3

737 Words
Brenda melihat gamang di luar jendela apartemennya sambil mengisap sebatang rokok dengan berbagai macam pikiran terlintas di benaknya. Kepulan asap keluar dari bibir kecil berwarna merah yang menikmati isapan nikotin.  "Kamu tau apa yang dilakukan Brenda," ucap Kevin. Tatapan mata Brenda berubah saat mendengar suara Kevin. Ia sangat benci pada pria yang berstatus saudara sepupunya tersebut. "Ngapain kamu di apartemen ku," ucap Brenda ketus.  "Apa kamu bilang ini apartemenmu? Hahaha, kamu lucu sekali Brenda," ejek Kevin.  "Aku sudah membeli apartemen ini darimu, Kevin. Jadi seharusnya kamu tau diri siapa kamu!" terdengar suara Brenda menahan marah.  "Ga usah marah-marah Brenda. Kamu membeli apartemen ini hasil uang haram." "Mau haram atau halal bukan urusanmu." "Memang bukan urusan ku. Yang penting kamu membayar lunas apartemen." "Kalau kamu sudah tau ini apartemen ku buat apa datang ke sini! Dasar sampah." "Kamu bilang aku sampah? Apa kamu tidak memiliki cermin di apartemen ini? Sampah malah mengatakan sampah. Dasar perempuan murahan." "Aku bukan perempuan murahan. Pria-pria yang menggunakan jasa ku membayarku dengan mahal. Apa itu yang kamu sebut perempuan murahan? Di mana akal sehatmu, Kevin." Kevin sangat kesal mendengar perkataan Brenda. Dengan sorotan mata tajam ia mendekati Brenda membuat adik sepupunya itu mundur beberapa kalah menjauh darinya hingga Brenda terhenti terhalang dinding.  Kevin memengang dagu Brenda. "Kalau begitu layani aku." "Maaf kamu bukan termaksud dari pria-pria kaya yang pantas untuk menggunakan jasa ku. Hanya pria-pria kelas atas yang bisa ku layani." "Jangan munafik Brenda. Kamu membutuhkan uang kan dan aku membutuhkan layananmu. Aku akan membayarmu sesuai dengan tarifmu." "Mimpi! Tak sudi aku melayanimu. Kamu hanya pria miskin yang kaya karena harta istri. Kamu cuman antek-antek Keluarga Gorjes. Benalu sepertimu tak pantas untuk ku layani." Merasa Brenda menolaknya membangkitkan adrenalin Kevin terpacu. Ia sangat marah jika Brenda menolaknya. Dulu ia pernah melakukan hubungan intim dengan Brenda, walau dengan paksaan atau bisa dibilang merenggut paksa keperawanan adik sepupunya. Dengan emosi Kevin mencengkram bahu Brenda secara kasar membuat adik sepupunya kesakitan.  "Sakit Kevin! Lepaskan aku," teriak Brenda. "Sakit hah?! Jangan kamu menolakku, Brenda." Kevin menyeringai. "Kamu memang b******k Kev. Aku tak akan pernah mau menerimamu. Aku sangat membencimu."  Semakin Brenda menolak Kevin, semakin membuat Kevin naik pitam. Ia berusaha mencium paksa Brenda walau wanita tersebut terus saja menolak ciumannya.  "b******k!" teriak Kevin sambil memegang bibirnya yang berdarah digigit Brenda. Mata Brenda menatap Kevin dengan emosi. Ia akan melakukan segala cara untuk membuat Kevin tidak akan pernah menyentuhnya lagi. Gara-gara Kevin hidupnya menjadi hancur dan terjebak di dunia malam. Ia tidak akan pernah memaafkan Kevin sampai kapanpun. Dengan emosi Kevin menarik rambut panjang Brenda lalu melayangkan tangannya tepat di pipi wanita tersebut yang sudah meringis kesakitan. Ia sudah gelap mata tidak lagi memperdulikan apapun yang terjadi.  Brenda yang seorang wanita tentu saja tenaganya kalah melawan Kevin. Kevin tanpa belas kasihan memukul perut Brenda sampai terjatuh dilantai dan menyeretnya ke dalam kamar tanpa memperdulikan suara teriakan dan jeritan kesakitan Brenda.  Air mata Brenda terjatuh di pipinya. Ia tidak merasakan kenikmatan apapun saat secara paksa Kevin menggaulinya. Ia sudah tidak berdaya lagi tenaganya sudah habis untuk melawan Kevin dan hanya bisa diam, pasrah dengan keadaannya.  Setelah Kevin puas dengan hasratnya meninggalkan Brenda begitu saja tanpa memperdulikan keadaan wanita tersebut.  "Terima kasih Brenda dari dulu kamu memang sangat nikmat, haha," ucap Kevin tertawa penuh kemenangan. Brenda hanya diam tanpa menjawab apapun. Ia jijik mendengar suara Kevin yang membuatnya ingin membunuh pria tersebut.  "Ini uang untukmu." Kevin meletakan lembaran uang di atas meja. "Nanti aku akan datang lagi dan kamu harus melayani ku dengan servis yang lebih baik." Suara bantingan pintu terdengar kencang. Brenda sudah yakin Kevin pergi dari apartemennya. Ia menangis dengan kencang hingga berteriak penuh amarah.  "Aku akan membalas semua perbuatanmu, Kevin!" teriak Brenda emosi. "Kamu membuat hidupku hancur!"  Air mata penuh kesakitan dan amarah diluapkannya sendirian. Hanya bisa menahan rasa sakit dan terhina yang dirasakannya. Hidupnya menjadi hancur semenjak kejadian 3 tahun yang lalu. Keluarganya bukan dari keluarga kaya. Ia kuliah saja dibiayain Kevin dan Regina, istri Kevin.  Dulu Brenda tinggal di rumah Kevin dan Regina. Kejadian Kevin merenggut paksa kehormatannya sudah ia katakan pada Regina, tetapi tidak ada yang mempercayainya. Malah Kevin memutar balikan fakta kalau ia lah yang menggoda Kevin sehingga ia di hina, di usir dari rumah Kevin bahkan keluarganya saja malu memiliki anak sepertinya.  Kejadian 3 tahun yang lalu membuat hidup Brenda menjadi berubah. Ia akhirnya memilih jalan pintas agar bertahan hidup dan secara perlahan bisa menjadi wanita panggilan kelas atas dengan harga fantastis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD