Bab 8. Kedatangan Viola

1195 Words
Setelah itu, Zello pun langsung menaruh kembali ponselnya di atas meja dan berlalu masuk ke dalam kamar mandi. Setelah selesai dengan urusannya di kamar mandi, ia pun memutuskan untuk langsung tidur karena melihat hari yang sudah mulai larut.   ***   Keesokan harinya, seperti kemarin ia pun kini tengah bersiap-siap menuju rumah Keyzia. Tentunya, sebelum itu ia pun sudah menyempatkan untuk mandi, sarapan, dan lain-lain. Setelah selesai bersiap, Zello segera keluar dari rumah dan bergegas menuju rumah sang murid. Ya, kali ini ia tak perlu menyusul sang mama ke toko bunga untuk meminta izin, karena sebelum sang mama berangkat ke toko, ia sudah meminta izin terlebih dahulu.   Setelah sampai di depan rumah sang murid, Zello pun langsung keluar dari mobilnya dan mengetuk pintu rumah. Tak lama kemudian, pintu tersebut terbuka, menampakkan sosok Kania yang kini tengah tersenyum padanya.   “Pagi tante,” sapa Zello dengan senyum sumringahnya.   “Pagi, kamu sudah sarapan?” tanya Kania setelah mengajak Zello masuk ke dalam.   “Sudah kok tante, kalau tante dan Keyzia sudah sarapan?” jawab dan tanya balik Zello pada Kania.   “Ya, kami juga sudah kok, kamu bisa langsung ke atas saja ya… Keyzia sudah menunggu,” jawab Kania.   “Baik tante, kalau begitu Zello ke atas dulu,” balas Zello yang kemudian berlalu naik ke lantai dua menuju kamar Keyzia.   Toktoktok…   “Keyzia,” panggil Zello dari luar kamar.   “Iya,” balas Keyzia setelah membukakan pintu untuk Zello.   “Keyzia, kamu kenapa pakai sarung tangan seperi ini?” tanya Zello heran saat melihat kedua tangan Keyzia yang terbalut sarung tangan hingga siku.   “Tidak apa, hanya untuk meminimalisir rasa sentuhan jika tidak sengaja nanti, kamu silahkan masuk,” jawab Keyzia mempersilahkan Zello untuk masuk.   “Soal semalam, aku benar-benar minta maaf…” ujar Zello dengan raut wajah menyesal setelah keduanya sudah duduk di atas karpet.   “Tidak masalah, aku sudah biasa pak,” balas Keyzia.   “Tapi karena aku, semalam kamu juga harus pulang sendiri,” ujar Zello lagi yang membuat Keyzia menghela napas ringan.   “Soal itu aku juga sudah terbiasa,” balas Keyzia lagi.   “Hm… entah tapi aku masih merasa bersalah… yasudah mari lupakan, sekarang kita mulai belajarnya ya,” ucap Zello lalu mengeluarkan buku-buku dari dalam tasnya.   “Iya,” balas Keyzia singkat.   “Oh iya, PR yang kemarin sudah dikerjakan?” tanya Zello yang baru teringat bahwa kemarin ia memberikan PR untuk Keyzia.   “Sudah, ini,” jawab Keyzia sambil menyodorkan buku tulis yang berisi PR tersebut. Zello pun langsung menerima dan memeriksanya dengan cepat.   “Oke benar semua, sekarang aku bahas ulang tentang materi ini ya…” ucap Zello lalu mereka pun memulai kegiatan homeschooling pada hari ini.   ***   Setelah beberapa jam berlalu, mereka pun memutuskan untuk mengakhiri kegiatan karena mengingat waktu yang sudah semakin siang. Zello pun dengan segera memasukkan buku-bukunya kembali ke dalam tas.   “Oh iya hampir lupa,” ucap Zello sambil menepuk dahinya sendiri yang membuat Keyzia keheranan.   “Ada apa?” tanya Keyzia bingung.   “Sebelumnya, kalau misalkan aku kasih kamu PR lagi, tapi cukup banyak karena untuk stok apa tidak masalah?” jawab dan tanya balik Zello padanya.   “Tidak masalah Pak, aku juga biasa mengerjakan soal setiap harinya,” jawab Keyzia.   “Kamu mengerjakan soal seperti apa, Keyzia?” tanya Zello heran.   “Soal-soal yang ada di internet,” jawab Keyzia yang membuat Zello tersenyum.   “Yasudah, ini aku sudah buatkan soal-soal semalam… jadi kamu tidak perlu mengerjakan yang di internet lagi ya, kalau sudah selesai kamu bisa langsung kabari agar aku buatkan lagi yang baru,” ucap Zello sembari memberikan buku berisi soal-soal yang sudah ia buat semalam pada Keyzia.   “Terima kasih banyak pak,” balas Keyzia sambil menerima buku tersebut.   “Oh iya, bisa minta nomor telepon atau ID line kamu tidak ya?” tanya Zello lagi.   “Aku hanya punya nomor telepon Pak, aku tidak punya line,” jawab Keyzia.   “Yasudah tidak masalah, tolong kamu simpan nomormu di ponselku ya,” ujar Zello sembari menyodorkan ponselnya pada Keyzia.   “Sudah,” balas Keyzia setelah menyimpan nomornya di ponsel Zello.   “Oke deh makasih, kalau begitu aku pulang dulu ya… sampai bertemu sabtu depan,” ucap Zello lalu bangkit dari duduknya. Begitupula dengan Keyzia.   “Iya, mari aku antar,” balas Keyzia lalu mengantarkan Zello hingga depan rumah.   ***   Saat ini, Zello tengah membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Hari ini, sang mama berkata bahwa ia tak perlu membantu ke toko. Akhirnya, Zello yang bosan pun memilih untuk memainkan ponselnya. Saat ia membuka ponsel, Zello langsung mendapati banyaknya pesan dan panggilan yang masuk. Ternyata, itu semua dari wanita yang notabenenya menjadi kekasihnya saat ini. Kesal, akhirnya ia pun kembali mematikan ponselnya dan menaruhnya di atas meja.   Tak berselang lama, bel rumah pun berbunyi. Zello yang mendengar pun mengernyit sebelum akhirnya keluar dari kamar dan menuju pintu rumah. Zello langsung dibuat kaget saat melihat tamu yang datang.   “Viola?!” kaget Zello dengan raut wajah yang sangat tidak senang.   “Zello!! Kamu ini kemana saja sih… semalam kamu pergi begitu saja dan meninggalkanku sendiri di cafe, aku berusaha menghubungimu namun tak kunjung berhasil, kamu itu sebenarnya sedang apa dan kemana sih?!” marah Viola pada Zello.   “Lo mau apa di rumah gue?! Dan lo tau dari mana rumah gue?!” kesal Zello karena ia benar-benar tidak suka jika Viola datang ke rumahnya.   “Ya mau ketemu kamu lah! Dan kamu juga gk perlu tau,” balas Viola.   “Jangan sekali-kali lo datang lagi ke rumah gue!” murka Zello.   “Kenapa sih? Aku ini kan pacar kamu, sudahlah biarkan aku masuk,” ujar Viola yang langsung masuk begitu saja ke dalam rumah Zello.   “Jangan berani lo langkahkan kaki jelek lo itu masuk ke rumah gue, cepet pergi!” tegas Zello dengan raut wajahnya yang tidak bersahabat.   “Kamu kenapa kasar banget sih Zello sama aku?” tanya Viola yang membuat Zello tak tahan untuk tidak mengeluarkan umpatannya.   “Pergi dasar—”   “Zello, ada apa ini ribut-ribut?” tanya Zellin yang baru saja datang, memotong perkataan Zello barusan.   “Eh, halo tante… mamanya Zello ya?” tanya Viola yang malah mendekat ke arah Zellin.   “Iya, kamu siapa ya?”   “Saya Viola, pacarnya Zello tante.”   “Apa?! Zello, bisa kamu jelaskan sama mama?” tanya Zellin dengan raut wajah kecewanya.   “Mama, nanti Zello jelaskan… dia bukan pacar Zello sungguhan,” jawab Zello yang benar-benar kesal pada Viola.   “Maksud kamu apa sih Zel?” tanya Viola.   “Diam lo! Sekarang keluar!” bentak Zello yang sudah frustasi.   “Zello! Mama tidak mengajarkan kamu untuk menjadi kasar,” protes sang mama pada Zello.   “Nanti Zello jelaskan mama.”   “Dan lo, cepat ikut gue,” ujar Zello pada Viola lalu menarik tangan wanita tersebut dengan kasar dan membawanya ke luar rumah.   “Aw… sakit Zel,” dingin Viola saat mereka sudah keluar dari rumah Zello.   “Lo! Dasar cewek gk tau diri! Mulai sekarang kita putus!” bentak Zello lalu meninggalkan Viola begitu saja menuju rumahnya. Viola yang mendapat perkataan seperti itu pun terkaget karena ia tak menyangka Zello akan memutuskannya begitu saja.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD