Tidak pernah ada bayangan Adnan akan melewati pengalaman yang menegangkan ketika melihat seorang ibu melahirkan. Adnan sudah melewati banyak kejadian dalam hidupnya bahkan nyaris mati sudah dialami. Karena ia seorang pengacara bos mafia besar. Pertarungan, kematian sudah hal biasa baginya. Namun saat menyaksikan wanita melahirkan dan mengeluarkan banyak darah, ia merasa sangat tegang. Tapi tidak untuk dr. Hira ia begitu tenang membalut tubuh mungil itu dengan bedongan.
Karena perjuangan mereka berhasil, Hira tersenyum bahagia dan memeluk Adnan hal itu terlihat begitu tulus dari seorang dokter yang berhasil menyelamatkan nyawa dua orang.
“Terimakasih kita berhasil,” ucap Hira masih memeluk tubuh Adnan, detik kemudian ia baru sadar kalau orang yang dipeluk seorang Adnan, buru-buru melepaskan diri. Tetapi gara-gara hal itu, sebuah batu besar yang menutup d**a Adnan seakan bergoncang. Ini pertama kalinya ia melihat Hira tersenyum.
Beruntung pasangan suami istri itu membawa perlengkapan di dalam mobil. Hira membungkus dengan selimut bayi. Hira juga memberi pertolongan ala kadarnya untuk sang ibu. Setelah berjuang hidup dan mati, ibu dan bayi juga selamat. Hujan akhirnya reda, tapi kendala mereka tidak berani turun karena jalanan yang penuh turunan itu banjir. Saat semua orang dalam kepanikan sebuah helikopter terbang dan berhenti tepat di atas mereka dua orang turun menggunakan tali.
Adnan turun dari dalam mobil, terlihat dua orang berpakaian hitam-hitam bertubuh tegap samar-samar memberi hormat pada Adnan.
Adnan bicara dengan suami wanita tersebut, akhirnya keluarga itu dibawa pulang menggunakan helikopter.
“Kita kenapa tidak bisa ikut?” tanya Hira saat mereka tinggal.
“Nyawa mereka dalam bahaya, jadi duluan diselamatkan.”
Hira semakin yakin kalau Adnan menyimpan banyak rahasia“Apa itu milikmu?” tanya Hira menyelidiki, tapi Adnan tidak menjawab.
‘Jadi benar kata Ayah sama Bang Leo, dia bukan hanya pengacara. Dia seorang bos mafia sekarang’ Hira melamun.
“Kamu hebat,” puji Adnan.
Lelaki bertubuh kekar itu memuji aksi Hira saat menyelamatkan nyawa ibu anak tersebut. Ia menatap noda merah di pakaian Hira
“Terimakasih, itu sudah tugas saya sebagai seorang dokter. Aku sangat lelah dan ingin tidur.”
Hira menurunkan kursi itu sedikit lebih rendah, “istirahatlah kamu pasti capek.”
Kini dalam mobil itu tinggal mereka berdua. Hira bersandar di jok mobil, pakaian putih yang ia kenakan dipenuhi banyak noda berwarna merah. Dokter cantik itu benar-benar kelelahan, dari tadi pagi sampai larut malam ada banyak kejadian yang sudah ia lalui dan tenaganya benar-benar terkuras. Ia tertidur dengan kepala bersandar di jok mobil. Setelah melihat apa yang sudah dilakukan Hira . Ada perasaan yang aneh yang menggelitik jantung Adnan. Ia sibuk dengan ponsel di tangannya,
Seorang pria dia anak buah Adnan memberikan sebuah ponsel padanya . Melihat Hira tertidur ia mengarahkan kamera ponselnya dan mengambil gambar Hira diam-diam.
‘Apa suatu saat nanti kamu juga seperti wanita tadi? Anak siapa yang akan kamu lahirkan?’ ia membatin.
Tidak lama kemudian lelaki berwajah tegas itu juga tertidur.. Berapa saat kemudian tidur ia membuka mata karena sinar mentari pagi menyilaukan matanya ternyata sudah pagi. Ia menoleh ke samping matanya terdiam, melihat wajah cantik Hira tertidur pulas. Wajah cantik itu seakan-akan bercahaya diterpa matahari pagi. Ia menatap begitu dalam, ternyata gadis yang dulu dicampakkan sudah berubah jadi gadis yang begitu cantik. Saat ia menatap wajah Hira gadis cantik itu terbangun.
“Sudah pagi? Oh …! Mari kita pulang,” ajak Hira. lalu keluar dari mobil menggunakan air mineral dalam botol untuk membasuh wajahnya. Ia berjalan pincang kakinya yang terluka saat di sungai kemarin sore membengkak, tapi ia tidak ingin mengeluh di depan pria yang selalu menghina dirinya.
“Apa kakimu masih sakit?” Adnan menyingkapkan ujung celana panjang yang dikenakan Hira.
“Kenapa tidak mengatakan kalau kakimu membengkak.”
“Tidak apa-apa lupakan saja, mengadu padamu pasti kamu akan menyebutku gadis manja lagi, lebih baik diam. Mari kita pulang.” Hira berjalan pincang ke dalam mobil.
Adnan membuang puntung rokok, “baiklah,” ucapnya setuju.
Sepanjang perjalanan keduanya lebih memilih saling diam. Saat ingin sampai di Jakarta, tiba-tiba Adnan membuka suara.
“Setelah aku memikirkan sepanjang malam, aku akan bicara terus terang pada Om.”
“Aku sudah katakan padamu jangan lakukan itu. Aku ingin kamu melupakan semuanya, anggap saja tidak terjadi apa-apa,” tegas Hira.
“Sayangnya aku tidak bisa melakukannya. Aku akan bertanggung jawab untuk hidupmu.”
“Terserah. Biarkan aku turun di sini,” ucap Hira kesal. Adnan menolak ia mengantar sampai ke rumah sakit.
*
Setelah menunggu kabar dari Hira satu malam. Gio polisi yang bertugas memburu penjahat itu datang ke rumah sakit. Lalu menemui Zafar.
“Jangan khawatir pak, Hira selamat, saat ini sudah ada di rumah sakit.”
Zafar langsung bersyukur mendengar putrinya selamat, mereka saling berpelukan dan menangis dengan haru.
“Tapi sayang, penjahat itu berhasil melarikan diri, saya takut mereka memburu Adnan dan Hira, karena terbongkarnya semua kasus ini itu karena Adnan,’ ujar Gio. Ia memperingatkan keluarga Hira untuk hati-hati.
Tiba di rumah sakit Adnan mengabari keluarga Hira
Zafar berterimakasih pada Adnan, tetapi ia juga meminta lelaki itu menjauhi putrinya.
“Aku harap kamu mengerti apa yang saya katakan Nak, Adnan,” ujar ayah Hira.
“Saya akan menikah dengan Hira.”
“Putriku terlalu berharga untuk berandalan sepertimu. Apa kamu yakin tidak ada hubunganmu dengan para penjahat itu?”
Wajah Adnan tenang .” Tidak ada.”
“Aku tidak percaya padamu. Lupakan Hira benci dia seperti kamu membenci dia dulu,” ujar ayah Hira. Kedua lelaki itu saling membenci.
Adnan memang orang keras ia tidak menjawab peringatan dari Zafar, ia pergi meninggalkan rumah sakit begitu saja.
Adnan pulang dalam perjalanan pulang Adnan menyetir seperti patung, ada perasaan yang berkecamuk dalam hati ini kesekian kalinya lelaki itu memintanya menjauhi Hira, enam tahun lalu ia juga melakukannya. Adnan benar-benar marah.
“Aku akan menikahi Hira,” ucap Adnan dengan tatapan tajam.
**
Setelah pulang dari rumah sakit, Hira kembali mengurung diri di rumah ia bahkan tidak mau keluar dari kamar. Apa yang sudah dia lalui dengan Adnan masih terniang-niang di kepala Hira. Pulang dari rumah sakit ia masuk ke kamar mandi menggosok seluruh tubuhnya sampai benar-benar bersih. Sekuat apapun ia berusaha membersihkan diri, bayangan Adnan saat melakukannya masih terngiang di kepalanya. Hira menyimpan semuanya dalam hati apa yang dialami selama penculikan , ia bahkan tidak menceritakan pada kedua orang tuanya kalau ia dan Adnan sudah melakukanya saat semua orang berangkat kerja. Hira keluar ia buru-buru ke apotek membeli pil KB.
“Aku berharap ini masih berfungsi. Aku tidak mau punya anak dari pria b******k seperti Adnan.”
Saat tiba di depan pagar tidak disangka bertemu Adnan, “apa kamu sakit aku tidak pernah melihatmu?”
“Tidak hanya ingin istirahat saja.” Hira berjalan buru-buru.
“Tunggu, apa aku melakukan kesalahan? Beberapa hari ini aku sudah jadi orang baik demi kamu.” Adnan memegang lengan Hira dan plas di tangannya jatuh. Adnan memungutnya, “apa kamu minum ini?”
Bersambung