PART. 4 PERMOHONAN EDWARD

1027 Words
Meski ini bukan ciuman pertama bagi Bella, tapi ini adalah ciuman pertama dalam kehidupan nyata baginya. Selama ini ia berciuman hanya untuk akting di film-filmnya, atau didrama televisi yang dibintanginya. Bella memejamkan mata, merasakan bibir, dan lidah Edward begitu mengintimidasinya. Posisi Edward membungkuk di atasnya, sementara ia sendiri masih duduk di kursi makan dengan wajah mendongak, karena satu tangan Edward memegang tengkuknya, sedang tangan yang satu lagi menyangga dagunya. Suara ponsel Edward menyadarkan mereka, Edward melepaskan ciuman, lalu segera pergi masuk ke kamar untuk menjawab panggilan dari ponselnya. "Ya, Pa!" "..." "Tapi, Pa ...." "..." "Hhhh iya, Pa." Edward mematikan ponselnya, lalu segera berpakaian. "Bella, aku tunggu di ruang kerja," ujar Edward datar saja, seakan apa yang terjadi diantara mereka tadi hal yang biasa saja baginya. Bella pun berusaha bersikap biasa saja. "Ya," jawab Bella segera berdiri, untuk mengikuti langkah Edward masuk ke dalam ruang kerjanya. Meski sudah ada ruang kerja khusus di apartemen itu, tapi Edward masih meletakkan meja kerja juga di kamarnya. Bagi Bella itu menunjukkan kalau Edward memang seorang pekerja keras. Edward duduk di sofa. "Duduklah, Bella!" Bella duduk di hadapan Edward. "Aku perlu bantuan kamu, Bella." Edward menatap ke dalam mata Bella. "Saya ada di sini untuk membantu anda, Tuan Khastana," sahut Bella. "Bukan bantuan biasa, Bella." "Maksud anda?" Edward diam sejenak, tatapannya masih pada Bella. Bella berusaha bertahan menerima tatapan Edward, tak ingin terlihat kalau ia tengah berdebar karena tatapan Edward padanya. "Tadi papaku yang menelpon, nenekku sakit, dan aku perlu seorang wanita untuk aku bawa ke sana, sebagai calon istriku, itu permintaan terakhir nenekku." Edward menyampaikan secara jelas pada Bella apa yang tadi dibicarakan dengan papa nya. "Jadi apa yang bisa saya bantu?" tanya Bella, matanya menatap wajah pria tiga puluh lima tahun di depannya. Menurut Bella, memang sudah saatnya Edward memiliki seorang istri, tapi itulah Edward. Sayangnya Edward tidak suka ikatan, tidak mau memiliki hubungan yang punya komitmen. Edward hanya ingin bebas, dan bersenang-senang, dari satu wanita ke wanita lainnya, dari satu ranjang ke ranjang lainnya. "Bella, kamu tidak mendengarkan aku?" pertanyaan Edward membuat Bella terkejut. "Saya mendengarkan anda, Tuan Khastana, tapi anda tidak mengatakan bantuan apa yang anda butuhkan dari saya." "Aku bertanya, maukah kau membantuku?" "Saya sudah katakan, saya ada di sini untuk membantu anda," jawab Bella. "Bantuan apapun yang aku minta?" Edward ingin lebih memastikan Bella benar-benar bersedia membantunya. "Ya apapun, selama tidak melanggar hukum," jawab Bella. "Menikahlah denganku, jadilah istriku, hanya untuk enam bulan saja." "Apa?" Mata Bella melebar menatap Edward. Permintaan yang tak terbersit sedikitpun dalam benaknya akan dilontarkan Edward kepadanya. "Aku mohon, Bella. Bantu aku memenuhi keinginan terakhir nenekku." Bella semakin terkejut mendengar Edward memohon. Melakukan hal itu bagi Edward pasti bukan sesuatu yang mudah. Edward terbiasa memerintah dan tak pernah diperintah. Lalu sekarang Edward memohon pada Bella. "Tapi kenapa harus saya, anda begitu banyak memiliki teman wanita, yang lebih segalanya dari saya, yang akan membuat anda merasa bangga berdiri di sisinya." Bella mencoba menolak dengan halus. "Aku memintamu, karena ini hanya pernikahan sementara, dan jujur saja aku melihat ketulusan dalam sikapmu, Bella. Kamu bukan tipe wanita yang suka menuntut seperti mereka, jadi aku mohon kepadamu, jadilah istriku, atau kamu ingin aku berlutut untuk melamar kamu, seperti lamaran sesungguhnya?" Di sini Bella menyadari satu hal tentang Edward. Edward rela melakukan apa saja demi kebahagiaan keluarga, terutama untuk neneknya. "Anda tidak perlu melakukan itu, Tuan Khastana." "Aku mohon bantu aku, Bella. Aku percaya padamu, karena Albert yang tidak mudah percaya pada orang lain sangat mempercayai kamu." Bella menghela nafas. "Baiklah, saya akan membantu anda, Tuan Khastana. Hanya enam bulan, iya kan? Hanya pernikahan sandiwara, iya kan?" Bella butuh diyakinkan, karena sampai saat ini ia masih berusaha mempertahankan diri agar tidak jatuh hati pada Edward. "Ya, aku berjanji ini hanya pernikahan sandiwara hanya untuk enam bulan saja. Sekarang ceritakan tentang dirimu dari masa kecilmu, Bella. Karena nenekku akan mengorek apapun tentang calon istriku, tidak mungkinkan kalau aku ditanya mengenai calon istriku aku tidak tahu apa-apa tentang dia." Bella mulai menceritakan tentang dirinya, tapi tentu saja bagian kehidupannya sebagai artis ternama tidak diungkapkan. Bella bersyukur, karena selama ini ia tidak pernah menjual kisah sedih kehidupannya untuk meraih simpati publik. Selama ini orang hanya tahu, Bella Rose adalah keponakan Bu Elle itu saja. "Jadi panti asuhan PELUKAN BUNDA adalah tempat di mana kamu tinggal, dan dibesarkan?" Tanya Edward "Ya." Kepala Bella mengangguk. "Panti asuhannya masih ada sampai sekarang?" "Tidak, Bu Jenny sudah meninggal, panti sudah ditutup. Sekarang di tempat itu, dibangun sekolah asrama untuk anak-anak yatim piatu, dan anak tidak mampu." Bella menjelaskan tentang kondisi panti asuhan sekarang. "Siapa yang membangunnya?" "Yayasan pendidikan milik Bella Rose." "Bella Rose? Kamu pernah bertemu dengannya, Bella?" Edward menatap Bella Bella terdiam sesaat. Ada rasa cemas penyamarannya akan terbongkar. "Ya. Di asrama.x "Hmmm ... adikku yang kembar, Rania, dan Nania sangat mengidolakannya." "Oh ...." Bella yakin Edward memang sangat mencintai keluarganya, terbukti Edward tahu siapa yang diidolakan oleh adiknya padahal Edward super sibuk dan tentu jarang bertemu dengan keluarganya. "Baiklah, Bella. Sekarang minta sekretarisku membatalkan semua janji, untuk dua minggu ke depan. Sore ini juga, kita terbang ke tanah kelahiran papaku. Sebelum berangkat, kita pergi untuk memperbaiki penampilanmu," kata Edward. "Saya? Memperbaiki penampilan?" tanya Bella. "Ya, aku tidak ingin ada celah sedikitpun pada dirimu, yang bisa dijadikan nenek alasan untuk mencelamu. Nenekku itu sangat kejam, Bella, siapkan mentalmu." "Kalau nenek anda suka mencari celah, apa tidak salah pilihan anda terhadap saya. Saya hanya anak panti yang tidak jelas orang tuanya." "Tidak, bukan celah seperti itu yang aku maksudkan, nenekku juga berasal dari keluarga biasa, bukan keturunan bangsawan seperti kakekku, tapi nenekku orang yang sangat kritis dalam menilai penampilan seseorang, Bella. Jadi sebaiknya aku merubah penampilanmu dulu, sebelum kita berangkat." Edward menjelaskan panjang lebar. "Baiklah, saya akan telpon sekretaris anda dulu, sesuai perintah anda." "Bella, bisakah kata anda dirubah jadi sayang saja?" "Apa? Sayang? Itu ...." "Kamu calon istriku sekarang, Bella. Aku juga akan memanggilmu sayang." "Hhhh ... baiklah, Tuan Khastana. Eeh, Sayang. Karena aku sudah berniat membantumu, aku tidak akan setengah-setengah melakukannya.". "Terima kasih Bellaku Sayang." Edward tersenyum manis. Bella ikut tersenyum mendengar panggilan Edward untuknya, tapi hatinya mengingatkan, jangan sampai tumbuh bunga cinta untuk Edward, karena semua ini hanya sementara. --
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD