PERNIKAHAN

1108 Words
11. PERNIKAHAN   Ocha menatap pantulan dirinya dari cermin besar di hadapannya, lalu tersenyum getir. Rasanya baru kemarin ia bersenang-senang dimasa remajanya, tapi hari ini dan beberapa menit kedepan ia akan menjadi seorang istri.     "Sayang," tegur Lena-Mama Ocha saat melihat Ocha yang terbengong.   "Ma-Mama," kaget Ocha saat Mamanya tiba-tiba saja berada di sampingnya.   "Kamu kenapa hem?" tanya Lena.   "Enggak papa kok Mah," balas Ocha dan berusaha tersenyum.   "Mama tau ini berat bagi kamu, tapi ini adalah takdir Tuhan untuk kamu. Mama yakin kalian akan bahagia suatu saat nanti."   "Maafin aku, Mah, karena belum bisa bahagiain Mama," ucap Ocha lalu memeluk tubuh Mamanya yang selalu ia rindukan selama ini.   "Ssyuttt... jangan nangis nanti make up kamu luntur lagi dong, kan sayang udah cantik gini."   "Aku kecewa belum bisa bahagiain Mama."   "Sayang dengerin Mama, sekali pun  Mama gak pernah merasa kecewa sama kamu, karena kamu adalah berlian Mama. Kebahagian Mama adalah melihat kamu bahagia nanti dengan keluarga kecil kamu," ucap Lena seraya  mengusap air mata Ocha.   "Sekarang senyum, dan kamu harus bersyukur karena mendapatkan Nak Raffa karena dia mau untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya."   Ocha menarik senyum di bibirnya lalu memeluk Lena kembali. "Makasih Mah," ucap Ocha pelan.   Lena tersenyum dan membalas pelukan Ocha. Sungguh hatinya terasa teriris oleh belati saat melihat putri semata wayangnya yang begitu rapuh. Ia merasa gagal karena tak bisa menjaga anaknya, jika saja ia tak sibuk bekerja mungkin saja kejadian ini tidak akan terjadi. Tapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur. Tapi ia yakin ini adalah jalan Tuhan untuk anaknya dan Raffa.   "Sekarang kita turun ya, ijab kabulnya sebentar lagi dimulai," ajak Lena dan diangguki oleh Ocha.   Lena menggandeng tangan Ocha dan turun ke bawah dimana acara ijab kabulnya akan dimulai. Tak ramai yang datang menghadiri pernikahan Ocha dan Raffa, hanya orang-orang terdekat saja yang datang dan mungkin beberapa rekan kerja Raffa.   Lena membimbing Ocha agar duduk di samping Raffa yang sudah gagah dengan tuxedo hitamnya.   Raffa melirik ke arah Ocha kemudian terpaku saat melihat Ocha yang begitu berbeda dengan kebaya yang saat ini ia pakai.   "Jangan diliatin mulu!" tegur Reno dan membuat Raffa langsung salah tingkah.   "Baik, karena pengantinya sudah ada, apakah kita bisa mulai izab kabulnya?" tanya penghulu yang akan menikahkan Ocha dan Raffa.   "Bisa," balas Raffa dan Reno bersamaan.   "Baiklah, jabat tangan saya dan dengarkan apa yang saya ucapkan dan ikuti setelah saya," ucap penghulu itu lalu berucap sedangkan Raffa hanya diam dan menyimaknya.   Setelah penghulu selesai Raffa membuang napasnya pelan lalu berucap seperti yang penghulu tadi ucapkan. "Saya terima nikah dan kawinnya Ochalina azahra binti Reno dengan mas kawin emas dua puluh gram dibayar tunai!" ucap Raffa dengan lantang dan satu tarikan napas.   "Bagaimana para saksi, sah?" tanya penghulu itu.   "Sah!" ucap semuanya serempak.   "Alhamdulilah, sekarang silahkan pasangkan cincin di jari manisnya dan cium kening sang istri," ucap penghulu itu ada Raffa.   Raffa membuka kotak merah beludru dan mengambil cincin yang kemarin ia beli bersama Ocha dan memasangkan di jari manis Ocha. Jantung Ocha berdetak tak karuan saat Raffa mendekatkan wajahnya dan mencium keningnya.   Setelah Raffa mencium kening Ocha, kini gantian Ocha yang memasangkan cincin di jari Raffa dan mencium tangannya sesuai apa yang penghulu tadi bilang.   Lena mengusap air mata harunya, lalu tersenyum dan bertepuk tangan bersama para tamu undangan lainnya yang menghadiri pernikahan Ocha dan Raffa.   "Selamat sayang," ucap Lena yang berada di samping Ocha seraya memeluk Ocha.   "Makasih Mah," balas Ocha seraya tersenyum manis.   "Mama cuma berharap kamu jadi istri yang baik dan nurut sama suami kamu ya?" ucap Lena lalu melepas pelukannya.   "Jadi istri yang baik," ucap Reno lalu memeluk putri semata wayangnya itu.   "Makasih Pah, aku pasti berusaha untuk jadi istri yang baik," balas Ocha setelah Reno melapaskan pelukannya.   "Dan kamu tolong jaga anak saya, karena  saya percaya sama kamu," ujar Reno lalu beralih memeluk Raffa yang notabenya sekarang adalah menantunya.   "Pasti, Pah!" ucap Raffa mantap.   Reno tersenyum seraya menepuk-nepuk bahu Raffa lalu berjalan pergi menghampiri para tamu yang datang bersama Lena-istrinya.   "Selamat sayang akhirnya kamu jadi mantu Mama juga," senang Nia dan tak lupa memeluk Ocha.   Ocha tersenyum dan membalas pelukan Nia. "Makasih Mah."   "Kamu A! Mulai sekarang istri kamu ini, bukan laptop sama berkas, awas kamu lebih pentingin dua benda itu, Mama coret kamu dari warisan Mama terus Mama jual semua perusahaan kamu!!" ancam Nia.   Raffa memutar matanya malas, Mamanya ini selalu saja mengancamnya.   "Ya udah sayang, Mama ke sana dulu ya?" pamit Nia lalu berlalu menuju ke arah segerombolan 'emak-emak eksis' yang pastinya akan bergibah jika sudah mengumpul seperti itu.   Setelah itu, Ocha dan Raffa mulai menyalami para tamu yang mengucapkan selamat kepada mereka.   "Hai Bro, akhirnya nikah juga lo," ucap seorang laki-laki lalu bertos ria dengan Raffa.   "Yang lain mana?" tanya Raffa pada laki-laki itu.   "Noh di belakang," balas laki-laki itu sembari menunjuk dua orang laki-laki yang sedang mengobrol sembari berjalan ke arah mereka.   "Gila, pinter banget lo cari bini, bening gini kenalan doang boleh kali Raf?" ucap salah satu laki-laki yang sedang mengobrol tadi saat melihat Ocha.   Dengan malas Raffa menganggukan kepalanya, sahabatnya yang satu ini memang mempunyai sikap playboy yang tak pernah berubah dari dulu.   "Hai cantik, kenalin nama abang Riyan, sahabat oroknya Raffa," ucap laki-laki yang mempunyai sifat playboy tingkat kakap itu.   Ocha tersenyum dan membalas uluran tangan laki-laki yang bernama Riyan itu lalu berucap. "Ochalina azahra," balas Ocha lalu melepaskan jabatan tangannya.   "Hai Bobby," ucap laki-laki yang memiliki t**i lalat lecil di pelipisnya.   "Ochalina azahra."   "Fano," ucap laki-laki yang mempunyai raut wajah yang sebelas dua belas dengan Raffa yang datar.   "Aneh gue, cowok es kaya lo kok dapet yang mulus, bening gini sih?" tanya Riyan heran karena dulu Raffa paling anti yang namanya wanita terkecuali Mamanya dan orang terdekatnya saja.   "Kapan-kapan gue ceritain," ucap Raffa karena ia belum menceritakan kejadiannya pada Fano.   "Gue tunggu cerita lo iya gak Bob? Sekalian resep gimana cara dapetin cewek bening gini," ujar Riyan lalu tersenyum tapi lebih tepatnya tersenyum  nakal.   "Yoi," balas Bobby.   "Ya udah kita ke sono dulu ya, ngisi perut dari tadi manggil-manggil mulu nih cacing minta diisi," ucap Bobby lalu berjalan menuju meja yang penuh dengan beraneka makanan bersama Riyan. Sedangkan Fano ia memutar matanya jengah terhadap sikap sahabatnya itu.   Ocha terkekeh melihat sikap Bobby yang menurutnya sangat lucu dan blak-blakan.   "Temen lo tuh," ujar Fano seraya menepuk bahu Raffa lalu berjalan menyusul Bobby dan Riyan sahabatnya.   "Temen lo juga," balas Raffa sebelum Fano berjalan.   "Baru denger gue nih guru ngomong lo-gue," batin Ocha setelah mendengar Raffa berbicara tanpa menggunakan bahasa formal.   "Kamu kenapa?" tanya Raffa tiba-tiba saat melihat Ocha terbengong sembari menatap ke arahnya.   "Bapak ngomong sama siapa?" tanya Ocha dengan polosnya sembari melihat kanan dan kirinya.   "Kamu!"   "Oh, saya kenapa?"   Ingin rasanya Raffa menjitak kening wanita di sampingnya ini yang sekarang statusnya adalah istrinya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD