Mimpi panjang

1024 Words
Bab 17: Mimpi panjang "Cherry! Cherry!" Paul menggerakkan tubuh wanita yang kini terbaring diatas kursi usang itu. Melihat gerak-gerik gadis tersebut yang sepertinya mengalami hal buruk. "Hah—" Napas Cherry tersenggal. Menatap sekeliling, ternyata semua kenangan indah di masa lalu membuat dirinya lupa diri. Entah sudah berapa lama dirinya tertidur. "Paul?! Sudah berapa lama kamu di sana?" tanyanya. Keringat dingin mengucur dari pori-pori kulit. Gadis kecil nan imut yang dulu sangat ceria itu, kini telah tumbuh menjadi seorang wanita yang cantik. Membantu Paul yang kini usianya sudah tua. Gadis itu meneruskan apa yang menjadi pekerjaan Paul saat ini. Karena bergabung dengan Paul juga lah, Cherry kehilangan sang Ayah. Banyak kisah yang masih terlewatkan. Hatinya berdesir sakit. Ketika harus mengingat hari kepergian sang ibu. Sungguh, Cherry tidak terlihat seperti wanita pencuri. Dia memiliki tubuh ramping yang selalu terbalut dengan pakaian hitam. Rambutnya yang keemasan panjang sampai pinggang. Bocah itu benar-benar telah bertransformasi sangat cepat. Mencuri adalah keahliannya. Sejak usianya sebelas tahun. Satu tahun setelah mengenal Paul. Gadis itu sudah menjalankan aksinya bersama dengan sang Ayah dan juga Paul. Bukan hal yang baik memang. Akan tetapi, Cherry tidak pernah mau ditinggalkan sendirian saat malam hari. Dia selalu diam-diam membuntuti ayahnya. Pertama kali dia harus kehilangan jejak dan kembali ke rumah dengan menangis. Bahkan Cherry sering sekali kehilangan jejak ayah dan pamannya itu. Akan tetapi ketika Chris tahu kalau anaknya pernah membuntutinya. Sejak saat itulah Chris mengajak Cherry. Ada penyesalan dalam hatinya karena harus mengajak Cherry melakukan tindakan buruk. Akan tetapi, semuanya benar-benar berjalan begitu saja. Sydney, bukan tempat main-main bagi para pencuri. Negara yang terkenal sangat ketat akan hukum. Beruntung Cherry sangat mahir dalam hal itu. Banyak sekali peralatan yang dimiliki oleh wanita itu. Kecil, tetapi banyak manfaat. Hasil dari curiannya pun tidak ia gunakan sendiri. Cherry membantu banyak orang. Layaknya cerita dongeng di Indonesia. Namun, gadis itu tidak memiliki teman sama sekali. Cherry terkadang bosan. Hidupnya hanya bekerja, berputar bagai jarum jam yang lempeng. Pergi ke makam sang ayah untuk menceritakan kisah hari ini. Cherry tidak pernah lupa di mana hati saat sang ayah harus pergi. Rasanya bocah kecil yang menangis dan meraung itu masih ada di kepala Cherry. * "Ayah! Ayah! Paman! Kita harus tolong Ayah!" Cherry merengek, menarik tangan Paul agar kembali pada sang Ayah yang telah terkapar karena tembakan yang beberapa kali terkena tubuhnya. Dua tembakan pada kaki tidak menyurutkan Chris untuk berlari menyelamatkan Cherry. Sampai dadanya pun harus menjadi sasaran empuk pada sherif penembak jitu. Mereka diperbolehkan membunuh para pencuri ketika tembakan peringatan tidak lagi dipedulikan. "Tidak Cherry! Jika kita kembali polisi akan menangkap kita dan ayahmu pasti akan kecewa! Dia seperti itu karena ingin kita selamat. Ayo!" Paul menyeret paksa tangan bocah berusia lima belas tahun tersebut. Rambut Cherry bergerak ke sana kemari. Gadis itu masih menatap sang Ayah. Tidak lama beberapa polisi membawa tubuhnya bersamaan dengan hilangnya Cherry dan Paul. Mereka berhasil kabur. Sekarang Cherry hidup sendirian. Ia selalu membawa abu kremasi sang ibu dalam liontin yang menjadi kalungnya. Kemanapun dia pergi, sang ibu ada didalam setiap langkah. Di satu sisi liontinnya ada foto sang ayah bersama dengan dirinya. Menggendong Cherry dengan senyum merekah indah. * "Kamu kenapa? Mimpi buruk?" Paul duduk di sebelah wanita itu. Pria itu sama sekali tidak pernah menikah. Hidupnya habis untuk melakukan tindakan kriminal. Dia hanya terus berganti-ganti pasangan tidur. Mencari cinta satu malam. Bagi Paul, menikah hanya akan menyulitkan hidupnya. Paul benar-benar telah kehilangan banyak hal. Dulu dia sangat miskin dan tidak ada yang mau menjadi kekasihnya. Kini, ketika dia memiliki segalanya tanpa diminta para gadis datang dan siap menjalankan tubuhnya pada dirinya. Begitu pun kini dengan Cherry. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu, belum sekalipun pernah merasakan bagaimana rasanya menjalin sebuah hubungan. Melihat di jalanan sepasang kekasih tidak membuat Cherry ingin memiliki lelaki. Dia hanya mengalihkan kesepiannya dengan pekerjaan yang berbahaya. Bahkan tidak pernah menolak jika diminta untuk melukai seseorang karena dendam. Hari Cherry seolah sudah dingin dan beku. Seperti tidak memiliki perasaan dan itu membuat dirinya menjadi wanita yang terkesan cuek. "Seperti biasa, Paul. Entahlah aku tidak bisa melupakan semuanya. Aku rindu dengan ayah dan ibuku. Tapi aku tidak bisa bertemu dengan mereka." Sekalipun sedih, tetapi wajah Cherry terlihat datar. Seolah dia tidak pernah bisa mengekspresikan wajah sendunya. Lempeng, datang, dan sungguh kaku. Itulah hidup Cherry. Semua pekerjaan kriminal dia lakoni. Tidak hanya mencuri bahkan juga menjadi pembunuh bayaran yang hasil uangnya jauh lebih besar dari hasil mencuri. Namun, risiko yang diambil pun juga besar. Cherry hanya modal nekad dan hati-hati. Salah sedikit saja bisa membuat dirinya dibui dan mungkin juga hukuman mati. "Cherry, kamu tidak ingin berhenti? Kita sudah punya segalanya. Rumah, tabungan, mobil dan semua yang tidak kita miliki. Carilah pria yang baik agar hidupmu berwarna dan kami bisa bahagia. Melupakan semuanya kepedihan itu." Benar, berulang kali Paul telah meminta Cherry berhenti saat ini. Sudah cukup lama jejak mereka terlewati. Namun, Cherry sama sekali tidak pernah mau berhenti. Dia kelayapan setiap malam mencari mangsa yang menurutnya layak untuk menjadi korban. Semua korbannya adalah manusia-manusia sombong yang pernah merendahkan orang-orang tidak punya. Mencemooh para pelayan di minimarket, atau pun karyawan di sebuah resto. Cherry akan berpura-pura menabraknya dan menjatuhkan dompetnya untuk mengambil informasi data diri. Hanya dengan mengetahui namanya dia bisa melihat daftar alamat rumah juga nomor telepon pemilik nama itu. Pemerintahan kota membuat daftar nama dengan buku yang tebal di setiap telepon umum di sana. Sehingga ada keuntungan dan kerugian yang dialami mereka. Pertama karena tindak kejahatan seperti yang dilakukan Cherry bisa sangat mudah terjadi. Kedua, teman lama atau siapapun saudara yang mencari mereka tidak akan kebingungan. Mereka bisa menelepon dan meminta untuk menjemputnya di lokasi. Sangat memudahkan tetapi juga sangat membahayakan. Namun, itulah peraturannya. Itulah juga kenapa Sydney sangat ketat. Namun, tidak berlaku dengan Cherry. "Kenapa kamu selalu memintaku untuk menikah?! Paul, aku tidak mau berdebat. Pergilah, aku mau tidur!" usir Cherry. Jarum jam masih berada diangka sepuluh pagi. Gadis itu tidur layaknya kelelawar. Siang hari di kasur dan malam hari di jalanan. Mengadu nasib dengan keberuntungan. Cherry tidak pernah takut, sekalipun dia tertangkap dia juga akan pasrah. Percuma memiliki segalanya jika hidup sendirian. Tidak salah saran Paul, tetapi mencari pasangan tidaks mudah pekerjaannya saat ini
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD