Pilihan Yang Membingungkan

1489 Words
Tatapan Ivy memicing tajam, masih tertuju pada tangan kanan Clyde yang terulur padanya. “Ayo Ivy, ikut denganku ke istana maka hidupmu akan berubah sepenuhnya. Kau akan menjadi putri kerajaan,” ucap Clyde masih mencoba membujuk. Ketika Ivy yang sejak tadi diam membisu itu akhirnya mengangkat tangan dan terlihat seperti akan menerima uluran tangannya, Clyde tersenyum lebar, tampak lega karena berpikir Ivy akan menerima ajakannya tersebut. Namun, kelegaan yang dirasakan Clyde tidak bertahan lama ketika alih-alih menerima uluran tangannya, Ivy justru menepis tangannya dengan kasar. Gadis itu lalu mendengus keras seraya bertolak pinggang dengan angkuh. “Jadi begitu caramu membalas hutang budi? Huh, jangan kau pikir aku senang mendengarnya dan akan langsung menerimanya. Aku tidak akan menerima tawaranmu yang konyol itu.” Mendapati sikap Ivy yang sangat kasar padanya, Clyde pun menarik kembali tangannya yang terulur. “Tawaran konyol kau bilang? Bukankah ini tawaran menggiurkan dan bagus. Kau akan hidup mewah di istana dan tidak akan lagi menderita dengan hidup serba kekurangan di padepokan ini.” Mendengar ucapan Clyde, Ivy merasa semakin tersulut emosi. “Bagiku lebih baik tinggal di padepokan ini daripada harus ikut denganmu ke istana dan hidup mewah dengan memakan uang rakyat. Cih, aku tidak sudi.” “Jadi kau menolak tawaranku ini?” “Itu sudah jelas, kan? Aku menolaknya mentah-mentah.” Tak ingin memperpanjang pembicaraannya dengan Clyde yang menurutnya sama sekali tidak berguna, Ivy melangkah pergi. “Padahal ada banyak keuntungan jika kau menerima tawaranku ini.” Namun, ucapan Clyde sukses membuat Ivy menghentikan langkahnya. Ivy yang sudah membelakangi Clyde, kembali menghadap pria itu. “Jika yang kau maksud tinggal di istana yang mewah, memakan makanan lezat setiap hari dan selalu mendapat salam penghormatan dari semua orang merupakan keuntungan, maka pemikiran kita jauh berbeda. Aku tidak tertarik dengan semua kemewahan yang kau tawarkan itu.” “Aku tidak mengatakan keuntungan itu yang aku maksud,” balas Clyde. “Lalu keuntungan apa yang kau maksud tadi?” Clyde menyeringai sepertinya sudah menantikan Ivy menanyakan itu padanya. “Baik, akan aku sebutkan beberapa keuntungan yang akan kau dapatkan jika menerima tawaranku dan bersedia ikut denganku ke istana. Keuntungan pertama …” Clyde mengangkat satu jarinya membentuk angkat satu. “… Alvin akan dibebaskan dari penjara istana dan tidak akan dianggap sebagai pelaku pencurian stempel menteri perpajakan lagi jika kau bersedia ikut denganku ke istana dan mau dinobatkan menjadi putri kerajaan.” Ivy tak berkomentar, raut wajahnya pun tak sekeras tadi, sudah mulai melunak karena ucapan Clyde cukup mempengaruhi pemikirannya. Kali ini Clyde mengangkat kedua jari tangan membentuk angka dua. “Keuntungan kedua, padepokan ini tidak akan kesulitan dan kekurangan apa pun lagi. Saudara-saudara seperguruanmu tidak akan lagi hidup menderita karena kekurangan uang karena raja sudah menyetujui permohonanku untuk memberikan sumbangan untuk padepokanmu setiap bulan.” Ivy meneguk ludah, kali ini terlihat benar-benar terpengaruh ucapan Clyde. “Keuntungan ketiga, tentunya kau menjadi bagian dari keluarga kerajaan. Kau tidak perlu lagi melakukan pekerjaan berat seperti bertarung, menjalankan misi atau repot-repot mencuri stempel lagi hanya karena kau tidak setuju dengan peraturan baru yang akan dibuat. Tinggal di istana artinya kau akan tinggal satu atap dengan raja, berarti kau bisa langsung mengutarakan pendapatmu jika tidak setuju pada satu hal. Bagaimana? Menarik bukan tawaranku ini?” Ivy masih tak memberikan jawaban, gadis itu masih mengatupkan mulutnya rapat seolah sedang menimbang-nimbang keputusan yang harus diambilnya. “Lagi pula jika kau menjadi putri kerajaan, kau akan dihormati, tidak akan ada orang yang berani merendahkan atau menghinamu, Ivy. Yang paling penting kau tidak perlu lagi bekerja seperti pria, kau akan hidup layaknya seorang wanita yang bergelimang perhiasan. Kau juga bisa merias diri sesukamu bahkan akan ada banyak dayang yang sengaja ditempatkan di istana kediamanmu untuk melayanimu. Intinya, Ivy, kau tidak akan hidup menderita lagi jika ikut denganku ke istana. Bagaimana? Apa kau bersedia setelah aku menyebutkan semua keuntungan yang akan kau dapatkan?” Clyde tahu semua perkataannya belum cukup membuat Ivy langsung menyetujui ajakannya karena gadis itu masih terlihat sedang berpikir untuk menentukan pilihannya. “Baiklah, aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Dua hari lagi aku akan datang ke sini untuk menanyakan apa pun keputusanmu.” “Aku harap kau akan menghormati apa pun keputusanku nanti. Jangan memaksaku karena aku tidak suka dipaksa.” Dan akhirnya Ivy mengeluarkan suaranya. Clyde mengangguk setuju tanpa ragu. “Baik, aku tidak akan memaksamu dan akan menghormati apa pun keputusanmu. Kalau begitu aku pergi dulu, sampai bertemu dua hari lagi.” Clyde melangkah pergi setelah itu, menghampiri para prajurit istana yang sedang menunggunya. Pria itu lantas menunggangi kudanya, benar-benar meninggalkan Ivy yang masih kebingungan di tempatnya berdiri. *** Jika penghuni padepokan yang lain sedang tidur lelap di tengah malam seperti ini, tidak demikian dengan Ivy. gadis itu tengah duduk melamun sendirian di atap rumah. Ya, atap rumah karena dia ingin sendirian tanpa ada seorang pun yang mengganggunya. Semenjak perbincangannya dengan Clyde tadi siang, Ivy tak bisa tenang. Tawaran pria itu terus mengganggu pikirannya, membuat dia tak bisa konsentrasi pada hal yang lain. Berulang kali Ivy mengembuskan napas pelan karena tetap bingung menentukan pilihannya. “Jika kau sedang kebingungan menentukan pilihan, kau harus mengikuti kata hatimu.” Ivy nyaris menjatuhkan pedang yang sedang dia pegang karena mendengar sebuah suara terdengar tepat dari belakangnya, begitu menoleh ternyata itu suara Xiao Lian yang tidak lain merupakan guru Ivy sekaligus pendiri padepokan. Tanpa meminta izin dulu pada Ivy, pria tua yang memiliki kesaktian luar biasa itu mendudukan dirinya di samping Ivy. “Apa yang dikatakan hati kecilmu, Ivy?” tanya Xiao Lian yang tahu persis muridnya itu sedang gundah dalam menentukan pilihannya. “Tawaran putra mahkota memang menggiurkan. Kak Alvin bisa dibebaskan dari penjara dan tidak perlu dihukum penggal seperti rumor yang beredar. Clyde menjanjikan akan melepaskan Kak Alvin. Dia juga menjanjikan akan memberikan sumbangan untuk padepokan kita setiap bulan, semua orang pasti senang karena mereka tidak akan kesulitan atau kekurangan lagi. Hanya saja ….” Kening Xiao Lian mengernyit dalam. “Hanya saja … kenapa, Ivy?” Ivy mendengus. “Aku yakin guru tahu persis alasanku tidak ingin pergi ke istana apalagi sampai menetap di sana. Dan apa katanya tadi … aku akan dinobatkan sebagai putri kerajaan. Yang benar saja, aku tidak sudi menerimanya.” Napas Ivy naik turun dengan cepat menandakan dia tengah menahan emosi yang meluap di dalam d**a. “Sepertinya kejadian di masa lalu masih mengganggumu, Ivy. Kau belum bisa melupakannya sampai sekarang.” “Huh, mana mungkin aku bisa melupakannya, Guru. Sampai kapan pun aku akan terus mengingatnya. Aku yakin Guru memahami alasan aku jadi seperti ini.” Xiao Lian mengangguk-anggukan kepala, tentu saja dia paham perasaan Ivy karena dibandingkan semua orang di dunia ini, hanya dia yang paling memahami Ivy, paling mengetahui masa lalu kelam gadis itu. Masa lalu yang terlalu kelam hingga mengubah Ivy yang awalnya periang menjadi dingin, pendiam, kasar dan tak tersentuh seperti sekarang. “Sebenarnya kau beruntung mendapatkan tawaran seperti ini dari putra mahkota.” Ivy mendelik tajam pada sang guru. “Maksudnya? Kenapa Guru berpikir demikian?” “Jika kau tinggal di istana, kau bisa mencaritahu kebenarannya. Misteri yang selama ini kau cari kebenarannya, mungkin akan kau temukan di istana megah itu.” Ivy memalingkan wajah, tak dia pungkiri yang dikatakan gurunya itu memang ada benarnya. “Dengan statusmu yang akan dinobatkan sebagai putri kerajaan, mungkin kau bisa memanfaatkannya untuk menolong banyak orang yang kesulitan di luar istana maupun di dalam istana.” Lagi dan lagi Ivy diam seribu bahasa, tapi di dalam hatinya dia membenarkan perkataan sang guru. “Selain itu, Ivy, mungkin di istana nanti kau akan menemukan sesuatu yang berharga. Sesuatu yang tidak akan pernah kau temukan jika tidak datang ke istana dan menerima tawaran putra mahkota.” Kali ini Ivy benar-benar tak memahami maksud perkataan sang guru sehingga dia spontan memakukan tatapannya pada pria yang rambutnya sudah penuh dengan uban tersebut. Sosok orang yang sudah banyak berjasa padanya, Ivy tak mungkin lupa jika bukan berkat Xiao Lian yang menyelamatkannya di masa lalu sampai menampungnya di padepokan ini mungkin dia sudah menyusul orang tuanya sejak lama. “Maksudnya, Guru? Aku tidak mengerti.” Alih-alih memberikan jawaban, Xiao Lian justru mengulas senyum penuh makna yang sama sekali tak bisa diterka artinya oleh Ivy. “Aku tidak bisa menjelaskan apa pun padamu sekarang, hanya saja satu hal yang harus kau ingat … tidak ada manusia yang tahu apa yang akan menimpanya di masa depan. Mungkin saja kan takdir untuk masa depanmu akan kau temukan di istana.” Setelah mengatakan kata-kata yang ambigu itu, Xiao Lian melangkah pergi berniat meninggalkan Ivy. “Guru, pasti Anda mengetahui sesuatu, kan? Aku yakin dengan kemampuan Anda, Anda bisa melihat masa depanku.” Xiao Lian menghentikan langkah dan menoleh pada Ivy. “Kau tunggu saja, Ivy, kelak kau akan tahu sendiri alasan aku berkata begitu padamu. Sekarang satu pesanku untukmu … jangan sia-siakan kesempatan berharga ini. Ingat, belum tentu ada kesempatan kedua untukmu.” Kali ini Xiao Lian benar-benar melangkah pergi, meninggalkan Ivy yang masih dilema karena belum tahu keputusan apa yang harus dia ambil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD