Bab 12. Majalah Dewasa

1073 Words
Baik Bagus maupun Tiara sontak saling menatap satu sama lain dengan perasaan gugup. Bagaimana bisa sang ibu mengatakan hal yang terlalu vulgar lalu mengakhirinya dengan pertanyaan yang benar-benar mengejutkan? Laila menatap tajam wajah menantu juga putra semata wayangnya secara bergantian. "Kenapa kalian diam saja?" tanya Laila kesal. Bagus terlihat gugup. "Hah? Eu ... ibu bertanya apa tadi?" tanya Bagus berlagak polos. "Udah siang, Mas. Lebih baik kamu berangkat ke kantor sekarang," pinta Tiara mengalihkan pembicaraan. "Benar juga," decak Bagus kembali meraih gelas berisi air lalu meneguknya hingga kosong tidak bersisa. "Saya berangkat dulu, Bu. Udah siang, nanti saya terlambat datang ke kantor." Bagus berdiri tegak lalu menyalami ibunya. Dia pun segera menghampiri istrinya yang juga sontak berdiri tegak. Tiara mengulurkan telapak tangannya, menyalami suaminya juga mengecup punggung tangannya lembut. Hal yang tidak terduga tiba-tiba saja terjadi, Bagus Anggara seketika mengecup kening Tiara lembut membuat wanita merasa terkejut. "Saya berangkat dulu ya, sayang. Ingat, jangan terlalu capek mengerjakan pekerjaan rumah. Santai saja, oke?" pesan Bagus ramah dan sopan tidak seperti biasanya. Tiara tertegun. Tidak ada kata yang mampu terucap dari bibirnya. Apakah ini nyata, atau hanya khayalannya saja? Bagus bersikap manis, bahkan berani melayangkan kecupan di kening. Sungguh hal yang tidak pernah dia duga sebelumnya. Hati seorang Tiara seketika merasa berbunga-bunga. "I-iya, Mas. Kamu hati-hati di jalan," jawab Tiara menatap kepergian suaminya sampai laki-laki itu benar-benar menghilang di balik tembok. Laila tersenyum kecil seraya menatap kepergian sang putra. "Maaf kalau pertanyaan Ibu mengejutkan kalian berdua," sahut Laila mengalihkan pandangan matanya kepada Tiara. "Ternyata kekhawatiran Ibu tidak ada gunanya. Ibu pikir rumah tangga kalian bermasalah, tapi ternyata kamu dan Bagus benar-benar mesra. Ibu lega sekali." Tiara tersenyum kecil lalu kembali duduk. "Tidak apa-apa, Bu. Aku tak merasa tersinggung sama sekali ko," jawab Tiara. "O iya, Ibu bawakan sesuatu buat kamu, Tiara," ucap Laila tiba-tiba saja mengeluarkan sebuah majalah dewasa yang dia sembunyikan di bawah meja. "Ini apa, Bu?" tanya Tiara menatap buku tebal dengan sampul wanita seksi bersama seorang laki-laki. Laila menyerahkan benda tersebut kepada menantunya. "Ini majalah dewasa, Tiara. Kamu harus belajar cara melayani suami kamu dari buku ini. Kamu wanita dewasa, tak masalah membaca buku seperti ini." Tiara mengerutkan keningnya seraya menerima benda tersebut. "Ini majalah dewasa? Astaga! Dari mana Ibu mendapatkan buku seperti ini?" tanya Tiara terkekeh merasa lucu dengan tingkah ibu mertuanya. "Buku itu sudah lama Ibu simpan, buku lama lho itu," jawab Laila menunjuk benda tersebut menggunakan telapak tangannya. "Waktu Ibu baru menikah dulu, Ibu Selalu membaca majalah itu sebagai bahan referensi. Didalamnya ada gaya-gaya mutakhir yang akan membuat Bagus klepek-klepek saat bercinta dengan kamu," sahut Laila seraya menyuapkan satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya. "Ibu! Astaga! Kenapa Ibu harus memberiku majalah seperti ini?" tanya Tiara masih terkekeh. "Jaman sekarang beda dengan jaman dulu, Bu. Kalau aku ingin membaca majalah seperti ini, udah ada internet. Aku tinggal searching aja di google." "Iya, Ibu tahu. Ibu hanya ingin berbagi pengalaman sama kamu, sayang. Walau bagaimana pun kamu adalah menantu satu-satunya yang Ibu miliki," lirih Laila dengan nada suara lembut. "Ibu hanya akan memiliki satu menantu di dalam hidup Ibu. Jadi, Ibu mohon jaga pernikahan kamu, jaga suami kamu dengan baik, jaman sekarang pelakor bergentayangan di mana-mana. Ibu tak mau kalau si Bagus sampai di rebut sama pelakor diluaran sana." Tiara diam seribu bahasa. Pelakor yang disebutkan oleh sang ibu sudah pernah dia temui 2 kali. Wanita bernama Dona itu bahkan secara terang-terangan mengatakan bahwa dia adalah kekasih dari suaminya sendiri. "Kenapa kamu diam saja? Apa ada perkataan Ibu yang menyinggung perasaan kamu?" tanya Laila mengerutkan kening. "Tidak ko, Bu. Tidak ada satu pun ucapan Ibu yang menyinggung perasaanku," jawab Tiara menatap wajah sang ibu dengan tatapan mata sayu. "Justru aku berterima kasih sama Ibu karena telah mengatakan hal itu dan sudah memberiku majalah ini. Aku berjanji akan membacanya." "Mempraktekannya juga dong. Ada banyak gaya lho di sana," celetuk Laila. "Hah? I-iya, Bu. Akan aku praktekan nanti," jawab Tiara seraya menggaruk kepalanya yang tiba-tiba saja terasa gatal. "Pokoknya, Ibu ingin kalian memberikan Ibu banyak cucu. Ibu hanya memiliki satu putra, dan sebagai gantinya Ibu ingin punya banyak cucu dari kalian, paham?" Tiara menganggukkan kepalanya seraya tersenyum cengengesan. Permintaan ibu mertuanya benar-benar sulit untuk dia penuhi, tapi dirinya berjanji akan memenuhinya jika Bagus sudah benar-benar membuka pintu hatinya juga mengakhiri hubungannya dengan wanita bernama Dona. Dia hanya memiliki waktu selama satu tahun sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. *** Sore hari pukul 17.00, Bagus kembali ke kediamannya usai bekerja seharian kantor. Hari ini dia pulang lebih awal tidak seperti sebelumnya karena Laila sang ibu masih berada di rumahnya. Bagus membuka pintu kamar lalu masuk ke dalamnya kemudian. Laki-laki itu menatap sekeliling kamar yang terlihat lebih rapi dari biasanya. Sprei yang biasa melingkar di ranjangnya pun sudah di ganti dengan yang baru, entah kapan Tiara membeli sprei itu karena selama ini dia hanya memiliki beberapa buah sprei saja. Aroma wangi yang terasa asing pun tercium oleh lubang hidung seorang Bagus, aroma segar yang tidak pernah dia cium sebelumnya. Bagus tersenyum kecil lalu berjalan ke arah ranjang. "Tiara di mana? Di luar gak ada, di sini juga gak ada. Apa dia lagi mandi?" gumam Bagus seraya membuka jas hitam yang dia kenakan lalu meletakkannya sembarang Bagus Anggara menatap lekat pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat. Sepertinya, istrinya benar-benar sedang berada di dalam sana. Anehnya, setelah menunggu selama 30 menit pun, Tiara masih belum juga keluar membuat Bagus seketika dilanda rasa khawatir. Laki-laki itu seketika bangkit lalu berjalan ke arah kamar mandi dan mengetuk pintunya kemudian. "Tiara! Apa kamu ada di dalam?" tanya Bagus. "Kamu sudah pulang, Mas? Bisa tolong aku? Aku keseleo, kakiku sakit sekali. Argh!" jawab Tiara dari dalam sana. "Apa? Astaga!" decak Bagus berusaha untuk membuka pintu kamar mandi. "Pintunya di kunci, kamu buka dulu kuncinya. Tiara ... kamu baik-baik saja, 'kan?" Bagus memutar kenop pintu secara berkali-kali. Namun, pintu tersebut benar-benar terkunci rapat. Dia pun kembali mengetuk pintu kasar seraya memanggil nama istrinya. "Tiara! Buka pintunya. Kamu baik-baik saja, 'kan? Jawab saya Tiara!" sahut Bagus. "Aku baik-baik saja, Mas. Kakiku sakit, aku tak bisa berjalan ke arah pintu," jawab Tiara dengan nada suara lemah. "Astaga! Sebentar, saya dobrak saja pintunya," jawab Bagus. Laki-laki itu mulai mendobrak pintu kamar mandi secara berkali-kali hingga pintu tersebut benar-benar terbuka. Bagus menatap tubuh istrinya yang saat ini tengah duduk dengan menyandarkan punggungnya di tembok. Tubuh langsing Tiara pun hanya dibalut menggunakan handuk berwarna putih dan benar-benar terekspos sempurna. "Astaga, Tiara! Kamu baik-baik saja?" Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD