PART. 13

1014 Words
Seluruh keluarga berkumpul di rumah almarhum kakek Tari. Cantika duduk di atas pangkuan Surya. Sedang Arka berada dalam gendongan Mia. "Opa" "Hmmm" "Opa tidak sedih ya Opa buyut pelgi" "Tentu saja sedih sayang" "Tapi Opa nggak nangis?" "Sedih itu tidak harus menangis sayang" "Amma sama Oma nangis, Aunty Vio sama Uncle kembal juga nangis, Oma buyut juga nangis" "Tidak semua orang yang merasa sedih itu menangis" "Oooh gitu ya, kenapa Opa, apa Opa tidak bisa bikin ail mata?" "Opa punya air mata, tapi Opa tidak mudah meneteskannya" "Dikasih obat mata aja Opa, bial mudah kelual ail matanya" Spontan semua tertawa mendengar ucapan Cantika. "Hebat ya Abang sama Tari, bisa tahan punya anak ceriwis minta ampun begini" ujar Rika. "Celiwis itu tandanya Cantika pintal Acil, ya kan Abba?" "Iya" sahut Raka. "Cantika persis Tari waktu kecil, ceriwis, banyak tanya juga" sahut nenek Tari. "Uncle, nanti sole kita ke pasal yuk!" Ajaknya pada Hafiz dan Hafid. "Ngapain ke pasar?" Tanya Hafiz. "Di pasal ada kak Wilda, cantik lo, Paman Soleh aja ay lap yu sama kak Wilda" "Eeh, memang Cantika tahu apa itu ay lap yu?" Tanya Surya. "Tahu dong Opa, kata Amma, ay lap yu itu suka belteman, Cantika ay lap yu sama Paman Soleh, Paman Salim, Kak Bayu, kak Wahyu, Vely, sama Maulana juga" "Mereka ay lap yu juga nggak sama Cantika?" Tanya Rika. "Iya dong Acil! Cantika kan cantik, baik, Soleha...eeeh Soleha kan nama Acil Soleha hihihihi" Cantika terkikik sambil menutup mulutnya. "Kita ikut ke pasar yuk Kak" kata Salsa pada Mia. "Boleh, sudah lama aku tidak ke pasar" "Jadi Oma sama Nenek ikut ke pasal?" "Iya sayang" "Holee, Acil sama Aunty ikut juga ya, Uncle juga dong ikut" "Iya deh kita ikut" kata Hafiz. "Aunty tidak bisa ikut Cantika, Aunty sama Uncle sudah harus pulang ke Jakarta siang ini" ujar Vio. "Yaa Aunty" "Nanti lain kali ya, kasihankan dedek Topan ditinggal kelamaan" "Ooh iya, titip cium buat dedek Topan ya Aunty" "Iya" angguk Vio. -- Saat sore mereka pergi kepasar. Hafiz yang menyetir. Di sebelahnya ada Salsa yang memangku Cantika. Di belakang duduk Mia, Rika, dan Riza. Paling belakang, ada Hafid, Soleha, dan Salim yang diajak ke pasar juga. "Sekolah SMP ya?" Tanya Hafid pada Soleha. "Iya kak" "Kelas berapa?" "Baru kelas 1" "Sudah punya pacar belum?" "Haahh, pacar!?" Soleha menolehkan kepalanya ke arah Hafid, lalu ia menggelengkan kepalanya pelan. "Kamu cantik, mau nggak kamu jadi pacarku?" "Haah!" Mulut Soleha ternganga mendengar ucapan Hafid yang sama sekali tidak ia sangka. "Mami, Hafid godain Soleha Mi!" Adu Rika yang mendengar pembicaraan di belakangnya. Salsa menolehkan kepalanya. "Hafid, jangan suka menggoda anak orang deh, Soleha jangan dimasukan hati ya omongan Bang Hafid" ujar Salsa, pipi Soleha yang sudah merona semakin memerah saja. "Dia playboy Soleha, jangan dipercaya!" Seru Hafiz. "Pelaiboi itu apa Uncle?" "Playboy itu banyak pacarnya" "Banyak pacal, Uncle tidak pakai pacal di jalinya" "Bukan pacar itu sayang, tapi pacar cewek, Uncle Hafid banyak ceweknya" sahut Hafiz. "Hhhhh...Cantika nggak ngelti, nanti deh tanya Abba aja" "Cantika kalau ada yang tidak mengerti pasti tanya Abba, kenapa begitu sayang?" Tanya Mia. "Kata Abba, kalau Cantika ingin beltanya atau minta sesuatu, halus sama Abba saja, jangan sama Amma, kalna Amma sudah capek jaga dedek Alka" "Oooh" "Nah itu pasalnya, belok Uncle!" Tunjuk Cantika. Mobil sudah diparkir, meteka turun dari mobil. "Kita ke toko kak Wilda dulu yuk, balu naik odong-odong" "Yang mau diajak naik odong-odong itu siapa sayang, cuma kamu yang paling kecil di sini" "Bang Liza naik odong-odong nggak?" "Bang Riza sudah besar, masa naik odong-odong" ujar Riza. "Kita lihat-lihat kue yuk kak" ujar Salsa. "Ayo, ayo Rika. Uncle jagain bocah-bocah ini ya" kata Mia pada Hafid dan Hafiz. "Beres Bunda" jawab Hafiz dan Hafid berbarengan. "Ke toko kak Wilda dulu yuk" ajak Cantika. Yang lain mengikuti langkah Cantika menuju toko Wirda. "Assalamuallaikum kak Wilda" "Walaikum salam Cantika" "Haay Wilda, kenalkan aku Hafiz, unclenya Cantika" Hafiz mengulurkan tangannya, di sambut oleh Wirda. Begitupun saat Hafid memperkenalkan dirinya. "Cantika mau beli apa?" "Nggak ada, cuma mau jalan-jalan aja kak Wilda" "Soleha, pilih deh kamu mau yang mana, aku beliin" ujar Hafid pada Soleha. "Tidak kak, terimakasih" Soleha menggelengkan kepalanya. "Pilih saja, ayolah sebagai tanda persahabatan kita" desak Hafid. "Ambil aja Acil, nggak apa" Cantika ikut membujuk Soleha juga. "Ehmm Cantika mau naik odong-odong, Uncle Hafid sama Acil Soleha kita tinggal aja yuk Uncle, yuk Paman Salim, Abang Liza" Cantika menarik lengan Hafiz dan Salim. Padahal Hafiz masih ingin ngobrol dengan Wirda. "Ya Allah..Cantika lupa!" Cantika menepuk jidat dengan telapak tangannya. "Lupa apa?" Tanya Hafiz. "Cantika janji sama kakek pengemis itu kemalen" "Janji apa?" "Janji mau bawain baju solat, tapi Cantika lupa bilang sama Abba" "Ya sudah, kita belikan yang baru saja ya" ujar Hafiz. "Uncle punya uang?" "Punya dong" "Yuk kita beli" Cantika, Hafiz, Salim, dan Riza membeli baju koko, sarung, dan peci untuk kakek pengemis itu. "Kakek!" Seru Cantika. Si kakek yang adalah Ayah Soleh, Soleha, dan Salim menolehkan kepalanya. "Ini baju solat yang Cantika janji bawa untuk kakek kemalen" Cantika menyerahkan bungkusan di tangannya. Si kakek menerimanya dengan mata berkaca-kaca. "Terimakasih Cantika" "Kek, kenalkan ini Uncle Hafiz, ini Abang Liza, ini Paman Salim" Cantika menunjuk satu persatu. Saat mendengar nama Salim, si kakek langsung melepas topi purunnya. "Salim" desisnya, air mata jatuh di pipinya. Ia bergerak maju mendekati Salim. Lalu tangannya terulur menyentuh kepala Salim. Soleha dan Hafid yang sudah berada dekat dengan mereka tertegun sejenak. "Bapak" desis Soleha lirih. Palstik berisi aksesoris di tangannya terjatuh. "Bapaaak!!" Soleha berlari mendekati kakek pengemis. Mendengar panggilan Bapak, Ayah Soleh menolehkan kepalanya. "Soleha" gumamnya dengan suara tercekat di tenggorokan. Soleha menubruk Bapaknya, dipeluknya dengan erat. Tidak perduli betapa kumal pakaian Bapaknya. Tangisnya pecah seketika. Salim berdiri dengan tatapan bingung. Begitupun Cantika dengan yang lainnya. "Salim, ini Bapak kita dek" ujar Soleha pada Salim yang masih diam saja. "Bapak kita?" "Iya, ini Bapak kita" "Bapaaak" Salim ikut memeluk Bapaknya. Sofian, Bapak mereka memeluk kedua anaknya dengan erat. Bukan hanya mereka bertiga yang meneteskan air mata. Tapi pengunjung pasarpun ada yang ikut menangis juga. Cantika masih berusaha mencerna apa yang terjadi di hadapannya. Ia berpikir, kenapa kemarin Paman Solehnya tidak tahu kalau kakek pengemis adalah Bapaknya. 'Bapak Paman Soleh mungkin beda dengan Bapaknya Paman Salim, dan Acil Soleha' Itulah kesimpulan yang diambilnya. ***BERSAMBUNG***      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD