penuh rasa dendam. "Awas aja kalian, aku akan buat perhitungan sama kalian nanti. Aku diam bukan berarti lemah, aku hanya gak mau mengotori tanganku dengan melakukan perbuatan yang akan merugikan diriku sendiri. Meskipun, ingin rasanya aku menghabisi nyawa kalian berdua," batin Bella penuh rasa dendam. "Nyonya Bella," sapa Ryan seraya menatap lekat wajah Bella. "Maaf, aku ngelamun. Eu ... bisakah kita naik lagi ke atas? Aku gak mau pulang malam ini," tanya Bella seraya melepaskan lingkaran tangan sang bodyguard. "Anda yakin?" Bella menganggukkan kepala, tubuhnya benar-benar lemas setelah menyaksikan perselingkuhan suaminya sendiri. "Anda yakin gak akan pulang?" tanya Ryan ingin lebih memastikan. "Aku takut gak bisa mengendalikan emosiku kalau aku pulang dan ketemu sama suamiku di rumah. Aku takut kewarasan aku hilang dan--" "Baiklah, Anda boleh bermalam di sini. Tenangkan diri Anda dulu. Saya akan menjaga Anda," jawab Ryan lalu menekan tombol lift, seketika itu juga pintu lift pun kembali tertutup juga kembali melesat naik. Tidak perlu menunggu lama, lift itu pun kembali terbuka. Bella berjalan keluar dengan langkah kaki gontai. Tatapan matanya nampak kosong menatap lurus ke depan. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Antonio tega berselingkuh darinya bahkan memiliki seorang putri. Hati seorang Bella benar-benar hancur, rumah tangga yang ia bangun selama lima tahun berada di ambang kehancuran. Sementara Ryan yang berjalan tepat di belakang wanita itu hanya menatap punggung Bella dengan perasaan iba. Ternyata, menjadi seorang artis tidak serta merta membuat kehidupan seorang Bella bahagia. Bella memiliki kecantikan yang luar biasa, Ryan akhirnya mengakui hal itu di dalam hatinya, tapi mengapa suami dari wanita itu memilih untuk berselingkuh? Batin Ryan merasa tidak habis pikir. Bella berhenti di depan kamar yang sempat dihuni oleh Ryan. Wanita itu seketika menoleh dan menatap wajah sang bodyguard. Ia pun melepaskan masker berikut topi yang semula ia kenakan. "Jangan dibuka, kalau nanti ada yang ngenali kamu, gimana?" ucap Ryan seraya menatap sekeliling. "Tolong beliin aku anggur merah, Ryan," pinta Bella lemah dan bergetar lengkap dengan bola mata memerah dan berair. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD