Book 1, Chapter 2 - Military Camp -

2385 Words
"Arghh!!" Teriak ku nyaring, tubuhku berguncang hebat seluruh kulit dan dagingku membengkak seolah akan meledak. Mata-ku berubah merah pekat, seluruh pembuluh darahku membengkak, demam tinggi menyerangku. Pengikat yang menjerat seluruh tubuhku seakan tidak mampu menghentikan ku, kasur yang ku tiduri berderit-derit akibat gerakkan tubuhku. "Aku tak sanggup lagi!" Tidak mampu lagi aku berucap, setiap kata yang hendak ku ucapkan berubah menjadi jeritan dan desahan rasa sakit, hanya dalam batinku aku dapat mengeluh dan menjerit sekeras yang aku mampu. "Maafkan aku ayah, ibu, David.." "Aku rasa aku tak mampu mengalahkan virus ini.." "Arghh..." Air mataku mengalir membasahi pipiku, sedari awal aku memang bukanlah seorang yang pemberani dan bahkan cenderung penakut. Namun ku atupkan mulutku dan berusaha menahan rasa sakit yang menyerang seluruh tubuhku. ... Terlihat sebuah ilusi yang terlihat sangat nyata, ilusi di mana orang tuaku tertawa begitu lepas, begitu bahagia mereka terlihat dan memandang ke arah ku sambil melambaikan tangannya. Namun belum beberapa saat bayangan itu menghilang digantikan tangisan dan jeritan kedua orang tuaku, darah menggenang di hadapanku menunjukkan sebuah kejadian yang entah nyata atau tidak, aku berlutut dan tertelungkup. "Ku mohon jangan, tidak, jangan sakiti mereka!" Aku berteriak ke arah sosok besar yang menyakiti kedua orang tuaku, ingin sekali aku bergerak namun tangan dan kaki ku terantai. "Ku mohon, kau bisa mengambil apapun, akan ku jual jiwa-ku padamu, tapi aku mohon lepaskan mereka!" Aku menjerit, menangis, namun aku tidak mampu melakukan apapun. "Tidakkk!!! Ayah! Ibu! David!" Makhluk itu membunuh mereka di hadapanku, dan mahluk itu menghadap ke arahku, tersenyum, seakan menghinaku. "Tidak! Ini tidak mungkin, it.. it.. itu aku! kenapa aku ada di sana! Hentikan mahluk j*****m! Aku bilang hentikan!" Aku melihat diriku sendiri yang gagal menguasai E-Virus dalam tubuhku, berubah menjadi monster yang begitu mengerikan, aku menjadi mutan yang dipenuhi kabut hitam yang terlihat samar seperti bayangan, mataku berwarna keemasan seperti ular. Aku menjadi monster yang mengerikan! "Aku mohon...! Aku mohon...!!" Kepalaku tertunduk hingga ke tanah, air mataku seakan menjadi kolam yang menenggelamkan aku. Darah, air mataku berwarna merah! aku mengalami kesedihan yang amat sangat air mataku telah habis dan digantikan darah dari mataku. "Swish.. Swish..." Seluruh bayangnya berputar membentuk sebuah pusaran, dan semua itu tiba-tiba menghilang di tengah kegelapan," Apakah aku mati..?" "Di mana ini? Di mana ayah dan ibu?" Perlahan kegelapan itu menjadi semakin pekat, dan tubuhku terjatuh di atas tanah. "Inikah kematian?..." Aku menyerah untuk melawan, kesedihanku menutupi semua kesakitanku hanya itu yang kurasakan, sakit tubuhku tidak lagi terasa, namun sakit dalam hatiku semakin menyiksa ku. Aku meraba hatiku, perasaan bersalah ini terasa begitu menusuk dan membuatku sulit bernafas, aku berlutut dan memandang ke atas dan hanya kegelapan yang ku temukan. "Aku menyerah!" Aku berucap dan berusaha berhenti berjuang dan akan menutup mataku.. "Nak.." "Vincent.." "Kakak.." Sesaat sebelum aku memejamkan mataku, terdengar suara memanggilku, dan cahaya mulai terbit dan seakan membawaku kembali ke kesadaranku, cahaya yang membuat wajahku tersenyum. "Cahaya ini?" Aku memandang ke atas dan kutemukan bayangan ayah dan ibu berada di sisiku menangis sambil menggenggam tanganku. Sebagian tubuhku telah berubah menjadi setengah monster, david membenamkan kepalanya di d**a-ku, menangis memanggil namaku. "Kakak.." "Kakak harus hidup! Kakak sudah janji!" David menangis keras dan tidak sedikitpun terlihat takut pada tubuhku yang berubah. Kehangatan menyeruak ke dalam hatiku, adik dan kedua orang tuaku begitu mengasihi aku. "Benar!" "Aku harus hidup! Demi mereka!" Aku kembali membuka mataku dan memandang rantai yang membelenggu tangan ku dengan berdarah-darah kulepaskan keduanya. ... "Beep.. Beep.. Beep" Suara monitor EKG (Electro Kardio Gram) menunjukkan detak jantung ku kembali normal, kedua orang tuaku yang sedari tadi menangis di sampingku kini berdiri. Tak lama berselang, aku membuka mataku, ruangan itu dipenuhi ilmuan perawat dan juga tentara militer yang siap mengambil tindakan bila terjadi masalah. Aku membuka mataku dan kulihat senyuman ayah dan ibu, dan David yang masih menangis di d**a-ku.  "Ayah, ibu, aku berhasil" Aku berujar pelan sambil memandang wajah kedua orang tuaku, memandang wajah tua yang dipenuhi kerutan, wajah yang menemaniku semenjak lahir hingga saat ini. "David, aku berhasil, terimakasih banyak!" Ujarku sambil mengusap kepalanya yang masih tertunduk di d**a-ku. "Kakak..?!" David melihat ku bingung dan kemudian melompat ke arahku. Tubuhku sudah kembali normal, perubahan fisik monster pun sudah berhasil kutekan dan kuhilangkan. "Sepertinya obat itu berhasil" Pikirku "Namun ini juga berkat ayah, ibu dan David yang memberiku harapan." Masih teringat mimpi buruk itu, mimpi buruk yang tidak ingin ku ingat selamanya. Segala sesuatunya terlihat begitu nyata, bahkan rasa sakitnya begitu terasa nyata. "Eh!?" "Mataku mampu melihat lebih jelas, pendengaranku, tubuhku terasa lebih ringan! Ini?!" "Inikah evolusi yang dokter Arum ceritakan?" "Otakku dapat berfikir lebih cepat," "Semua kenangan semenjak SD hingga saat ini muncul begitu saja di kepalaku, dan aku bisa mengingatnya dengan jelas, bahkan seluruh bacaan di buku sekolahku, dari setiap huruf juga titik dan koma" Aku masih terlamun memikirkan setiap kemungkinan yang mungkin aku alami, otakku menjadi seperti komputer canggih yang dapat memberikan setiap informasi yang aku mau, setidaknya semua informasi yang telah aku baca, lihat dan dengar sebelumnya. Namun lamunanku harus terhenti saat dokter Arum datang ke ruanganku, dokter Arum adalah perempuan yang memberikan aku pengarahan sebelumnya. "Selamat Malam! Saya turut bersukacita atas keberhasilan anak anda mengatasi evolusi virus, kedatangan saya hanya ingin memberitahukan bahwa setiap manusia yang berhasil melakukan evolusi harus bergabung ke dalam kesatuan militer, dan harus mengikuti pelatihan disana." Dokter Arum menjelaskan langsung ketopik pembicaraan. "Apa? Kalian tidak memberitahukan hal ini sebelumnya? Bukankah anak kami sudah memberikan nyawanya untuk percobaan serum baru yang kalian buat! Untuk apa lagi dia harus bergabung ke kemiliteran?" Ayah sontak berdiri dan membentak Dokter Arum, kesal. "Tapi anda sebagai orang tua telah menandatangani surat perjanjian dengan kami, mungkin anda tidak membacanya, namun surat perjanjian tersebut terdiri dari 5 lembar kertas dengan serangkaian poin perjanjian." Dokter Arum menjelaskan. "Hmmm.." Ayah terdiam, dibukannya surat salinan perjanjian dengan pemerintah, dia menyadari kesalahan yang ia lakukan. ayah tidak membaca semuanya secara teliti karena begitu sedih dan panik sesaat tadi. Melihat ayah terdiam akupun menghembuskan nafas panjang: "Sigh.. Yah, tidak apa-apa yang terpenting aku berhasil selamat." "Dokter, tolong jelaskan apa saja yang harus aku lakukan setelah ini?" "Seluruh korban yang selamat dan berhasil melakukan evolusi pertama-tama akan dikirimkan ke kamp pelatihan untuk menerima pelatihan dan juga pengalaman melawan binatang mutasi yang sesungguhnya," Dokter Arum menjelaskan. "Serangan binatang mutasi tidak hanya berakhir kemarin.." "Belalang hanyalah gelombang pertama dari p*********n, para mahluk itu menggunakan pola yang sama, belalang merupakan agen pertama yang menyerang, kemudian kumpulan besar mahluk lainnya mengikuti mereka di belakang karena mereka berjalan di darat mungkin mereka akan sampai dalam waktu dua bulan atau mungkin lebih cepat" Dokter Arum menambahkan. Ucapannya membuatku tersentak, tak kukira bahwa kumpulan belalang mengerikan itu hanyalah gelombang pertama, gelombang selanjutnya akan menyusul setelahnya. "Jadi kota masih dalam keadaan bahaya dok? Lalu bagaimana kita megatasi masalah ini? Bagaimana kita menyelamatkan seluruh penduduk kota?" Aku bertanya penuh kecemasan, penyebabnya sudah jelas, keluargaku. Namun di luar dugaan, jawaban yang kuterima membuat ku sangat geram, seorang anggota militer yang menemani Dokter Arum tersenyum, senyumnya terlihat merendahkan ku dan berucap: "Naif! Kaupikir kita memiliki kemampuan untuk menyelamatkan seluruh kota? Di dunia setelah serangan E-Virus menyebar, hukum barulah yang berlaku, hukum di mana yang kuatlah yang bisa bertahan, dan untuk mereka yang lemah, alamlah yang akan menyeleksi dan menentukan kehidupan mereka!" Ku tahan amarahku dalam-dalam, aku tau aku bukanlah lawan untuk tentara itu, terlihat perbedaan fisik dan tentara itu memancarkan aura dingin yang mengerikan. Aura yang sama seperti yang berikan oleh Husk saat dia sedang dalam proses evolusi, aura itu, aura membunuh! "Lalu bagaimana dengan orang tuaku? Aku tidak akan meninggalkan mereka meski kau membunuhku!" Ucapku marah, kesal dan merasa kecewa dengan cara mereka memperlakukan manusia, bagiku mereka yang lemah adalah alasan seseorang yang kuat diciptakan. Manusia memang lemah pada awalnya namun bukan berarti dia tidak bisa berubah menjadi kuat. "Orang tuamu akan diberikan satu rumah di pangkalan militer kota ini, sehingga mereka akan lebih aman dari orang-orang lain yang tinggal di daerah pendudukan." Dokter Arum yang sedari tadi diam akhirnya berucap, berusaha menenangkanku. "Itu bisa diterima, jadi kapankah kita akan berangkat?" Ucap ku sambil mengangguk. "Tiga jam dari sekarang, aku harap kau bersiap-siap, bawalah apa yang perlu dibawa dan tinggalkan hal yang tidak penting dibelakang. Kota ini akan menjadi reruntuhan dalam beberapa hari!" Dokter Arum menjawab. "Oh iya, aku memiliki anjing yang terinfeksi dan berhasil melakukan evolusi, aku tidak tahu tahapan evolusi apa yang ia alami namun dia hanya patuh terhadapku. Apakah pangkalan militer mengijinkan kami membawa binatang peliharaan?" Aku teringat tentang Husk di peternakan, bila dia tertinggal mungkin dia yang justru akan membunuhi masyarakat kota atau malah dibunuh oleh kumpulan binatang yang akan meyerang kota. "Tentu, namun kau harus pastikan anjing-mu di bawah pengawasanmu atau kami akan membunuhnya! Di pangkalan juga banyak anjing terlatih yang berhasil berevolusi, dibandingkan dengan anjingmu, mereka jauh lebih kuat! Bila dia mengacau aku akan menjadikannya makanan peliharan-peliharan kami!" Tentara berbadan tegap dengan kepala botak dan penuh tato, yang berbicara sebelumnya kembali mencoba memancingku. "Baiklah" Aku mengangguk tapi mataku mengarah pada Dokter Arum dan tidak menghiraukan si botak yang kurang ajar itu, seolah-olah dia tak ada. ... Aku meminta ayahku mengantarkan ku kepeternakan, setelah berhasil melakukan evolusi aku merasakan tubuhku menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Pendengaran, penglihatan, penciuman seluruh indera di tubuhku menjadi berfungsi lebih baik dari sebelumnya. Namun hal yang paling mengejutkan adalah perubahan pada otak-ku, aku dapat mengingat segala hal yang pernah kudengar, k****a dan kulihat; bahkan mataku mampu melihat semut yang berada beberapa meter dari mobil yang ku tumpangi. Perjalan berlangsung sangat lancar, jalan-jalan kosong bagaikan kota tak berpenghuni, toko-toko ditinggalkan orang, semua warga berlarian menyelamatkan diri, gedung-gedung di sisi jalan menjulang tinggi, koran-koran berserakan di jalan dan menggulung di roda mobil yang kami kendarai. ... - Peternakan - Sesampainya di peternakan aku tidak membuang banyak waktu dengan bergegas aku mencari Husk. "Husk! Where are you buddy?" ["Husk! Dimana kau kawan?"] Sesaat setelahku berteriak semak-semak di sebelah kananku bergerak, menghasilkan bunyi gesekan yang khas: "tsk..tsk..tsk" "Woff.. Woff.." Husk mengoggong gembira, baru aku tersadar husk benar-benar berubah dia menjadi lebih besar dan gagah! Husk berdiri menghadap ke arahku, meski sebagian sifat anjingnya masih terlihat namun di memberikan kesan berbeda, dia terlihat lebih kuat dan lebih anggun. "Okay, follow us closely okay! We gonna enter the military camp, you will also meet other dogs, may be some will become your rivals haha" ["Baiklah, ikuti kami sedekat mungkin ya! Kita akan pergi ke kamp militer, kau juga akan berjumpa dengan anjing-anjing lain dan mungkin beberapa dari mereka akan menjadi sainganmu!"] Husk berlari di sebelah truk milik ayah, kami menuju rumah untuk mengambil beberapa barang yang akan kami bawa ke pangkalan. "Berhenti!" Penjaga pintu masuk pangkalan militer menghentikan kami, dan meminta tanda bahwa aku merupakan salah seorang peserta kamp, dan juga bukti untuk melakukan klaim rumah tinggal dalam pangkalan. ... Aku menemani ayah sampai ke kediaman kami di pangkalan militer, tertera kode diatas pintu tempat tinggal kami. "C2301 " Ucap ku sambil melihat nomor rumah kami yang tertera di atas pintu masuk, rumah itu cukup nyaman meski tidak terlalu luas, di dalam juga telah tersedia beberapa perabotan penting seperti kompor, kulkas, telvisi serta telefon. Husk mengikutiku dan berjalan di sampingku, kemanapun aku pergi dia akan mengikutiku, ya memang karena aku memerintahkannya sepert itu. "Beep" Jam di tangan kiriku berbunyi, jam itu adalah alat komunikasi yang diberikan pangkalan militer kepada para pasukan baru. Jam tersebut berfungsi seperti gawai atau handphone pada masa lalu, jam tersebut dapat menampilkan hologram orang yang menghubungi kita. "Selamat Siang! Saya Viona dari pangkalan militer district 32, bagi para tentara baru harap segera berkumpul di lapangan utama. Tim dari persatuan bangsa-bangsa akan melakukan uji kemampuan kalian, untuk menentukan level kekuatan kalian, terimakasih." Hologram wajah seorang wanita muncul dari jam tersebut, setelah menyampaikan pesan yang harus dia sampaikan holgram itupun hilang. "Beep" Jam tangan tersebut berbunyi lagi saat telefon diakhiri. Mendengar pemberitahuan itu aku tentunya bergegas untuk berkumpul di lapangan pelatihan, karena aku sedikit banyak aku tahu bahwa dalam militer kedisiplinannya sangat keras dan dilaksanakan dengan ketat. ... Seluruh peserta pelatihan yang merupakan para korban infeksi virus yang berhasil berevolusi berkumpul dengan rapi di sebuah lapangan militer yang sangat luas, terlihat wajah-wajah yang cukup familiar, beberapa merupakan temanku sewaktu sekolah koloni tingkat atas. Namun aku tidak mengenal mereka semenjak kecil aku tidak memiliki teman, dan hal itu juga yang membuat aku sering berbicara pada diriku sendiri.  "Dengar!!" Saat aku sedang memandangi kerumunan peserta pelatihan, aku dikagetkan oleh teriakan kepala pelatihan, badannya sangat besar dan sangat menakutkan. Pria itu bertinggi kira-kira 3 meter, berbadan kekar, yang mengerikan dari pria tersebut bukanlah ukuran tubuhnya, namun adalah aura dingin yang ia pancarkan. "Gila, auranya saja membuat aku merinding! Dia pasti telah membunuh sangat banyak monster dan juga manusia!" Pikirku, tidak semua orang bisa memancarkan aura seperti ini, aura ini memang tidak dapat digunakan untuk membunuh namun merasakannya membuat hatiku bergetar.. Husk yang berada di sebelahkupun menundukkan kepalanya, terlihat dia juga merasakan tekanan yang sama. Husk duduk di sampingku dan berusaha sebisa mungkin melawan instingnya untuk lari, karena aku memerintahkannya untuk tetap duduk di sampingku. "Aku adalah kepala pasukan untuk kota ini, namaku, Abimanyu Suswanto, Level B-Evo." "Kalian akan berada di bawah perintah ku! Di sini perintah adalah kehidupan, berlaku di luar itu kalian sama saja sudah mati!!" Mendengar hal itu semua peserta pelatihan menelan ludahnya, tentu saja aku juga menelan ludahku, karena hal ini merupakan hal yang benar-benar baru bagiku. "Kalian akan terlebih dulu menjalani test, test untuk mengetahui tingkat kekuatan kalian. Nilai test kalian juga yang akan menentukan level kalian sebagai seorang prajurit, prajurit dibagi menjadi beberapa level, yang paling rendah adalah E mereka tidak ada bedanya dengan tentara biasa. Kemudian level D, mereka adalah orang-orang yang mampu membunuh makhluk mutasi level D, dan biasanya mereka adalah Evo yang baru bergabung dengan kemiliteran." Pria itu menjelaskan sesingkat mungkin dan menggunakan bahasa yang cukup sederhana, namun ekspresi wajah dinginnya tidak berubah. "Para Evo yang mencapai level C dan seterusnya akan mendapat pangkat yang berbeda dengan yang berpangkat dibawahnya! Namun persyaratan untuk semua level tetap sama, mereka yang ingin menaikan levelnya harus berhasil membunuh mahluk mutasi dengan tingkat sesuai yang mereka ingin capai, bila ingin meraih level B seorang Evo level C harus mampu membunuh mutan atau makhluk mutasi dengan level B." "Evo adalah manusia yang berhasil melakukan Evolusi, dan kalian semua yang hadir saat ini adalah Evo-evo baru, namun kalian masih membutuhkan pelatihan agar kalian mampu mengendalikan kekuatan kalian." Abimanyu menjelaskan. "Baiklah kita akan memulai Testnya" To Be Continued!  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD