Kalang Kabut - 12

1011 Words
September 2016 Bekti mendapat surat baru dari Rio Saputra. Pemuda yang saat itu telah memberinya surat cinta saat di kelas satu. Seperti janjinya, Rio Saputra yang kini duduk di kelas tiga tersebut, kembali memberikan surat dengan harapan agar Bekti mau menerima cintanya. Kepada Kembang Pujaan Hatiku, Aruna Bekti, Assalamualaikum Wr, Wb. Dengan Hormat, Bersama surat ini saya sampaikan, bahwa saya Rio Saputra kembali untuk meminta izin agar bisa mencintaimu. Seperti janji saya sebelumnya, karena Adik Aruna Bekti sudah naik ke kelas dua, saya kembali memberanikan diri menulis surat ini. Sudilah kiranya, Adik Aruna Bekti menerima perasaan saya, dan membiarkan saya melangkah ke hati Adik Aruna Bekti. Atas izin yang diberikan, saya ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum, Wr, Wb. Hormat saya, Rio Saputra. Kali ini Rio mencantumkan nama aslinya, tidak menggunakan inisial seperti sebelumnya. Karena dia tak mau ada kesalahpahaman lagi. Bekti menghela nafas. Tentu saja dia tak bisa menerima perasaan Rio Saputra. Karena hingga detik ini pun, Bekti belum menaruh rasa suka pada pemuda manapun. Bekti sudah berkali-kali menolak orang-orang yang berusaha masuk ke dalam hatinya. Kali ini pun begitu. Bekti berniat untuk bertemu Rio dan memutuskan untuk tidak menerima perasaan Rio. "Surat cinta? hahaha, aneh banget. Masa masih ngelakuin hal norak ini jaman sekarang," Cahyo menyelinap dari belakang, lalu merebut surat yang ada di tangan Bekti. "Heh, lu apaan sih, balikin!" Bekti mengejar Cahyo. Berusaha untuk mengambil suratnya. "Kepada, kembang pujaan hatiku, hahaha. Wah, kata seorang pujangga," Cahyo terus saja mengejek. "Cahyo! balikin gak, gua bilang balikin!" "Ambil aja kalau bisa, weeek," Bekti diam sejenak, dengan kesal dia melompat ke arah Cahyo, dan buk! dahi mereka beradu. Cahyo rubuh dan Bekti ikut rubuh di atas Cahyo. Keduanya terdiam, selama beberapa detik. Lalu kemudian Cahyo meringis, "Akh! pinggir gua," erangnya. Bekti langsung merebut surat di tangan Cahyo, lalu segera berdiri. "Heh, lu kenapa pake nabrak gitu, lu kira kita lagi main smack down? akh, mana berat lagi," Cahyo berusaha bangun sambil memegangi pinggangnya. "Makanya, kalau suka itu bilang, jangan godain gua mulu!" hardik Bekti lalu segera keluar dari kelasnya. "Ya, gua suka ama lu," gumam Cahyo tanpa terdengar. Dia kembali meringis sambil mengusap-usap pinggang dan bagian belakang kepalanya yang terasa benjol. 2021 Keesokan harinya. Bekti tunggang langgang karena telat bangun pagi. Dia berlarian, berusaha bersiap secepat mungkin. Yah, walau dia tahu, dia pasti akan telat masuk di jam pagi ini. "Adoh, telat ngampus nih gua. Nih tangan kenapa sih jail banget matiin alarm, bukannya bangun malah lanjut tidor," omelnya pada diri sendiri. Bekti berdir di depan cermin, lalu memakai lipstick di bibirnya. Setelah melakukan itu, dia kemudian memakaikan minyak kemiri ke rambutnya, agar selalu hitam mengkilap katanya. Lalu kemudian berkaca lagi. Beberapa detik kemudian, Bekti menyemprotkan pengharum ruangan bau lemon ke sekitarnya, sebagai pengganti parfum. Karena parfumnya hanya tinggal tempat saja. Bekti berkaca lagi sambil memonyongkan bibirnya dan kedip-kedip tak jelas. "Oke, Cakep." Bekti beranjak. Dia memakai jaket berwarna merah yang tergeletak di atas sofa, lalu berkaca sekali lagi. "Eh, ini kan jaket si Caplang kemaren, ngapain gua pake? ah, gua balikin aja," ucap Bekti lalu terdiam sejenak, "Pake dulu aja ah. Ntar pas mau balikin baru buka, lagian lebih cakepan gua yang pake, kok." Ucapnya lalu mengambil tas dan beranjak keluar rumah. *** Di kampus. Bekti bisa lolos dari hukuman terlambat karena entah bagaimana Lulu menemaninya. Lulu sebenarnya belum jelas kuliah lagi di kampus ayahnya atau tidak. Hanya saja, dia selalu berkeliaran di kampus sejak dia tiba. Karena kebetulan rumahnya juga berada di dalam komplek kampus. "Jadi kamu baik-baik aja? Danar khawatir banget sama kamu," ucap Lulu dengan lembut. Kini mereka berada di taman kampus setelah Bekti menyelesaikan kelas. Lulu sengaja membelikan Bekti milk shake coklat, dan dia sendiri meminum air mineral. "Iya, Bekti baik-baik aja. Maaf udah ngrepotin Danar ama Lulu," "Gak masalah. Gak usah dipikirin," "Mmm ...." Bekti menggosok telapak tangan ke pahanya dan ragu-ragu ingin berbicara kepada Lulu. "Kenapa? kamu mau ngomong sesuatu?" Tanya Lulu menangkap raut wajah Bekti. "M-Maaf ... tapi Bekti udah lama penasaran. Bekti denger kabar angin, biasalah kabar-kabar yang kesebar di kampus. Bekti denger, dulu Danar suka banget ama Lulu. Tapi, kenapa Lulu malah ninggalin Danar?" Lulu tersenyum mendengar pertanyaan Bekti. Dia menarik nafas lalu menengadahkan pandangannya ke langit, "Itu ... karena aku terlalu egois," ucapnya yang membuat Bekti menggaruk kepala tak mengerti, "Orang-orang juga bilang, kalau Danar itu suka sama aku, cinta sama aku. Tapi, Danar gak pernah ngucapin langsung. Dia hanya ingin deket. Gak pernah sekalipun dia mengucapkan pengakuan," "Waduh rumit juga," Bekti cengengesan, namun dia masih diam dan ingin mendengar kisah Lulu lebih lanjut. "Waktu itu ... aku pergi karena keegoisan aku. Aku berharap Danar bakal nyusul dan minta aku buat balik. Tapi, gak disangka dia lebih egois. Dia lebih memilih menyiksa dirinya disini, dari pada mengaku kalau dia itu cinta sama aku." "Masalah pengakuan doank? anjirr parah banget bisa sampe gini. Dulu gua gimana, ya? apa gua egois juga pas masih sama Caplang? eh tunggu dulu, ngapain gua mikirin itu. Udah lewat juga, gak usah dipikir Bekti, gak usah dipikir." Sementara Bekti dan Lulu bicara, Rika berlarian menghampiri Maya dengan wajah julid parah. "May, ada berita heboh!" teriak Rika begitu melihat Maya. "Ngapain lu treak-treak, berita heboh apaan?" "Bentar ... bentar, gua tarik nafas dulu." Rika menarik nafas berkali-kali, lalu menatap Maya dengan senyum jahat di wajahnya, "May, ternyata si Bekti itu ... si Ganjen ntu ..." "Iya, Bekti kenapa? cepetan ih," "Ternyata dia Jendong, Say! ngerti kan lu, Jendong, jande, alias Janda, euww ... serem banget gak sih," "Heh, yang bener? akurat gak nih beritanya?" "Ya akurat donk. Lu tau, gua tadi urus data mahasiswa, Pak Rektor minta bantuan gua. Nah, pas nyusun punya Bekti, gua ngeliat sendiri KTPnya. Anjir, lagian dia daftar kuliah kenapa pake KTP segala?" "Trus ... trus?" "Trus gua liat kan tuh, ternyata dia belum sempat ganti KTP. Status di KTP nya "Menikah," Say. Trus gua tanyain ama Pak Rektor. Katanya emank bener, dia cerita, dia cuti karena nikah. Tapi sekarang dia udah jadi janda makanya kuliah again," "Weh, mantep. Kali ini informasi yang lu bawa berguna banget. Yok, kita hajar si Janda," To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD