Part 8

1461 Words
Alfin dan Alex berada di ruang tengah duduk santai sambil asyik berbincang. Di atas meja telah tersaji kopi hitam dan biskuit kelapa kesukaan mereka. Keduanya tampak kompak. "Alfin, Kakak berencana membawa Icha tinggal bersama kami di Malaysia," ucap Alex tanpa basa basi mengungkapkan niatnya. "Aku sudah dengar dari Bunda." Alfin merespon ucapan Alex dengan nada gusar. Ia tidak setuju dengan niatan sang kakak yang akan membawa putrinya. Tindakan Alex dinilai berlebihand an tidak menghargai dirinya sebagai seorang ayah  "Gimana? Kamu setuju kan?" Alex menatap adiknya. Memohon lewat tatapan matanya. Berharap Alfin setuju. "Kalian tidak bisa membawa Icha begitu saja. Dia anakku!" ucap Alfin dengan nada penuh peringatan. Sampai kapan pun ia tidak akan menyerahkan Icha kepada siapapun. Ia sangat menyayanginya. Hanya dia kenangan yang tersisa dengan mantan kekasihnya. Putri kecilnya itu merupakan motivasi terbesarnya saat ini untuk bertahan sebagai pengobat jiwanya yang rapuh. Sejak 5 tahun kondisi Alfin tidaklah baik. "Kami tahu dia anak kandung kamu. Tapi Bunda setuju Icha tinggal bersama kami. Lagipula secara hukum ia anak kami. Kamu dapat melihat buktinya pada akta kelahirannya." Alex tak mau kalah. Pria berusia 30 tahun itu mengingatkan. "Oke, terserah kalian! tapi aku tidak akan membiarkan Icha ikut dengan kalian. Aku yakin dia pasti lebih memilihku karena aku ayahnya, ayah kandungnya," ucap Alfin sengit. Ia melupakan satu fakta jika dirinya belum bisa menjadi ayah yang baik. Menurut Alfin kakaknya itu sangat keterlaluan. Seenaknya hendak mengambil putri kecilnya dan menjauhkannya. Jika Alex masih tinggal di Jakarta ia tak keberatan karena tiap hari masih bisa berjumpa, faktanya saat ini Alex tinggal di Malaysia. "Hmmm...oke kita lihat saja. O,iya katanya kamu tinggal di apartemen ya? Kamu bilang kamu ini ayahnya Icha berarti kamu kan yang bertanggung jawab mengurusnya. Lantas kenapa kamu tidak bersamanya?" Alex  menyerang Alfin. Mempertanyakan hubungan Alfin dan Icha saat ini. "Itu cuma sementara Kak, sebentar lagi aku akan mengajaknya tinggal bersamaku."Alfin memberikan penegasan. Saat ini ia belum bisa membawanya. Namun ke depannya ia pastikan akan membawa anaknya. "Jadi kamu mau menikahi Muti?" Alex malah membawa nama Muti dalam obrolan mereka. Dan itu membuat Alfin kesal. Bundanya pasti sudah bercerita banyak, terutama mengenai perjodohan itu. "Tidak juga," jawab Alfin yakin. Nama Mutiara tidak pernah terlintas dalam masa depannya. Ia bahkan ingin membuat Muti segera pensiun. Namun bingung bagaimana caranya karena Muti dan Icha tak terpisahkan. Mereka telah lama hidup bersama seperti ibu dan anak. "Kalau begitu Bunda tidak akan pernah mengizinkan kamu membawa Icha. Aku pun tidak akan membawa Icha jika kamu menikah dengan Muti." Alex seolah mengancamnya. Ia terus berjuang agar Alfin bersedia memberikan Icha. Alex menyayangi Icha dan hanya mau Icha yang menjadi anaknya. Saran adopsi anak yang direkomendasikan oleh teman-temannya bukanlah opsi yang menarik. "Kita buktikan saja nanti." Alfin mendengus kesal. Baru saja bertemu keduanya harus ribut urusan Icha. Sebenarnya Alex adalah sosok yang tenang, namun saat memiliki keinginan ia akan memperjuangkannya dengan gigih. Alex bukanlah sosok yang pantang menyerah. "O iya, Kak Serly tidak bisa hamil kenapa kalian memaksa membawa Icha? bukankah dulu kalian menolak membawa Icha ke Kuala Lumpur." Alfin menyinggung masa lalu. Beberapa tahun yang lalu saat dirinya belum siap menerima kehadiran Icha, Sang Bunda menyuruh Alex dan istrinya untuk merawat Icha. Namun mereka tidak bersedia karena alasan karir. Mereka hanya mau mengakui status Icha demi akta kelahiran anak itu. "Kak Alex, Alfin! kok kalian malah bertengkar sih?" Serly mendekati kakak beradik itu dan berusaha menghentikan perdebatan keduanya. Diam-diam ia menguping mereka. "Suami Kakak yang mulai. Lagian kalau kalian mau punya anak kenapa Kak Alex tidak menikah lagi saja dengan wanita lain! Kalau perlu nikahin saja Muti. Tidak perlu Bunda menjodohkan aku sama dia. Dengan begitu kalian tidak akan membawa Icha. Kalian semua benar-benar egois." Alfin masih kesal sehingga ucapannya tak terkendali. Hal itu menyinggung Alex dan Serly. "Alfin...!!." Bentak Alex. Perkataan Alfin membuatnya naik darah apalagi istri tercintanya mendengar dengan jelas setiap kata-kata adiknya itu. Adik macam apa yang menyuruh kakaknya poligami di depan istrinya sendiri. Alex tipe setia yang tak mungkin mendua. Seumur hidupnya hanya Serly satu-satunya wanita yang dicintainya. Ia tak pernah menjalin hubungan asmara dengan siapapun kecuali Serly teman kecilnya yang juga sepupu jauhnya. "Kenapa Kak?" Alfin tidak takut malah menatap nyalang ke arah abangnya. Bersiap jika keduanya harus bergulat. Soal adu jotos Alfin ahlinya, sewaktu SMP dan SMA Alfin sering terlibat perkelahian. "Lancang kamu!!" Bentak Alex. Ingin rasanya ia meninju adiknya itu namun ia bisa mengendalikan diri. Alfin pun segera berdiri dari sofa dan berlalu dari hadapan pasangan suami istri itu menuju kamarnya. Sehingga Alex hanya bisa menarik nafas dalam menahan emosinya. Adiknya tak bisa diajak kompromi. "Sudah sayang, kamu jangan emosi! Kalau marah-marah terus nanti cepat tua! Kalau Bunda tahu kalian bertengkar, Bunda pasti sedih." Serly berusaha menenangkan suaminya dan menariknya masuk ke kamar. *** "Icha sayang papa?" Alfin kini berada di kamar anaknya. Setiap saat ia ingin bersama gadis cilik itu, namun tidak mungkin karena ia harus bekerja. "Sayang banget." Icha menjawab sambil memberikan pelukan sayangnya. "Papa juga sayang banget sama Icha." Alfin membalas pelukan putrinya. "Icha ga mau Papa pergi lagi." Icha menatap Alfin penuh harap. "Kamu mau ikut tinggal sama Papa kan?" tanya Alfin. Ia mulai memikirkan segera membawa Icha agar tak keduluan Alex. "Mau...!!sama Tante Muti juga kan?" Icha melonjak girang. Alfin malah bingung kenapa Icha menyebut Muti. Tentu saja karena mereka sepaket kemanapun selalu bersama. "Tidak! sama Mama Icha," ucap Alfin lagi-lagi memberikan harapan yang tak pasti. Bukankah sampai detik ini ia belum menemukan Rara. "Mama...??! Apa Mama akan pulang?" Icha tampak senang. Tentu saja itu adalah harapannya untuk bisa bertemu ibunya. Bertahun lamanya ia menunggu kedatangannya. Alfin mengangguk sambil tersenyum. Ia selalu saja menipu anaknya dengan memberikan harapan yang tak pasti. "Nanti Icha mau bilang ke Mama biar Tante Muti juga diajak tinggal bareng kita! Kadihan Tante Muti kalau ga diajak. Icha kan sayang sama Tante Muti." serunya gembira. Muti dan dirinya seolah tak terpisahkan. Mendengar kata-kata putri kecilnya Alfin tak bisa berkomentar. *** Sudah dua hari Alfin membawa Icha tinggal di apartemen miliknya. Tanpa sepengetahuan ibunya karena ia sedang berangkat bersama Ayahnya. "Alfin, kamu membawa Icha tanpa izin Bunda dulu." Tiba-tiba sang Bunda yang baru kembali dari Bandar Lampung datang ke kantornya. Setelah menerima kabar bahwa Icha, cucu kesayangannya dibawa anak bungsunya, wanita itu langsung menemui Alfin. Ia tak terima. "Icha itu anak Alfin Bund, jadi Alfin bebas mau membawa dia kemana pun," jawab Alfin santai. Ia sudah bosan terus-terusan diatur. "Kamu tidak bisa seenaknya membawa Icha karena ia berada dalam perwalian Bunda, Fin. Semua harus izin Bunda. Kalau terkafi sesuatu Bunda juga yang repot." Bu Sarah mengingatkan. Tindakan Alfin dianggapnya salah. "Alfin tak rela kalau Kak Alex dan Kak Serly membawanya pergi jauh dari Alfin. Icha anak Alfin, Bund. Aku memang b******k Bund. Tapi aku akan berusaha menjadi ayah yang baik." Alfin berkata dengan nada sedih. Sudah cukup lama ia terpisah dengan anaknya. Baginya Icha adalah pengobat rindu pada Rara dan dengan menjaganya ia ingin menghapus dosa-dosanya yang tak termaafkan. "Bunda pastikan itu tidak akan terjadi, asalkan kamu mau menikahi Muti." Bu Sarah kembali mengungkit perjodohan Alfin dan Muti. "Bunda..., kenapa harus itu  syaratnya?" Alfin melayangkan protesnya. Lagi-lagi ibunya menyuruh Alfin menikahi Mutiara. Jangan-jangan rencana Alex dan Serly itu hanya akal-akalan sang Bunda, pikirnya. "Bunda ingin kebahagiaan buat kalian. Untuk Icha yang membutuhkan kasih sayang seorang ibu, untuk kamu yang butuh pendamping dan juga Muti yang sudah banyak membantu kita merawat dan menjaga Icha dengan baik. Percayalah jika Muti adalah jodoh terbaik untukmu. Dia ibu yang tepat bagi putrimu." Bu Sarah menatap lekat putranya berusaha meyakinkan jika usahanya itu demi kebaikan Alfin, untuk masa depannya. "Alfin sudah bahagia hanya dengan Icha." Alfin adalah Alfin dengan sifat keras kepalanya. Ia tetap menolak perjodohan itu. "Tapi Icha butuh seorang ibu." Bu Sarah tetap pada pendiriannya. "Bunda, Alfin hanya mencintai Rara dan Alfin hanya mau menikah dengannya." Alfin berkata lirih. "Okey, tapi mana perempuan itu? Dia sudah tidak peduli lagi dengan kamu dan Icha. Dia sudah hilang Fin. Lupakan dia!" Bu Sarah jadi emosi melihat sikap keras kepala Alfin. Berbagai bujuk rayu dan ancaman rasanya tak mempan sedikitpun. "Alfin janji akan segera menemukannya," ucap Alfin penuh keyakinan. Padahal ia sendiri tidak tahu entah harus kemana mencari Rara. "Kamu yakin? Bagaimana jika dia sudah menikah dengan orang lain? Andai Bunda jadi dia, Bunda tak mau kembali dengan masa lalu yang sudah menorehkan luka yang dalam." Bu Sarah seolah berada di kubu Rara. Wanita itu pernah mengalami hal buruk dikhianati orang yang dicintainya. Pertanyaan sang Bunda kembali mengingatkan Alfin  pada ucapan Tania beberapa waktu lalu yang mengabarkan bahwa Rara sudah menikah dan bahagia. "Baiklah jika Alfin menemukan Rara sudah menikah, Alfin mau menikahi Mutiara." Alfin memberikan keputusan. Jika ibu kandung Icha memang sudah memiliki pria lain maka ia akan mengikhlaskannya. Namun ia perlu bertemu sekali lagi untuk memastikannya sekaligus meninta maaf datinya. "Baik tapi hanya satu bulan saja Bunda kasih waktu, jika mantan pacar kamu itu tidak ditemukan maka mau tidak mau kamu harus menikah dengan Muti, kalau tidak jangan harap Icha bersamamu." Bu Sarah berkata penuh ancaman. Ibu beranak dua itu selalu berdoa agar Mutiara dan Alfin berjodoh. Tak ada gadis sebaik Mutiara yang mau merawat Icha. *** TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD