15-Bukan CEO M*sum

1060 Words
Tentu saja ini semua adalah akting yang dipersiapkan oleh Vicky untuk menguji Devita. Mendengar ucapan Vicky, Devita langsung berdiri dari duduknya. "Pak Vicky! Apa kamu pikir aku ini w************n! Pak Vicky memang kaya dan juga adalah atasanku, tapi apa yang baru saja pak Vicky katakan sudah keterlaluan," seru Devita dengan mata berkaca-kaca. Setelah melihat respon dari Devita, Vicky lalu menghubungi salah satu karyawan menggunakan pesawat telepon yang berada di mejanya, dia mengatakan untuk tidak diganggu oleh siapa pun karena sedang meeting dengan Devita. Setelah itu Vicky menuju ke pintu ruang kerjanya lalu menguncinya dari dalam. Devita masih berdiri sambil menahan air matanya, saat ini dia sudah pasrah. Setelah Vicky mengunci pintu dan meminta untuk tidak diganggu, Devita sudah dapat menduga apa yang akan dilakukan oleh Vicky. Vicky kembali ke tempat duduknya, dia lalu bertanya kepada Devita. "Menurutmu apa alasanku memanggilmu kesini?" tanya Vicky. "Tentu saja untuk-" Belum sempat Devita menyelesaikan kalimatnya, matanya melihat ke arah dokumen yang berada di atas meja. Sewaktu Devita baru saja masuk ruangan, Devita juga melihat Vicky sedang mengambil beberapa dokumen di lemari, dan dokumen itu yang saat ini berada di atas meja. Sebagai Marketing Manager Devita tentu saja mengenali dokumen itu, dia juga sudah beberapa kali melihat dokumen itu. Dokumen itu adalah dokumen penjualan beberapa tahun terakhir, juga beberapa data tentang transaksi penjualan yang belum berhasil diselesaikan. "Tapi bukankah Pak Bastian tadi bilang-" "Itu perkataan Pak Bastian, dan bukan perkataanku, tadi aku hanya mengikuti arus pembicaraanmu," balas Vicky. Devita akhirnya mulai menyadari tindakannya, ketika dia baru masuk. Dia langsung mengatakan jika ini masih jam kerja, pantas saja jawaban Vicky tadi seperti itu. Devita mulai merasa malu akan tindakannya. "Devita duduklah," ujar Vicky dengan lembut. Devita lalu mengikuti perintah dari bosnya itu. Dia duduk sambil tetap menunduk tidak berani menatap wajah Vicky. Vicky melihat ke arah Devita dengan perasaan tidak enak, "Sebelumnya aku meminta maaf atas ucapanku yang merendahkanmu, tapi jujur aku harus melakukan itu untuk mengetahui seperti apa dirimu," "Jika tadi kamu tidak bereaksi seperti ini, dan mencoba menggodaku, yakinlah besok aku akan memecatmu, saat ini aku CEO di tempat ini, aku berhak menentukan orang-orang yang akan bekerja bersamaku," sambung Vicky yang mulai menjelaskan alasannya bertindak seperti itu. Devita semakin merasa malu mengingat apa yang baru saja dia katakan kepada atasannya. "Aku tidak tahu apa yang disampaikan Bastian kepadamu tentangku, tapi percayalah jika aku bukan pria m***m," sambung Vicky dengan tenang. "Lalu, apakah kamu melihat ini?" Vicky menunjukkan cincin yang berada di jari manisnya kepada Devita. Devita mengangkat kepalanya dan melihat cincin di jari manis Vicky. "Aku sudah bertunangan dengan Manda, putri dari Aditya Mahardika, dan aku tipe orang yang menghargai suatu hubungan." "Dan aku berjanji selama aku memimpin perusahaan ini, aku akan menghargai kamu sebagai wanita, begitu juga dengan karyawan wanita lainnya yang bekerja di perusahaan ini." Mendengar penjelasan Vicky, Devita akhirnya tidak mampu lagi membendung air matanya. Dia mulai menangis, beberapa bulan bekerja di tempat ini, Devita selalu mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari Bastian. Namun dia harus bersabar, dan itu menjadi hari-hari yang berat baginya. Walaupun Bastian masih belum mengajaknya tidur bersama, Devita yakin dengan berjalannya waktu. Suatu saat nanti Bastian akan meminta hal itu, dan jika itu terjadi Devita akan pasrah demi menaikkan status keluarganya yang sedang sulit. Vicky memberikan beberapa lembar tisu kepada Devita, "Tenangkan dirimu, setelah itu mari kita bekerja," Beberapa saat berlalu, Devita sudah terlihat baikan, kini Vicky sedang meminta Devita untuk menjelaskan dokumen yang berada di atas meja. Mereka berdua terlihat sangat serius, beberapa permasalahan mulai mereka bahas, dari penjualan yang menurun drastis, sampai dengan pelanggan yang berhenti menggunakan produk mereka. Vicky sudah dapat mengetahui kemampuan dari Devita, menurutnya Devita memang bagus. Namun hanya untuk ukuran lulusan baru atau fresh graduate, sayangnya dalam dunia marketing, selain ilmu secara teori, pengalaman atau jam terbang juga turut memberikan peran yang besar. Vicky saat ini sudah tidak mengenakan jasnya, itu karena saat ini, dia sibuk bolak-balik mencari data untuk membuat rencana kerja. Dia juga terlihat membantu Devita yang sedikit kesulitan menangani beberapa dokumen penting. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan jam 12 siang, Vicky pun meminta Devita untuk beristirahat sebelum mereka kembali melanjutkan pekerjaan mereka. "Devita lebih baik kita istirahat dulu," ucap Vicky sambil meletakkan tumpukan dokumen di mejanya. "Tapi masih banyak yang harus dikerjakan Pak," balas Devita sambil menunjuk tumpukan dokumen di sisi meja lainnya. "Untuk menghemat waktu, bagaimana jika kita makan di sini saja, kita bisa pesan makanan dari luar, begitu selesai kita bisa melanjutkan pekerjaan kita," sambung Devita. Vicky berpikir dan mngangguk setuju, "Baiklah aku menyetujui idemu, silahkan lanjutkan pekerjaanmu, biar aku yang memberitahu karyawan di luar untuk memesan makanan." Vicky membuka pintu ruang kerjanya lalu meminta salah satu karyawan wanita di sana untuk memesan dua porsi makanan, setelah itu dia kembali masuk ke ruangannya dan menutup pintu ruang kerjanya. Beberapa saat kemudian, karyawan wanita tadi kembali membawa makanan yang Vicky pesan. Ketika melihat makanan sudah datang, Devita hendak berdiri untuk mengatur makanan itu di meja. Namun Vicky melarangnya dan memintanya untuk melanjutkan pekerjaannya. “Kamu lanjut bekerja saja, biar aku yang mengatur makanan ini di meja,” ucap Vicky sembari tersenyum ke Devita. Devita tersenyum balik dan mengangguk pelan, setelah semuanya siap, barulah Vicky memanggil Devita untuk makan bersama. Sambil menikmati makan siang, mereka berdua berdiskusi tentang pekerjaan, Devita terlihat sangat menikmati waktu yang dia habiskan bersama pimpinan barunya ini. Semenjak bergabung dengan Prakarsa Wira Kanigara, ini pertama kali baginya merasa senang dengan pekerjaan yang dia lakukan. Sebelumnya dia merasa jika bekerja di perusahaan ini adalah neraka baginya. Devita lagi-lagi di buat tersentuh dengan kebaikan pimpinan barunya, begitu dia selesai makan dan hendak merapikan meja, Vicky dengan lembut mengatakan jika Devita bisa kembali lanjut bekerja, dan dia sendiri yang akan merapikan bekas mereka makan tadi. Bastian yang baru saja kembali dari makan siang melihat ke arah ruangan Vicky yang pintunya masih tertutup. Dia kemudian bertanya kepada salah satu karyawan wanita yang juga baru kembali dari makan siang. "Sejak Devita masuk, apakah dia belum keluar dari ruangan CEO?" Tanya Bastian tanpa melepaskan tatapannya dari pintu ruangan Vicky. "Iya Pak Bastian, waktu makan siang pun mereka makan bersama di ruangan Pak Vicky," Jawab karyawan wanita itu tanpa menaruh curiga sama sekali dengan pertanyaan dari Bastian. "Hahaha... si Vicky itu sebegitu senangnya sama Devita, dia bahkan melakukan itu di siang bolong seperti ini," gumam Bastian yang terlihat berbicara sendiri, lalu meninggalkan karyawan wanita tadi yang terlihat kebingungan dengan ucapannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD