PART. 3 BOS YANG BAIK

1024 Words
Hari pertama Bella menjadi asisten pribadi Edward. Bella masih di bawah bimbingan Albert. Secara teori, Albert sudah cukup mendetail menjelaskan apa saja tugas Bella. Sekarang tinggal prakteknya. Bella tahu, ini tidak akan semudah kelihatannya. Menjadi asisten pribadi seseorang tentu harus ada kecocokan, harus ada chemistry yang harus mereka bangun agar pekerjaan bisa berjalan lancar. Bella tahu ia harus memahami banyak hal tentang Edward. Karakter, kebiasaan, apa yang tidak disukai dan apa yang Edward suka. Ini mencakup banyak hal. Dari makanan, minuman, warna, gaya berpakaian, sikap, dan sebagainya. Bella harus belajar dengan cepat, dan harus bisa menempatkan diri dengan tepat. Bella mengetuk pintu kamar Edward. "Tuan Khastana!" Pintu terbuka. Edward muncul di pintu dengan hanya mengenakan handuk di pinggang. Rambutnya basah dan acak-acakan. Bella terpaku di tempatnya. Edward terlihat sempurna dalam penampilan apa adanya. Kulit tubuhnya coklat tapi mulus. Bella berpikir seorang Edward Khastana pasti memiliki tatto di tubuhnya, tapi ternyata tidak ada. "Kenapa hanya berdiri di situ. Masuk dan siapkan pakaian untukku." "Iya. Maafkan saya." Bella melangkah masuk ke dalam kamar Edward yang sangat luas. Bella membuka lemari pakaian. Pertama, Bella mengambilkan Edward pakaian dalam. Lalu pakaian kerja. Bella memutar tubuh untuk meletakkan pakaian kerja di atas tempat tidur Edward. Tempat tidur itu tidak terlalu berantakan. Bella menatap Edward. Mulut Bella terbuka saat melihat Edwar melepas handuk dan mengenakan celana dalam di hadapannya. Posisi Edward memang membelakanginya, tapi bagian belakang tubuh Edward yang tanpa sehelai benang membuat Bella merasa merinding. Tubuh Edward begitu sempurna. Pantas saja begitu mudah Edward menaklukan wanita. Banyak wanita yang bersedia tidur dengannya, meski tanpa kata cinta, apalagi janji untuk setia dalam sebuah komitmen bersama. "Hey! Ambilkan pakaianku!" "Oh iya." Bella menyerahkan kemeja pada Edward. Edward mengenakan kemeja di depan cermin. Lalu Bella menyerahkan celana panjang pada Edward. Edwar memakai celana panjangnya. Lalu Edward menunjuk dasi. Bella mengambil dasi dan siap memasangkan di leher Edward saat ponsel Edward berbunyi. Edward bicara di ponsel dengan suara lembut. Sementara Bella memasangkan dasi di lehernya. Bella memakai sepatu hak tinggi yang membuatnya tak perlu mendongak saat menatap Edward, meski tubuhnya sebenarnya jauh lebih pendek dari Edward. Bella selesai memasang dasi. Selanjutnya Bella memasangkan jas di tubuh Edward. Sebagai seorang artis ternama, Bella tentu memiliki asisten pribadi. Jadi secara garis besar Bella tahu cara kerja seorang asisten pribadi, walau pasti ada perbedaan di antara asisten pribadi seorang artis dan asisten pribadi seorang pengusaha sukses seperti Edward. Edward duduk di sofa. Bella melepas sepatu lalu merapikan tempat tidur Edward. Bella tidak mengerti kenapa Edward tidak mempersiapkan pelayan di apartemennya yang sangat luas. Pelayan hanya datang untuk membersihkan rumah untuk sewaktu-waktu saja. Sehingga urusan seperti ini Bella yang harus melakukannya. Bella jadi berpikir, apakah Albert juga merapikan tempat tidur Edward seperti yang ia lakukan saat ini. "Bella. Kita sarapan di restoran bawah. Apa kamu sudah siap untuk pergi?" "Sudah." Edward mengambil tas dari atas meja kerja di sudut kamar. Bella mengambil tasnya dari atas sofa. Edward menyerahkan tasnya pada Bella. Bella memegang tas itu dengan mendekap ke dadanya. Mereka berdua ke luar dari dalam ruang apartemen dan langsung masuk ke dalam lift. "Kamu harus memegang jadwalku setiap hari, Bella. Nanti ambil jadwalku pada sekretarisku. Ingat aku tidak suka gerak lambat apalagi sampai terlambat." "Saya mengerti." Bella menganggukkan kepala. Edward membawa Bella ke restoran yang ada di bangunan apartemen itu. "Pesan saja apa yang kamu mau." Edward membuka daftar menu spesial untuk hari itu. Edward menyebutkan pesanannya, Bella melakukan hal yang sama. Sosok Edward tentu saja jadi pusat perhatian pengunjung restoran. Hal yang membuat Bella heran, Edward tidak dikawal bodyguard seperti kebanyakan pria tersohor yang ia tahu. Edward begitu santai. Padahal bisnis yang dimiliki tidak main-main. "Bagaimana, apa nyenyak tidur kamu tadi malam?" Tanya Edward. "Iya." "Apa tanggapan keluargamu tentang pekerjaan baru kamu ini?" "Saya tidak memiliki keluarga." "Oh ya saya lupa. Kata Albert kamu dibesarkan di panti asuhan." "Iya benar." "Setiap hari jadwalku sangat padat. Kamu harus mengingat jam makan dan jam istirahatku. Karena saat sudah bekerja, aku selalu lupa waktu. Pastikan alarm berbunyi di waktu yang tepat dalam setiap jadwal yang sudah disusun. Apakah Albert sudah mengajari kamu tentang hal itu?" "Iya sudah." "Bagus. Selain tidak suka gerak lambat apalagi terlambat aku juga tidak suka orang yang abai terhadap tanggung jawabnya. Kamu mengerti?" "Ya. Saya mengerti." Makanan mereka terhidang di atas meja. Siap untuk mereka nikmati. Melihat sikap Edward yang cukup hangat, tidak terlihat arogan meski tegas, membuat Bella menarik nafas lega. Tidak ada yang perlu ia takutkan dari seorang Edward Khastana dalam versi sebagai bos baginya. Hari pertama yang cukup melelahkan bagi Bella. Tapi ia menikmati pekerjaan barunya. Hanya satu hal yang perlu ia lakukan agar pekerjaannya baik-baik saja, yaitu menjaga hatinya agar tidak jatuh dalam pesona seorang Edward Khastana. * Dua bulan sudah tak terasa, Bella menjadi asisten pribadi Edward. Tidak sulit memahami semua kebiasaan Edward, tidak sulit juga bagi Bella untuk beradaptasi dengan gaya hidup Edward, gaya hidup kelas atas yang luar biasa glamour. Bella kerap harus mengikuti Edward ke pesta-pesta para orang kaya, yang dalam dua bulan ini entah sudah berapa kali mereka pergi ke pesta, dan di sana Edward bagai gula yang selalu dikerubungi semut. Begitu Edward memutuskan wanita pilihannya untuk diajak kencan, maka Bella bisa bebas untuk pulang, atau kemana saja. Edward tidak mau Bella mengikutinya, saat ia berkencan. Pagi ini Bella tengah duduk di meja ruang makan, dengan laptop terbuka di hadapannya. Ia tengah membuka email dari sekretaris Edward, untuk mengetahui jadwal Edward hari ini. "Apa jadwalku hari ini, Bella?" Edward sudah berdiri di belakang Bella, Bella bisa mencium aroma menyegarkan dari tubuh Edward. Edward melongokkan kepalanya di atas bahu Bella, untuk ikut membaca email dari sekretarisnya. Pipi mereka hampir menempel, Bella merasa hembusan nafas Edward terasa hangat di pipinya, membuat pipinya merah merona. 'Ya Tuhan .... Bella, usiamu sudah dua puluh empat tahun, masa masih bersikap seperti gadis remaja saat berada didekat laki-laki,' batin Bella pada dirinya sendiri. "Bella, apa jadwalku hari ini?" Edward mengulangi pertanyaannya, wajahnya ditengokkan ke arah Bella sehingga membuat hidung mancung Edward menyentuh pipi Bella. "Ya, oh jadwal anda ha ... hmmmpppp" jawaban Bella tidak selesai, karena bibir Edward membungkam bibirnya. Mata Bella terbelalak lebar, ia sungguh tak menyangka Edward akan menciumnya. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD