Book 1, Chapter 3 - Weakling -

2471 Words
"Baiklah, kita akan memulai testnya!" Kapten Abimanyu berujar sambil berjalan kearah bangunan besar dibelakangnya. "Kalian akan dipanggil berdasarkan nama kalian, test akan dilakukan satu persatu, dan selama menunggu kalian harus tetap diposisi kalian, jangan bergerak ataupun berbicara, mengerti?!" Kapten Abimanyu berucap dengan nada suara yang tinggi. "Siap! Mengerti pak!" Seluruh pesarta camp menjawab dengan lantang tidak terkecuali aku, test sudah dimulai dan kami sebagai perserta menunggu nama kami disebut dan bergantian untuk masuk keruang test. "Imran!" Seorang dengan wajah lugu dan kulit putih serta rambut yang terlihat sedikit culun berjalan kerah tempat test, meski parasnya cukup lugu tapi badannya tegap besar dan terlihat cukup gagah. Sambil melihat pria itu berjalan kearah tempat test, aku mengalihkan pandangan kebebrapa sudut dan ada sesuatu yang menarik pemandanganku, aku baru tersadar bahwa bukan hanya pria yang menjadi peserta test, tidak sedikit pula yang wanita yang menjadi peserta test. Sedang asik memandang ke kanan dan kekiri, tiba-tiba kurasakan sakit dibelakang leherku. "Ahh sial!! Siapa yang memukulku?!" Seseorang memukulku dari belakang, saat aku melihatnya amarah ku memuncak. Pria yang memukulku adalah pasukan dengan kepala botak yang sebelumnya merendahkanku dirumah sakit. "Apa?! Kau tidak dengar apa kata kapten?! Tidak boleh bergerak saat menunggu, aku hanya melakukan bagianku. Jadi diam dan berdiri dengan benar" Pria botak itu berkata dengan nada suara yang kasar, mulutnya menunjukkan senyuman jahat yang biasanya kita temui di film-film drama. "Grrrr!!" Husk yang dari tadi duduk disamping telah berdiri dengan ekspresi yang menyeramkan, dia memandang tentara berkepala botak itu! "Apa kau anjing kampung?!" "Wosh" Pria botak itu menghujamkan pukulannya kearah Husk, pukulan sungguh cepat namun Husk mampu menghindarinya dengan meloncat kearah sebaliknya dan melompat dengan cepat untuk menerakam pria botak itu. "Slap!" Diluar dugaan pria botak itu tidak sendirian, dia bersama tiga temannya mengelilingi Husk dan memukulinya. Husk memang merupakan mutan level C, namun ketiga orang tersebut juga merupakan Evo level C ditambah lagi mereka menang jumlah dan adalah pasukan terlatih. "Bang!!" Pria botak itu memukul Husk cukup keras dan ia menggulung beberapa kali diatas tanah lapangan pelatihan. Tidak berhenti sampai disitu, ketiga orang itu mengejarnya dengan cepat dan menendanginya berkali kali, pukulan seorang Evo level C bisa menghancurkan tembok rumah dan mematahkan besi dengan mudah, tidak jauh berbeda, tubuh Husk mulai mengeluarkan darah, melihatnya amarahku meledak hebat! Manusia sudah kehilangan belas kasihan dari hatinya. "Swish!" Dengan cepat aku berlari kearah tiga orang tersebut, ke ayunkan tanganku sekuat tenagaku kearah pria botak terkutuk itu! Belakangan aku mengetahui namanya adalah Andre. "Jangan ganggu dia!!" Aku berteriak, dan berharap dapat setidaknya dapat menjatuhkan dia, tapi apa yang terjadi sungguh diluar dugaanku. Pukulanku berhasil dengan mudah dihentikan hanya dengan satu tangan oleh pria botak itu. "Smack!!" Tanpa menunggu lamunan kebingunganku, dia membalas pukulan ku. Berbeda dengan Husk yang memiliki tubuh mutan level C, aku berguling lebih dari 10 meter sebelum menabrak kaki kapten Abimanyu yang sedang berjalan kerarah kami. "CUKUP! DASAR KALIAN BODOH" Kapten Abimanyu berteriak, entah ucapannya ditujukkan pada siapa. "KALIAN ADALAH SENIOR, TAPI MEM-BULLY JUNIORMU! PERGI JANGAN BIARKAN AKU MELIHAT MUKA KALIAN LAGI!" Ketiga orang itu melangkah pergi sambil melihat kearahku dengan tatapan jahat, mulutnya terlihat tersenyum. Entah mengapa mereka melakukan itu padaku, meskipun aku tidak pernah melakukan apapun yang menyakiti mereka. "DAN KAU! BERDIRI! KEMBALI KEBARISAN!" Kapten Abimanyu terlihat sangat kesal dengan kejadian yang terjadi dihadapannya. Terasa beberapa tulangku patah oleh pukulan tadi, dengan susah payah aku berdiri menghampiri Husk yang terbaring, kakinya patah oleh tendangan para seniorku tadi. "Husk, i'm sorry. I'm not strong enough to protect you, i'm ashamed, truly ashamed!" ["Husk, maafkan aku!, aku tidak cukup kuat untuk melindungimu, aku sungguh malu, benar-benar malu!] Aku berujar sambil berusaha membantu Husk berdiri, kapten Abimanyu berdiri memandang kearah kami, dia terdiam beberapa saat lalu berujar: "Tangkap! Berikan satu pada partner-mu dan satu untukmu, kalian masih harus menjalani test! Itu adalah pill yang terbuat dari beberaa tanaman obat juga daging mutan level B, itu akan menyembuhkan seluruh luka-mu" Kapten Abimanyu juga melemparkan 2 buah pill kepada kami, dan berbalik kembali kearah bangunan dimana test dilakukan. Tidak menunggu waktu lama, aku memberikan pill itu kepada Husk, dan aku juga memakannya. Setelah memeakannya dan obat itu tertelan dan masuk kedalam tenggorokanku, obat itu lalu mulai mencair dan menjadi bentuk cair, seketika tubuhku seperti dialiri tenaga yang menyebar keseluruh tubuhku, bahkan bagian tubuhku yang terdalam yaitu organ dan tulangku. Aku bergegas untuk kembali kebarisan, pakaianku menjadi lusuh dan penuh dengan debu dan tanah, luka-luka dan tulangku sudah sembuh berkat pill yang kumakan tadi. Hal itu tentunya mengejutkan aku, pill itu merupakan obat yang mahal dan sulit didapatkan. Itu membuat aku berfikir dalam hati: "Pill itu jelas obat yang berharga, untuk apa dia memberikannya kepadaku? Apa tujuannya?" Aku berfikir keras untuk mencari sebuah alasan atas perbuatannya, tapi pada akhirnya aku menyerah karena aku tidak mampu memikirkan alasannya, bahkan otak superku ini pun tidak mampu. Aku sedikit ragu apakah semua manusia yang berevolusi mendapatkan kemampuan yang sama dengan ku, atau setiap kemampuan orang berbeda-beda. ... Sudah 2 jam test berlangsung dan aku masih berdiri dibawah terik matahari yang menyingsing siang itu, sekarang jam menunjukkan pukul 1 siang. Perang nuklir bukannya hanya menimbulkan virus bermutasi namun juga mengakibatkan pemanasan global menjadi semakin parah, dibeberapa tempat di Korea Utara kini sering terjadi hujan asam yang sangat berbahaya bagi manusia. "Vincent!" Setelah menunggu cukup lama akhirnya namaku pun di panggil, tanda kini giliranku untuk menjalankan test. "tap..tap..tap " Aku berjalan kearah gedung dimana test dilakukan, sesaat sebelum aku masuk aku berpapasan dengan seorang gadis. Gadis itu memiliki tinggi 175cm, dan rambut panjang yang terikat rapi dibelakangnnya, gadis ini tidak bisa dikatakan sempurna tapi memberikan atmosfir yang menarik hati yang melihatnya, terutama mata birunya yang begitu mempesonaku. Hal yang paling menarik adalah cara dia berjalan dan mengenakan pakaian sama sekali tidak mirip gadis pada umumnya. Entah berapa aku lama aku memandangnya, hingga ku dengar suara panitia ujian memanggil namaku lagi, yang membangunkan lamunanku. "Vincent!!" "Eh!" Tersentak kaget aku bergegas, tanpa sadar gadis itu juga melihat kearah kemana aku pergi. "Test pertama adalah test kekuatan fisik" "Angkat beban ini mulai dari yang teringan hingga yang terberat." Panitian test itu menjelaskan, pria itu berbadan tegap dan berambut coklat seperti tipe kaukasian pada umumnya. "Baik!" Aku menjawab singkat. Dihadapanku terdapat beberapa beban, bentuknya seperti barbel untuk latihan fisik namun berat masing-masingnya mengejutkan, yang paling ringan adalah 100kg sedangkan yang paling berat mencapi 10000kg. "Oh Tuhan 10 Ton!!" Ujarku dalam hati. "Baiklah kita mulai dari yang teringan terlebih dahulu" Ujar dalam hati sambil mengangkat barbel ber lebel 100kg. "Grip.. Grip" "Wosh" "Oh!?" Aku terkejut beban ini ternyata tidak berat, rasanya hanya seperti mengangkat galon air. Kepercayaan diriku mulai muncul, aku beranjak dan mengangkat beban yang berlebel 500kg. "Wosh" Keringat mengalir dari dahiku, aku harus setidaknya mengeluarkan 60% kekuatanku untuk mengangkatnya. "Hmm.. Ini mulai menjadi sulit, kira-kira peserta yang lain mampu mengangkat hingga berapa kilogram ya?" Aku berfikir sesaat sebelum mencoba mengangkat beban yang bertanda 1000kg. "Grip..Grip" Aku berusaha mengangkatnya sesaat setelah kedua tanganku menempel pada barbel itu. Dan hasilnya mengejutkanku: "Eh?!" Tidak terangkat?!" Kucoba kerahkan seluruh kemampuanku, hingga wajahku memerah. "Ayolah terangkat!" Ucapku penuh harap, beberapa saat kemudian barbelnya terangkat dan aku harus memepertahankannya selama 5 detik sebelum menurunkannya lagi, mataku melotot karena karena beban tersebut melebihi kemampuanku. "Bang!" Setelah lima menit berhasil kulewati, kulemparkan barbel berat itu ketanah, seluruh otot tangangku keram, karena kupaksakan untuk mengangkat beban diluar kemampuanku. "Few.. Setidaknya aku berhasil mengangkat beban satu ton, dengan ini pasti hasilku akan baik" Ucapku pelan, agar tak terdengar orang lain. Aku merasa cukup puas dengan hasil yang aku raih, karena ku pikir aku telah mencetak prestasi yang baik, dengan percaya diri aku bertanya kepada panitia latihan. "Mmaaff pak, rata-rata peserta bisa mengangkat beban hingga berapa kilogram ya pak?" Aku sedikit terbata-bata, iya, inilah salah satu kekuranganku yang lain, aku selalu kesulitan untuk berbicara dengan orang lain dan itu juga yang membuatku tidak percaya diri untuk berbicara pada teman-teman disekolah dan kampusku dulu. "Hmm.. Rata-rata dari mereka bisa mengangkat 3 ton, dan malah ada yang mampu mengangkat hingga 5 ton." Ucap sang pantia, pria itu menjawab sambil melihatku sebentar kemudian kembali sibuk dengan pekerjaannya. "Boom!" Perkataan itu seperti bom nuklir yang jatuh ke atas rasa percaya diriku, seluruh rasa percaya diri itu runtuh hanya dalam sesaat. Kekuatan fisiku ternyata dibawah rata-rata para peserta yang lain. Dengan pikiran yang agak sedih dan kesal aku berjalan ke tempat test selanjutnya. Test selanjutnya dalah test kecepatan, yang tentunya diuji dengan lari lurus dan zigzag, selain itu juga dilakukan uji ketangkasan, uji ketangkasan dilakukan dengan menembakan peluru karet kearah peserta ujian yang sedang berlari lurus dan zigzag. Untuk para Evo peluru karet bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan, karena tidak akan menyakiti mereka, namun aku mempunyai firasat ini akan menjadi ujian yang penuh rasa sakit. "Mulai testnya!" Panitia ujian berbicara singkat sambil mulai menjalankan pencatat waktu. "Swish" Aku berlari secepat yang aku bisa, saat kakiku menginjak zona tempat berlari banyak titik bidik terarah padaku, jumlahnya cukup banyak dan tanpa menunggu aku memepersiapkan diri mulai menembakan peluru karet kearahku. "Bang.. Bang.. Bang" Puluhan peluru karet berterbangan kearahku, sangat sulit untuk menghindar dan mempertahankan kecepatanku disaat yang bersamaan. Rasa sakit mulai menjalar dipermukaan kulitku seraya beberapa darinya mengenai tubuhku, beruntung mataku dapat melihat dengan jelas seluruh proyeksi peluru, namun sial tubuhku tidak mampu mengikuti gerak mata dan otak-ku. 10 dari 20 peluru yang ditembakan mengenai tubuhku, dan meninggalkan bercak merah pada kulitku, awalnya tidak seberapa sakit, namun mendapat tembakan secara terus menerus mulai menyiksaku. ... "Hooh.. haaah.. hooh.. " Setelah test selesai, seluruh tubuhku dipenuhi bercak merah dan energiku benar-benar terkuras. Kulihat papan LED besar diatas tempat ujian menunjukkan waktu lari garis lurusku membutuhkan waktu 15 detik untuk lari 100 meter, sedangkan test lari zigzag aku berhasil selesaikan dalam waktu 20 detik, dan jumlah peluru yang mengenai tubuhku lebih dari 134 peluru dari 220 peluru yang ditembakkan. Perasaanku mengatakan hasilku sangat buruk, sehingga aku tidak menanyakannya pada pantia yang bertugas saat itu. ... Test terakhir yang harus aku lakukan adalah test IQ, test yang tidak membutuhkan kekuatan fisik sekalipun. Kulihat dalam ruangan test ternyata aku tidak sendiri melainkan bersama dengan 10 orang yang telah melakukan test sebelum aku. "Berarti gadis itu masuk saat aku berkelahi dengan si botak k*****t itu" Teringat akan gadis yang kutemui dipintu masuk, kugelengkan kepalaku untuk kembali terfokus pada test yang akan kuambil. "Hey kau! Duduk disini!" Pantia wanita berambut pendek dengan tubuh yang tinggi semampai dan memiliki otot yang membuatnya terlihat seksi memanggilku. "Bbaik!" Aku menjawab singkat sambil berjalan kerarah meja dan kursi ujian. "Isi semua test ini dalam waktu 60 menit!" Wanita itu menjelaskan tata cara dan waktu test secara mendetail. Ku buka lembar soal dan membaliknya sampai halaman terakhir, kutemukan ujian ini terdiri dari 400 soal yang harus diselesaikan dalam waktu 60 menit. [Mengangguk] Aku mengangguk tanpa membalikan pandanganku. "What!? 60 menit, bagaimana mungkin!" Pikirku dalam hati, sambil mulai mengerjakan soal-soal itu. Namun diluar dugaan, soal-soal itu sangatlah mudah bagiku. ... "Anak ini! Dia mampu menyelesaikannya seolah-olah ini hanya menulis cerita anak-anak" Perempuan cantik itu tersentak dan membatin, sambil melihat jari-jari Vincent mengerjakan soal-soal test IQ yang sedang ia kerjakan. ... Aku tentunya tidak mengetahui apa yang wanita itu pikirkan, dengan bersemangat ku kerjakan semua soal yang ada dan aku merasa sangat yakin bahwa tidak ada satu pun soal yang tidak mampu aku jawab. Hal itu membuat rasa percaya diriku yang telah hancur berkeping-keping sebelumnya, kembali bangkit. Puas dengan soal-soal yang berhasil ku jawab, aku memberikan kertas hasil jawabanku kepada panitia wanita yang berdiri didekatku. Ku layangkan pandanganku ke peserta lain yang masih mengerjakan soal mereka diluar dugaan akulah yang pertama kali menyelesaikan test tersebut. "Ternyata begini rasanya menjadi orang yang pintar" Ucapku dalam hati, sedikit tersenyum bangga. Aku keluar dan melihat peserta lain yang telah mengikuti test kembali keposisi semula dalam barisan. Aku kembali ke tempat aku berbaris sebelumnya, Husk menungguku dengan taatnya, belum sampai di tempat aku berbaris, aku merasakan ada mata yang memandangiku dari kejauhan dan ketika kulihat ternyata itu adalah si botak k*****t! Andre dan kawan-kawannya sepertinya merencanakan hal yang buruk terhadapku. "Sial! Mereka sepertinya merencanakan sesuatu yang buruk terhadapku, bagaimana mungkin aku dapat mengalahkan mereka, apa lagi mereka bertiga." Aku berfikir keras bagaimana cara untuk menyelamatkan diri, kenangan waktu sekolah dulu terulang kembali. Sewaktu sekolah dulu aku selalu mendapat perlakuan buruk dari teman-temanku, aku kerap kali dibully, hingga titik dimana aku malas sekali untuk bersekolah, aku selalu menghabiskan waktuku diwarnet dan memilih tidak masuk sekolah, semenjak itu aku tidak memiliki teman dan jarang berinteraksi dengan orang lain. ... Setelah menunggu setengah jam kapten Abimanyu naik keatas podium, sepertinya hendak mengumumkan sesuatu. "Perhatian! Pengumuman hasil test akan dibagikan dilayar dibelakangku, nilai masing-masing test akan terpampang disana. Akumulasi nilai dari semua test kalian akan menentukan level kalian. Tanpa banyak menunda silahkan lihat nama kalian masing-masing." Mendengar hal itu aku menjadi sedikit pesimis karena aku tau hasil testku tidaklah memuaskan, dari keempat test yang aku jalani hanya satu test yang aku percaya diri melakukannya. Para peserta sontak berjalan mendekati layar besar yang menempel pada bangunan test, sedangkan aku justru mundur kebawah pohon besar dibelakangku. Maskipun aku berada jauh dari layar pengumuman aku dapat melihat dengan kelas hasil dan nama-nama yang tercantum disana, dan aku tau peserta yang lain tidak memiliki mata yang tajam sepertiku. Kupandangi layar besar didekat bangunan itu, dari barisan teratas kususuri untuk mencari namaku. "Joni Satifa Evo Level D, [Test 1] [2000kg], [Test 2] [ 10,2 detik], [Test 3] [80], [Test 4] [110] " "Frank Lauren Evo level D, [Test 1] [3000kg], [Test 2] [ 11,1 detik], [Test 3] [85], [Test 4] [113]" "Rona Marta Evo level D, [Test 1] [2000kg], [Test 2] [ 12,2 detik], [Test 3] [81], [Test 4] [118]" "Imran Evo level C, [Test 1] [5000kg], [Test 2] [ 7,2 detik], [Test 3] [50], [Test 4] [140] "Apa!? Imran? Lelaki lugu itu? Dia kuat sekali" Melihat hasil yang ditunjukkan oleh imran aku terkejut, sungguh terkejut. Imran memiliki kekuatan setara dengan para tentara senior yang telah masuk sebelum peserta yang lain. Aku menghela nafas panjang mencoba menenangkan diri, setelah aku lebih tenang, kulanjutkan membaca hasil yang diumumkan. "Samuel Bayu Evo level C, [Test 1] [2000kg], [Test 2] [ 6,01 detik], [Test 3] [30], [Test 4] [138]" "Gwen Christy Evo level C, [Test 1] [5000kg], [Test 2] [ 5,2 detik], [Test 3] [20], [Test 4] [147]" Melihat nama Gwen aku teringat gadis yang kutemui dipintu masuk bangunan pelatihan tadi, kaki lemas mataku serasa kabur. Gadis itu memiliki kekuatan yang amat besar ditambah lagi hasil test keduanya membuatku tercengang: " Lari 100 meter hanya dalam 3 detik? Hanya terkena 20 peluru? IQ 147? Oh Tuhan dia ini manusia atau monster" Sungguh dunia tidak bisa ditebak pikirku. Belum habis rasa terkejutku tampilan pada layar membuat jantungku seperti mau berhenti, aku merasakan hari itu adalah hari terburuk yang pernah ku alami seumur hidupku. "Vincent Wijaya Evo level E, [Test 1] [1000kg], [Test 2] [ 15 detik], [Test 3] [134], [Test 4] [400]" To Be continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD