PART. 8

1137 Words
Kirana mondar mandir dengan gelisah di dalam kamar tidur. Ia masih menimbang-nimbang niatnya untuk pulang ke kampung halaman ayahnya, yang sudah ditinggalkan sejak depapan tahun lalu. Tapi ia tak bisa diam saja dengan berbagai pertanyaan yang menuntut jawaban. Ia sudah putuskan akan pulang ke kampung halamannya besok pagi, ia bisa pergi pagi, dan pulang langsung sore harinya. Lagipula ayahnya sedang diajak Pak Hadi sekeluarga menginap di villa mereka, jadi ia tidak perlu khawatir ayahnya akan mencarinya. Tinggal menguatkan mental, untuk berhadapan dengan seseorang yang sudah menorehkan luka di masa kecilnya, ia harus kuat. Selama masih hidup, ayah kandungnya tak pernah mau membicarakan tentang ibunya, menurut cerita ayahnya, ibunya pergi jauh untuk bekerja, dan tak pernah kembali lagi menemui mereka. Ayahnya tak pernah bercerita kalau ia punya saudara, tak sekalipun ayahnya menyebut tentang kakaknya. 'Aku harus cari tahu, satu-satunya cara adalah kembali kesana, tak perduli kalau aku harus bertemu lagi dengan pria b***t itu. Ya Allah .... Kuatkan hatiku ....kuatkan hatiku. Mantapkan langkahku, aku mohon padaMu ya Allah ....' Kirana memeluk kedua lututnya, kepalanya direbahkan di atas kedua lengannya. Masa lalu itu seperti kembali merongrong ingatannya. Tubuhnya bergetar, isakannya terdengar samar. Kirana tak akan pernah melupakan kejadian yang terjadi saat usianya menginjak sepuluh tahun di kala itu. Orang yang dipercaya ayahnya untuk menjaga, selama ayahnya bekerja sebagai supir angkutan luar kota, ternyata adalah seorang lelaki b***t yang tak tahu malu, tidak takut dosa. Kirana tiba-tiba merenggut rambutnya sendiri, tangisnya pecah tanpa dapat ditahan. Kenangan pahit dimasa lalu itu sangat menyesakan dadanya. "Kirana!Kirana, ada apa?" Arsyl yang baru masuk ke dalam kamar berusaha melepaskan tangan Kirana yang merenggut kuat rambutnya sendiri. "Kirana ...." Arsyl duduk di sebelah Kirana, dipeluknya bahu Kirana. Kirana tak mau mengangkat kepala, tapi isakannya terdengar semakin nyaring. "Katakan ada apa? Kau bisa ceritakan apapun padaku," bujuk Arsyl. Kirana mengangkat kepala, ia menghapus kasar air mata dipipinya. "Menyingkirlah! Aku tidak apa-apa!" Kirana berusaha melepaskan pelukan Arsyl di bahunya. "Kirana, jika kita tidak bisa bersikap sebagai suami istri saat tidak di depan Ayah, tapi aku rasa kita bisa bersikap sebagai kakak, dan adikkan?" bujuk Arsyl. "Aku tidak butuh kakak b******n sepertimu!" sergah Kirana ketus. "Berhenti menyebutku b******n Kirana!" teriak Arsyl gusar. "Apa namanya lelaki yang hanya menganggap wanita sebagai mainannya, pemuas nafsunya, kalau bukan karena ia seorang b******n!" "Heeyy Kirana, dengar ya! Aku tidak pernah memaksa mereka, semuanya atas dasar suka sama suka, jadi dimana letak kesalahanku hah!?" "Ya, pria memang seperti itu, tak pernah mau disalahkan tak pernah mau dikalahkan, pria itu ingin dianggap sebagai makhluk yang paling benar, yang paling kuat!" balas Kirana. "Ada apa denganmu Kirana, aku berusaha bicara baik-baik denganmu, tapi kau malah memakiku?" suara Arsyl kembali melembut. Kirana terdiam. Ya, apa salah Arsyl padanya, ia hanya berusaha membujuknya, menenangkannya, tapi ia malah memakinya. 'Ya Allah.... sepertinya aku terlalu tegang, karena apa yang akan aku lakukan besok.' Kirana melangkah ke luar kamar. "Heeey kamu mau kemana malam-malam begini Kirana?" seru Arsyl saat Kirana sudah melewati ambang pintu. Kirana tidak menyahut, ia ingin mendinginkan kepalanya yang terasa panas, dan tubuhnya yang terasa tegang. Kirana menceburkan diri ke dalam dinginnya air kolam renang, tanpa melepas piyama yang dipakainya. Saat ini ia benar-benar merasa gelisah, merasa resah, dan merasa sangat tegang, ia perlu seseorang untuk mencurahkan apa yang ada di hatinya, tapi ia takut orang akan mencemoohnya. Kirana berenang bolak balik sepanjang kolam renang beberapa kali, ketika tiba-tiba ia merasa kakinya tak bisa digerakan, dan ia merasa ada yang menarik kakinya agar ia tenggelam ke dasar kolam. Kirana berusaha berteriak minta tolong dengan menggapaikan tangannya ke atas, tapi tarikan di kakinya semakin kuat, pandangannya mengabur. "Kirana!!" teriakan itu mungkin hanya ada dalam angannya. Tangan kekar yang menggapainya mungkin hanya hayalannya saja. -- Kirana membuka matanya pelan, ia merasakan kehangatan menjalar di seluruh tubuhnya. Dirasakan sesuatu yang terasa liat menekan buah dadanya, dan sesuatu yang hangat merayap turun naik di punggungnya. Ia juga merasakan kehangatan itu menempel di keningnya. Kirana mendongakan wajahnya, sesuatu yang menempel di keningnya kini berpindah ke bibirnya. "Kau sudah sadar ya, apa kau merasa kedinginan Kirana, bisa kau jelaskan kenapa kau berenang malam-malam dengan piyama seperti tadi?" bisik Arsyl dengan suara berat tepat di depan bibir Kirana. Nafasnya yang hangat, dan beraroma menyegarkan menyapu wajah Kirana, membuat Kirana merasa merinding. Kirana menggeleng pelan. "Aku hanya ingin berenang, karena merasa kegerahan itu saja." "Benarkah hanya karena itu?" "Iya," jawab Kirana yang entah kenapa, ia merasa ingin memejamkan matanya saat bibir Arsyl begitu dekat dengan bibirnya. Bibir Arsyl melumat lembut bibir Kirana, digigitnya pelan bibir bawah Kirana, agar Kirana membuka mulutnya, dan Arsyl bisa menyusupkan lidah untuk membelit lidah Kirana. Arsyl bisa merasakan buah d**a Kirana yang menempel di dadanya terasa mulai mengeras. Pelan tangan Arsyl meremas buah d**a Kirana, tubuh Kirana bergetar hebat. Ciuman Arsyl pindah ke leher Kirana. Kirana bisa merasakan bibir Arsyl membetot kuat kulit lehernya, dan Kirana tahu pasti lehernya kini tak mulus lagi, karena pasti ada bercak merah efek dari betotan bibir Arsyl. Arsyl mengangkat satu kaki Kirana agar naik ke atas pinggulnya, sementara bibirnya turun ke buah d**a Kirana. Dengan penuh kelembutan Arsyl mengeksplorasi bagian d**a Kirana. Dijilat, diisap, dan dikecupnya ujung buah d**a Kirana yang tegak menggoda. "Enghhh ... sssshhh ...." desahan ke luar dari mulut Kirana, tubuhnya sedikit melentik ke arah Arsyl yang berbaring miring menghadap ke arahnya. Seakan Kirana ingin menyodorkan semua bagian dadanya agar dicumbui Arsyl. Tangan Kirana menekan kepala Arsyl dengan kuat. Sedang kakinya yang ada di atas pinggul Arsyl seperti ingin menjepit tubuh Arsyl. "Kirana ... ijinkan aku memilikimu seutuhnya," bisik Arsyl saat tangannya meraba milik Kirana yang masih tertutup celana dalam, yang tadi sengaja dipakaikan Arsyl, setelah ia melepasi semua pakaian basah yang melekat di tubuh Kirana. Kirana tidak menjawab, tapi ia membiarkan Arsyl yang berusaha melepaskan celana dalamnya. Kirana berusaha merelakan jari tangan Arsyl merambati miliknya. Matanya terpejam rapat, dirasakannya ada rasa asing yang menjalari tubuhnya. Perasaan yang tidak bisa dipahaminya, seperti ada yang ingin mendesak ke luar dari miliknya. "Abang!" panggil Kirana membuat Arsyl mengangkat kepala dari buah d**a Kirana. Ini pertama kalinya Kirana memanggilnya Abang, tidak di hadapan ayah mereka. "Ya ...." "Aku ... aku ... aaahhh ... ssshhh ... aku mau ... issshhhh ...." rintih Kirana. "Keluarkan saja, Kirana," jawab Arsyl membuat Kirana menggeleng. Tanpa melepaskan jarinya di milik Kirana, Arsyl bangun dari rebahnya, ditenggelamkan wajah di antara kedua paha Kirana. Arsyl memberikan satu kecupan lembut disana, membuat Kirana berusaha merapatkan pahanya, dan tentu saja Arsyl tidak mengijinkan Kirana merapatkan pahanya. Satu kemajuan, Kirana tidak pingsan saat bibir Arsyl menyentuh milik Kirana, membuat Arsyl menambahkan lidahnya sebagai senjatanya. Kirana terus mendesah, dan mengerang, ia sempat berpikir apakah malam ini akan jadi malam pertama mereka. "Kirana ... bolehkah?" tanya Arsyl, dengan jari tangannya masih berada di dalam milik Kirana. Kirana mengangguk pelan, ia berusaha menahan rasa takutnya, berusaha melenyapkan bayangan masa lalunya. Arsyl melepaskan celananya membuat juniornya melompat keluar. Mata Kirana melotot lebar. "Itu ... itu ...." wajah Kirana pucat pasi saat tangannya menunjuk ke arah junior Arsyl. "Itu ... itu ...." ***BERSAMBUNG***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD