Bab 2. Bodyguard

1088 Words
Pria yang belum diketahui namanya itu hanya terdiam seraya menatap wajah Bella. Ia bahkan tidak menjawab permintaan Bella yang memintanya bekerja sebagai bodyguardnya. "Kenapa kamu diem aja? Kamu tuh irit ngomong, ya. Kayaknya sayang banget ngeluarin suara kamu itu," tanya Bella tersenyum miring. "Saya tak tertarik bekerja sebagai bodyguard kamu," jawab sang pria dingin dan datar. "Aku bakalan gaji kamu lima juta sebulan, gimana?" Pria tersebut menggelengkan kepalanya masih dengan ekspresi wajah yang sama. Telapak tangannya perlahan mulai bergerak meraih kemeja berwarna hitam yang tergeletak sembarang di atas sofa lalu mengenakan di tubuhnya. "Apa lima juta tak cukup? Gimana kalau tujuh juta? Itu udah melebihi UMR kota Jakarta lho. Di mana lagi kamu bisa dapat kerjaan dengan gaji sebanyak itu," sahut Bella berusaha untuk membujuk. "Hmm! Tidak." "Astaga," decak Bella kesal. "Selain dapet gaji, aku juga bakalan kasih kamu kendaraan lho. Anggap aja itu sebagai inventaris juga buat nganterin aku ke mana-mana." "Saya mau tanya sama Anda, kita belum saling mengenal. Anda bahkan gak tau nama saya dan siapa saya sebenarnya. Semudah itu Anda meminta saya bekerja dengan Anda?" tanya sang pria. "Kalau ternyata saya ini orang jahat, gimana? Kalau semisal apa yang Anda katakan tadi itu benar, saya ini gangster yang punya banyak musuh, gimana? Apa Anda tak takut sama saya?" "Oke, sekarang kita kenalan dulu, siapa nama kamu?" tanya Bella menatap lekat wajah sang pria. "Ryan, nama saya Ryan Prayoga." "Sekarang aku udah tau nama kamu. Jadi, apa kamu mau bekerja denganku?" "Kenapa harus saya?" "Karena kamu laki-laki tangguh." "Dari mana Anda tau kalau saya ini laki-laki tangguh?" "Tuuh!" Bella menunjuk tubuh Ryan di mana perban putih terlihat dibalik kemeja yang belum sempat ia kancingkan. Ryan tersenyum hambar seraya mengaitkan satu-persatu kancing kemeja yang melingkar di tubuhnya hingga luka tersebut benar-benar tidak terlihat begitu pun dengan perut kotak-kotaknya yang sempat membuat Bella terpana karenanya. "Jadi gimana, Ryan. Kamu mau 'kan jadi bodyguard aku?" Bella kembali bertanya, tidak sabar ingin segera mendapatkan jawaban. "Sebenarnya, aku baru aja mergoki suamiku selingkuh, bukan memergoki sih, lebih tepatnya aku ngeliat mereka lagi bercinta di salah satu kamar di hotel ini. Bayangkan gimana perasaan aku, Ryan?" "Anda terlihat biasa aja," celetuk Ryan masih dengan ekspresi wajah yang sama. Bella tersenyum miring. "Ya, karena aku artis. Aku udah terbiasa berakting. Kamu tak tau seberapa besar luka yang aku sembunyikan. Rasanya sakit, tapi ya ... mau gimana lagi." Ryan menatap lekat wajah Isabella. Rasa kagum pun seketika memenuhi otak kecilnya. Bagaimana mungkin wanita ini masih bisa tersenyum setelah melihat suaminya b******u dan bercinta bersama wanita lain? Meskipun begitu, pancaran mata Bella tidak dapat berbohong, bibirnya memang menyunggingkan senyuman, tapi sorot matanya menyembunyikan kesedihan yang mendalam. Haruskah ia menerima tawaran wanita itu? "Baiklah kalau kamu emang gak mau, aku akan cari orang lain aja," sahut Bella seketika berdiri tegak lalu hendak melangkah. "Oke, saya mau." Bella sontak menghentikan langkahnya seketika tersenyum lebar. "Beneran?" tanyanya, menatap wajah Ryan dengan tatapan mata berbinar. "Kapan saya mulai bekerja?" "Sekarang juga kamu udah bisa bekerja, bawa aku keluar dari hotel ini tanpa diketahui oleh wartawan yang ada di luar, gimana?" Ryan menganggukkan kepalanya. "Eu ... tapi ngomong-ngomong, apa kamu bisa pinjemin aku pakaian? Kemeja atau apalah. Aku gak mungkin keluar dengan pakaian yang ada darahnya gini, nanti aku dikira habis mutilasi orang lagi. Ya, meskipun rasanya pengen banget melakukan hal itu, andai saja membunuh itu gak dosa, mungkin udah aku habisi nyawa si b******k Antonio sama selingkuhannya itu," jawab Bella penuh rasa dendam. "Antonio?" Ryan seketika mengerutkan kening. "Dia suamiku, kami udah lima tahun menikah." Raut wajah Bella seketika berubah. Kesedihan kini terlihat jelas dari sorot matanya. "Aku gak nyangka kalau ternyata dia berselingkuh dariku. Dasar b******k gila!" Ryan hanya bisa menghela napas panjang tanpa menimpali ucapan Bella. Pria itu pun berjalan mendekati meja di mana tas berwarna hitam miliknya tergeletak di atas sana. Ryan meraih satu buah kemeja berwarna putih lalu menyerahkannya kepada Bella. "Pakai ini, saya gak tau apa kemeja ini muat di tubuh Anda atau nggak, Nyonya Bella, tapi lumayan dari pada Anda pake baju yang ada darahnya gitu," ujarnya lagi-lagi masih dengan ekspresi wajah yang sama. Bella menerima apa yang diberikan oleh Ryan seraya tersenyum hambar. "Apa kamu tak bisa tersenyum barang sedikiiit aja? Dari tadi ekspresi wajah kamu itu datar terus." Ryan memalingkan wajahnya tanpa menimpali ucapan Isabella. *** 30 menit kemudian, Bella sudah berganti pakaian. Meski kemeja berwarna putih milik Ryan terlihat kebesaran dan membuat wanita berusia 31 tahun itu merasa tidak nyaman karena memakai pakaian pria, tapi ia merasa bersyukur karena dirinya tidak perlu keluar dengan pakaian yang sudah terkena darah yang masih segar. Bella keluar dari dalam kamar mandi hanya mengenakan kemeja yang menutupi bagian atas tubuhnya hingga tepat di atas lutut, sementara bagian bawahnya ia biarkan tanpa apapun lagi. Dress yang semula ia kenakan pun ia buang ke tempat sampah yang berada di kamar mandi. "Kita pergi sekarang?" tanya Bella kepada Ryan yang sudah menunggunya sedari tadi. Ryan bergeming seraya menatap bagian bawah tubuh Bella lalu kembali menatap wajahnya. "Anda gak pake celana lagi?" "Emangnya kamu punya celana yang pas sama kaki aku ini?" "Ya, nggak ada sih, tapi apa Anda mau keluar dengan berpakaian seperti itu?" "Anggap aja ini dress, oke?" Ryan hanya bisa menghela napas panjang seraya menggeleng-gelengkan kepalanya merasa tidak habis pikir. Kedua kaki mulus wanita itu benar-benar terekspos sempurna. Namun, Ryan tidak mengatakan apapun karena tidak ingin melewati kapasitasnya sebagai orang yang bekerja kepada artis terkenal ini. "Hey, malah bengong lagi," decak Bella tersenyum lebar. "Kamu bisa bawa aku keluar dari hotel ini tanpa ketemu sama wartawan, 'kan?" "Akan saya usahakan," jawab Ryan, "Sekarang Anda pakai topi sama masker ini. Semoga saja tak ada orang mengenali Anda di luar." "Oke," jawab Bella menerima lalu mengenakan topi berikut masker berwarna hitam kemudian mengenakannya hingga wajahnya benar-benar tertutup menyisakan kedua mata indahnya saja. Setelah memastikan wajah Bella benar-benar tidak dapat dikenali oleh orang lain, Ryan yang sudah berpakaian rapi segera berjalan ke arah pintu lalu membukakannya untuk Bella. "Kita pergi sekarang, saya akan membawa Anda keluar dari hotel ini dengan selamat," ujarnya dan hanya dijawab dengan anggukkan oleh Isabella. Wanita itu pun berjalan ke arah pintu dengan menenteng tas bermerk Hermes di telapak tangannya. "Semoga tak ada yang mengenali aku," batin Bella kedua kakinya mulai melangkah keluar dari dalam kamar. Akan tetapi, langkah seorang Bella seketika terhenti saat mendengar suara pria yang sangat ia kenal tengah berjalan di koridor yang sama. Wanita itu pun sontak menoleh dan menatap ke arah sumber suara. "Mas Antoni?" gumamnya seraya menatap wajah suaminya yang tengah berjalan mendekat bersama seorang wanita. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD