“Aku pergi dulu. Tidurlah.” Raga yang berdiri di tepi ranjang, membungkuk lalu mengecup kening Mara yang masih berbaring di atas ranjang, dengan selimut menutup ujung kaki hingga d**a. Tubuh di balik selimut itu tidak terbalut satu lembar benang pun. “Terima kasih untuk malam ini. Aku mencintaimu.” Mara tidak membalas. Wanita itu hanya menatap sang suami yang kini sudah menegakkan tubuh. “Aku akan membersihkan dapur, lalu pulang.” “Ya.” Akhirnya Mara bersuara. Sepasang mata Mara mengedip saat melihat Raga tersenyum sebelum kemudian memutar tubuh, lalu berjalan meninggalkannya. Menatap punggung kokoh itu keluar dari kamarnya, Mara mendengkus. “Sudah puas, pergi.” Lalu wanita itu memiringkan tubuh—memunggungi tempat terakhir Raga terlihat. *** Nadia tidak bisa tidur. Meskipun sang ibu