Beberapa hari berlalu, Ayuna tengah duduk di sebuah kursi panjang yang terbuat dari kayu yang di kaitkan dengan paku dan berbentuk sangat sederhana di serambi rumah Tiara, sepupunya. Ayuna memandang luas hamparan persawahan yang tersaji di hadapan rumah sepupunya itu. Hembusan angin yang menerpa dirinya seolah sedang menghibur hati Ayuna yang tengah gundah. Ada rindu yang terselip di sana, berharap sang angin dapat menyampaikan kerinduannya pada seseorang yang kini bersemayam di hatinya, Tama. Ayuna sempat merasa bahwa,tidak ada seseorang yang akan mengisi kekosongan hatinya setelah kepergian Angga. Dia hanya akan menjalani harinya dengan normal, tanpa siapapun mengusik. Tapi ada keajaiban yang hadir, setelah mengenal Tama, Ayuna mulai berpaling dari Angga, melupakan kegetiran hatinya saa