IL. 3

1571 Words
Hari-hari kini berlalu Yudha kini sudah berada di depan Bus yang akan membawanya untuk pergi ke Jakarta, suara tangis sang Ibu Yudha membuat hati kecil Yudha tak enak dan tak tenang namun keputusannya dan keberangkatannya hari ini membuat Yudha tegar dan siap menghadapi apa pun. "Bu, jika liburan Yudha pasti akan pulang kerumah." Ucap Yudha cepat dengan wajah tersenyum kecilnya itu sebelum melangkah masuk ke dalam Bus. "Baiklah nak, jaga diri baik-baik disana.. jangan lupa sholat dan makan." Ucap sang Ibu Yudha cepat dengan wajah sebab sehabis mengisi kepergian Yudha yang baru pertama kali pergi jauh dari rumah. "Iya, Bu.. Yudha akan jaga diri baik-baik, Ibu tenang saja ya." Ucap Yudha cepat dengan wajah tersenyum kecilnya itu. Yudha segera masuk ke dalam mobil setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, Bus yang di tumpangi Yudha pun mulai berjalan menjahui tempat pemberhentian Bus segera menuju ke daerah yang di tuju yaitu Dki Jakarta. Keluarga Yudha tinggal di Jawa tengah lebih tepatnya di kota semarang, dari semarang menuju ke Jakarta cukuplah dekat jika menggunakan Bus hanya memakan waktu beberapa jam sampai di pemberhentian Bus di daerah Jakarta. Beberapa jam berlalu, sepanjang perjalanan Yudha hanya terdiam dan memakai airponds untuk mendengarkan lagu hingga sampai ke tempat yang ia tuju. Sang supir memberikan aba-aba ke sebuah nama pemberhentian Bus di sekitaran kota Jakarta, Yudha pun berbicara bahwa ia berhenti disana. Sang kenek Bus tentu saja menyuruh rekanya untuk memberhentikan Bus dan menurunkan Yudha di tempat yang Yudha mau. Baru beberapa saat Yudha turun dari dalam Bus, kini ia merasa segar bisa menghirup udara yang bukan dari AC selama ia berada di dalam Bus sekitar 8 jam itu. Walau udara di kota Jakarta tak sesegar udara di desa tapi Yudha memakluminya karna tentu saja kota besar ini adalah jantungnya negara dan banyak orang-orang sibuk di kota ini yang berpergian mengunakan mobil dan kendaraan lainya yang menyebabkan polusi udara meningkat di kota Jakarta ini. Baru beberapa menit Yudha berjalan dari pangkalan Bus yang ia turun di sana suara seseorang memanggil nama Yudha terdengar dengan keras dari arah depan. "Yudha! Hey." Teriak orang itu kuat sambil melambai-lambaikan kedua tangannya. "Agas, ya?" Ucap Yudha cepat saat melihat orang di hadapannya itu memanggil namanya dengan begitu akrab padahal mereka berdua tak pernah saling tatap. "Iya, ini gua Agas." Ucap orang bernama Agas itu cepat dengan tawa gelinya menatap tampilan Yudha yang seperti bapak-bapak yang ingin pergi ke hajatan tetangganya dengan menggunakan blankon di atas kepala mereka. "Gil4, lu orang desa bener ya?" Ucap Agas kembali dengan tawa kecilnya itu masih merasa lucu akan teman virtualnya yang ternyata orang desa banget. "Ya, iyalah Agas.. aku kan emang dari desa." Ucap Yudha cepat dengan wajah seriusnya itu merasa tak ada yang salah atau malu mengakui dirinya sebagai orang desa. "Hm, yasudah.. Ibu ku pasti seneng banget ketemu kamu yang orang desa ini." Ucap Agas cepat dengan wajah tersenyum lebarnya itu. "Loh, Ibu mu tau aku mau kesini?" Tanya Yudha cepat dengan wajah terkejutnya itu. "Ya iyalah, Yudha yang punya kosan itu Ibu ku.. jadi dia aku kasih tau kalo kamu mau ngkos di sana." Ucap Agas cepat dengan wajah tersenyumnya. "Ohh gitu toh." Ucap Yudha pelan seraya menganggukan kepalanya tanda mengerti. "Sekedar info, Ibu ku dulu juga orang desa.. jadi dia pasti suka sama kamu yang penampilannya wong deso banget." Ucap Agas cepat dengan tawa gelinya masih merasa lucu akan tampilan cara berpakaian Yudha. "Emangnya kenapa penampilan ku, bukanya bagus kita memakai baju batik khas dari negeri tercinta ini?" Ucap Yudha cepat dengan wajah seriusnya itu masih tak merasa adanya kesalahan di dirinya. "Iya, iya tau Yudha.. kamu memang orang pribumi yang terbaik yang pernah ku kenal." Ucap Agas cepat dengan wajah tersenyum lebarnya itu. Yudha berteman dengan Agas karna sebuah pembicaraan lewat virtual tentang tugas Agas mengenai lingkungan alam desa, dan dari sanalah Agas meminta bantuan Yudha teman baru secara virtualnya itu untuk mencari tau tentang lingkungan alam di desanya dan memberikan gambaran pada Agas agar ia bisa menyelesaikan tugasnya dulu. Semenjak kejadian itu Agas merasa Yudha adalah pria baik dia pun berteman dengan Yudha secara virtual dan saling bercerita tentang kehidupan mereka berdua masing-masing. Selama di perjalanan menuju tempat Yudha ngkos nantinya, Yudha hanya terdiam mengamati ke berbagai sudut kota yang berjejer bangunan-bangunan tinggi di sekitaran membuat Yudha terpukau oleh bangunan indah itu. Agas yang kini sedang mengendarai motor ninja dan memboncengi Yudha yang kini sedang terpukau oleh setiap sudut Ibu kota hanya mampu tersenyum dan tertawa melihat wajah Yudha yang terbengong dari kaca sepion motor. Motor ninja Agas sontak terhenti seketika, Agas pun menyuruh Yudha untuk turun dan dengan patuh Yudha turun dari motor sehabis itu Agas pun turun dari motornya setelah memarkirkan motornya di salah satu tempat parkir. "Eh, kenapa kita disini?" Tanya Yudha cepat merasa bingung mengapa Agas menurunkannya di depan sebuah cafe yang terlihat cukup mahal dari luar. "Ayo, ngopi dulu.. pasti lu belum pernah nyobain ngopi di cafe kan?" Ucap Agas cepat seger ingin melangkah masuk ke dalam bangunan cafe namun segara di cegah oleh Yudha. "Agas! Aku ngga punya duit lebih.. kayanya disana mahal lebih baik ngopi di warung aja lebih murah atau beli kopi di warung dan di seduh di tempat kos saja." Ucap Yudha cepat dengan wajah seriusnya itu merasa khawatir akan uang yang akan ia hamburkan hanya untuk bisa ngopi di cafe yang terlihat mahal dari luar itu. "Sob, ya kali lu yang bayar! Tenang aja gua bawa duit kok, yuk." Ucap Agas cepat segera menarik lengan Yudha agar mau masuk ke dalam cafe yang terlihat mewah dan mahal di pikiran Yudha. Yudha bergemetara jiwanya seraya ingin pergi dari dalam cafe namun Agas terus saja menenangkan Yudha agar mau duduk dengan tenang di dalam cafe tampa memikirkan uang yang harus ia keluarkan nantinya. Seorang pelayan cafe segera mendatangi tepat duduk Yudha dan Agas berada, pelayan itu menaruh dua cangkir kopi di meja Yudha dan Agas masing-masing mendapat kopi americano pelayan itu pun segera pergi setelah menaruh pesan Agas. "Nah, cobainlah gimana pendapat lu tentang rasanya Yudha." Ucap Agas cepat dengan wajah tersenyum kecilnya itu menyuruh Yudha untuk minum kopi yang sudah ia pesan itu. Yudha dengan ragu meminum kopi itu dengan pelan dan menugguknya dengan cepat, rasanya jauh dari apa yang Yudha bayangkan dan rasanya sangat enak jujur saja membuat Yudha ketagihan. "Gimana-gimana? Enak kan?" Tanya Agas cepat dengan wajah tersenyumnya itu. Yudha menganggukan kepalanya dengan cepat tanda mengiyakan ucapan Agas lalu sesaat kemudian Yudha pun berkata "Apa kopi ini mahal? Berapa harganya." Tanya Yudha cepat dengan wajah seriusnya itu seolah-olah sedang menghadapi ujian. Agas tertawa kecil tercetak senyuman jahil di bibir ia pun berkata "Mahal! Harganya 100 ribu percangkir." Ucap Agas cepat dengan wajah seriusnya itu ingin menjahili Yudha. Yudha sontak membelalakan kedua matanya saat mendengar ucapan Agas sang temannya itu, kini ia merasa kembali ragu untuk meminum kembali kopi yang seharga 100 ribu di hadapanya itu. Agas yang melihat reaksi terkejut Yudha sesuai dengan perkiraannya sontak saja tertawa geli di buatnya, Yudha sungguh pria polos dan terjujur yang pernah Agas temui di dunia ini selain anak kecil maksudnya. Agas yang sudah lelah tertawa pun akhirnya segera berkata jujur karna tak sanggup lagi melihat reaksi Yudha terkejut itu, Agas merasa sedikit bersalah dan berdosa pada sosok pria yang kini sedang ada di hadapanya itu. "Tenang ngga semahal itu kok, cuma 30 ribu pergelas.. cafe ini langganan ku." Ucap Agas cepat dengan wajah seriusnya itu. "30 ribu pergelas?" Tanya Yudha lagi masih dengan wajah syoknya itu. Agas menyeringitkan kedua alis matanya dengan menatap bingung ke arah Yudha, mengapa Yudha tetap kaget mendengar harga yang bahkan sudah murah itu? Apa harga itu memang masih terlalu tinggi buat Yudha. "Kenapa masih kaget, Yudha? Itukan sudah harga termurah loh di cafe ini." Ucap Agas cepat dengan wajah bingungnya. Yudha meneguk savilahnya kuat-kuat, 30 ribu termurah? Bisa Yudha bayangkan sendiri berapa banyak ia bisa membeli dengan uang 30 ribu itu serenceng kopi sachet dan dapat di nikmati oleh dirinya bahkan sampai berhari-hari mungkin. "Termurah disini bukan termurah bagiku.. itu masih mahal tau, lebih baik tadi kita ngopi saja di warung." Ucap Yudha cepat menasehati Agas. Agas menggelengkan kepalanya tak kuasa, mungkinkah Yudha termasuk orang yang pelit akan pengeluaran untuk kesenangan dirinya sendiri? Atau kah Yudha hanya seorang pria yang suka berhemat semata, Agas pun berkata "Coba lihat pemandangan di cafe ini, Yudha.. indah dan tenang bukan? Orang-orang ke cafe bukan hanya untuk menikmati makanan dan minuman yang di jual disini tapi juga mengapresiasi tatanan serta keindahan bangunan cafe ini dan itulah mengapa makanan serta minuman di tempat seperti ini biasanya lebih mahal." Ucap Agas cepat menjelaskan mengapa dirinya mengajak Yudha untuk minum kopi di cafe langganannya. "Jadi kamu sering kesini untuk melihat dan merasa tenang dengan hanya melihat bangunan ini, Agas?" Tanya Yudha cepat dengan wajah seriusnya itu. "Tentu saja! Hidup di kota dan di desa itu sangat berbeda Yudha.. di desa kita dapat melihat pemandangan alam secara gratis tampa harus membayar! Namun jika di kota kita di haruskah membayar jika ingin singgah di tempat senyaman dan seindah cafe ini." Ucap Agas cepat dengan wajah tersenyum kecil. Hari ini Yudha mendapatkan pelajaran baru dari sang temannya itu, Yudha baru menyadari bahwa di kota semuanya membutuhkan uang. Yudha akhirnya mengerti mengapa dulu Ayahnya begitu terlihat Khawatir padanya saat Yudha membicarakan Kota besar ini yaitu Kota Jakarta. "Kalau sudah selesai minum, ayo kita berangkat ke kosan Yudha." Ucap Agas cepat dengan wajah tersenyum kecilnya itu dan Yudha pun segara menganggukan kepalanya dengan cepat tanda setuju akan ucapan Agas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD