bc

One Day With Tama

book_age16+
1.4K
FOLLOW
5.8K
READ
friends to lovers
drama
sweet
city
small town
photographer
like
intro-logo
Blurb

Tama dan Ayuna di pertemukan secara tidak sengaja. Berebut boneka beruang menjadi awal persahabatan mereka di mulai. Memiliki kecocokan satu sama lain, membuat mereka pun semakin dekat. Sikap ramah dan penuh perhatian yang di tunjukkan Tama membuat Ayuna jatuh hati. Sayangnya, Tama telah memiliki seorang kekasih bernama Nada. Orang yang di cintainya itu tengah berjuang melawan penyakit gagal ginjal yang menyebabkan dirinya koma di Rumah Sakit selama berbulan-bulan.

Suatu hari, Nada mendapatkan donor ginjal yang cocok, sehingga waktu Tama tersita untuk mengurus pemulihan Nada dan hal itu membuat Ayuna sedih. Tapi di saat yang hampir bersamaan, Ayuna di terima di Universitas Fotografi di Tokyo. Sehari sebelum keberangkatannya, Ayuna bertekad memberitahukan perasaannya pada Tama melalui sebuah buku diari yang di tulisnya. Setelah kepergian Ayuna, Tama menyadari, gadis itu telah menggantikan posisi Nada di hatinya. Akankah Tama memiliki kesempatan untuk memiliki Ayuna? Bagaimana nasib Nada?

chap-preview
Free preview
Tragedi Boneka Beruang
“Saya mau boneka beruang yang itu," seorang lelaki dan seorang perempuan secara bersamaan menunjuk ke sebuah boneka beruang berwarna coklat dan memakai pita merah di lehernya. Boneka lucu itu berada pada sebuah etalase yang terletak di toko kado dengan nama ‘Kado Kita’ di bagian atas pintu masuknya. Keduanya berpandangan, hingga saling menatap satu sama lain. Si perempuan merasa canggung dan segera mengalihkan pandangannya ke sisi toko yang lain. Begitupula dengan si lelaki, dia berpura-pura melihat barang-barang yang lain. Keduanya salah tingkah dan bingung harus bersikap seperti apa "Ya sudah, Mbak. Kasih boneka beruangnya sama mbak yang ini," si lelaki akhirnya mengalah dan membiarkan pengunjung perempuan itu untuk memiliki boneka beruang yang mereka pilih. Dia berpikir, mungkin si wanita lebih membutuhkan boneka tersebut di bandingkan dirinya. "Tidak usah, Mbak. Siapa tahu mas ini lebih membutuhkan. Kasih dia saja," si perempuan balas memberikan kesempatan untuk memiliki boneka itu pada si lelaki. Gadis itu merasa tidak enak karena harus mengambil kesempatan untuk memiliki boneka tersebut. Pelayan toko pun bingung karena mereka saling melempar. Jadi, siapa pembeli boneka itu, belum ketahuan.Gadis penunggu toko itu pun terdiam sambil mendekap boneka beruang coklat pilihan mereka dan memandangi mereka satu per satu. "Silakan, kamu ambil saja," kata si lelaki sopan. Dia bersungguh-sungguh, membiarkan perempuan itu memiliki si boneka beruang. Meskipun lelaki itu tahu, gadis yang berdiri tidak jauh darinya itu akan mengalah padanya. "Nggak, mungkin anda lebih membutuhkannya," si perempuan tetap mengalah dan memberikan boneka itu pada lelaki yang ada di hadapannya. Lelaki itu akhirnya memikirkan langkah agar mereka menghentikan perdebatan tentang siapa yang akan memiliki boneka beruang itu. Mungkin dengan berkenalan,perebutan boneka itu akan berakhir indah. "Sebelum lanjut berdebat, kita sebaiknya kenalan dulu. Namaku Tama, kamu?" Lelaki itu tersenyum dengan manis ke arah si perempuan. Ia mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan. Dengan sedikit keraguan, gadis itu menatap wajah si lelaki. "Aku Ayuna. Senang berkenalan dengan Kakak," Ayuna membalas jabat tangan dari Tama lalu memilih untuk menjauh dari lelaki itu karena ia telah menyerah untuk mendapatkan boneka beruang yang di pilihnya di awal. Ia mencoba mencari boneka yang lain. Sebenarnya, ia sedang mencari sebuah boneka untuk hadiah ulang tahun keponakannya. "Ini, boneka beruangnya buat kamu saja. Jangan di tolak, aku tahu, kamu pasti sangat membutuhkan boneka ini. Di bonnya, sudah tertulis kontakku, jangan lupa kirim pesan. Aku pergi dulu, Ayuna." Lelaki itu melangkah pergi meninggalkan Ayuna yang belum sempat berkata apapun setelah menyerahkan tas kertas yang berisi boneka beruang yang mereka perebutkan tadi. "Hei.. Kak! Terima kasih bonekanya," Ayuna mengeraskan suaranya, berharap lelaki itu mendengarnya. Tapi dia yakin, lelaki itu tidak akan mendengarnya karena dia telah melangkah jauh dari pandangan Ayuna. Gadis itu menatap punggung Tama yang telah menjauh dengan penuh kekaguman. "Ada-ada saja, mendadak memberikan boneka. Padahal baru kenal, baik banget. Senyumnya juga manis, wajahnya lumayan tampan, siapa tadi namanya? Tama, kayaknya bener, Tama." Gadis itu berbicara dengan nada lirih sambil tersenyum seorang diri. Sebelum setelahnya ia melangkah keluar meninggalkan toko. Di rumah Ayuna... Ayuna menaruh plastik warna merah yang berisi boneka beruang pemberian Tama itu di meja makan. Sepulang dari toko boneka Ayuna mampir membeli lauk di warung makan untuk makan siang bersama adiknya. Cuaca yang panas di hari yang terik, membuat gadis itu tidak berminat untuk memasak sesuatu. Ayuna mengambil gelas, mengisinya dengan air putih lalu meminumnya. Ia duduk di salah satu kursi makan dan memikirkan cowok yang baru saja memberinya boneka, Tama. Senyuman dan keramahan lelaki itu membekas dalam pikirannya. Ada rasa penasaran yang diam-diam hadir di benaknya, dia ingin mengetahui lebih banyak mengenai Tama. "Beli lauk apa, Kak? Laper nih," Doni, adik Ayuna yang masih duduk di bangku SMA baru saja pulang dari sekolah. Sudah menjadi kebiasaan, saat masuk ke dalam rumah pasti dia menanyakan menu masakan yang di masak di hari itu. Doni dan Ayuna memang hanya tinggal berdua. Ayah mereka telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Sedangkan ibunya sibuk bekerja dan hampir tidak pernah berada di rumah. Rasa sepi karena tidak adanya sosok orangtua perlahan menjadi hal yang sangat biasa untuk mereka berdua. "Sayur nangka, ikan mas goreng sama telur balado. Kakak nggak masak, itu beli dari warung padang yang biasanya. Kalau mau makan, ganti baju dulu, gih!" Perintah Ayuna pada adiknya yang agak sedikit bandel itu. Terkadang, mereka memperdebatkan hal sepele. Meskipun begitu, Ayuna sangat menyayangi Doni. Adik laki-lakinya itu sangat berarti baginya. "Eh, boneka siapa kak?" Doni mengambil boneka beruang itu dari dalam tas kertas berwarna merah muda yang diletakkannya bersebelahan dengan lauk tadi dan mengamatinya beberapa saat. Ayuna melirik ke arah boneka beruang pemberian Tama itu, entah mengapa hanya dengan menatap boneka itu saja, Ayuna merasakan sebuah getaran kecil di hatinya. Gadis itu menemukan keganjilan di dalam diri yang dia tidak bisa memastikan itu apa. "Boneka buat kado ulang tahun si Putri," jawab Ayuna singkat. Dia tidak ingin berbicara lebih banyak dengan adiknya karena tengah melepas lelah sejenak. "Berapaan?" tanya Doni ingin tahu. Adik Ayuna itu memang sedikit cerewet, hingga tak jarang mereka adu mulut atau memperebutkan sesuatu. "Aku nggak tahu, ada bonnya. Coba lihat," jawab Ayuna lagi dengan malas. Udara yang cukup panas sepertinya mempengaruhi perasaannya. "Gila, boneka ginian doang seratus lima puluh ribu? Banyak duit, kak? Mahal amat beli kadonya." komentar Doni saat tahu berapa harga boneka itu. Ayuna tersentak, tetapi kemudian dia berusaha bersikap normal. 'Aku tidak menyangka kalau boneka beruang kecil itu ternyata cukup mahal.' Batin Ayuna dalam hati. "Bukan, aku di beliin," sahut Ayuna santai. Ya, dia memang di belikan oleh seseorang yang baru di kenalnya sepersekian detik yang lalu. "Siapa yang beliin? Eh, nomor siapa ini? Ada namanya, Tama. Tama siapa? Kasir di toko boneka?" Doni tertawa nyaring, menggoda Ayuna. Gadis itu berusaha merebut kertas yang ada di tangan adiknya, tetapi tidak berhasil. Dia kalah tinggi dengan Doni meskipun remaja itu beberapa tahun lebih muda darinya. "Sembarangan! Tama orang yang beliin boneka itu, bukan penjaga toko. Kamu tahu, orangnya ganteng, senyumnya manis, baik hati lagi. Dia awalnya mau beli boneka ini juga, tapi akhirnya malah di beli buat aku," Ayuna mengingat kembali momen saat dia bertemu dengan Tama di toko kado tadi. Sedikitpun, Ayuna tidak berniat untuk melupakan momen singkat sekaligus berkesan tersebut. Setelah beberapa tahun belakangan menyendiri, Ayuna akhirnya menemukan sosok pria yang sanggup menarik perhatiannya hingga seperti sekarang. "Serius ganteng? Mana percaya aku. Noh, telpon sana gantengmu. Aku mau makan, ganti dulu deh!" Doni melempar struk bon pembelian boneka itu ke arah Ayuna. Gadis itu mengambilnya, lalu segera merogoh ponsel lalu menyimpan kontak Tama. Ayuna terus memandangi nomor Tama yang telah tersimpan di memori simcard-nya cukup lama. Rupanya Ayuna sedang merasa gundah, dia sangat ingin menghubungi Tama, tetapi bingung memulainya dari mana. Gadis itu tidak terbiasa memulai obrolan dengan orang asing. "Bingung, mau chat apa. Tapi kalau nggak chat, dia nggak akan tahu nomorku, aku juga kan harus bilang terima kasih buat boneka beruang itu. Harganya lumayan juga, kan." Ayuna berbicara seorang diri. Ia sedikit bimbang, apakah harus menghubungi Tama atau tidak. Akhirnya dia memutuskan untuk memulai percakapan dengannya. (Ayuna) Hallo Kak Tama, ini aku Ayuna. Terima kasih untuk bonekanya. Aku akan ganti lain kali.. Akhirnya Ayuna mengirim pesan pada Tama. Tujuannya adalah untuk berterima kasih saja. Dalam hidupnya, baru Tama orang yang membelikannya barang selain orangtuanya. Apalagi harganya sedikit mahal. Pemberian lelaki itu membuat kesan tersendiri untuk Ayuna. (Tama) Hallo, Ayuna. Jangan sungkan. Anggap saja boneka itu sebagai tanda perkenalan. Bolehkah aku menjadi temanmu? Tama membalas pesan Ayuna dalam hitungan detik. Ayuna senang karena Tama sangat ramah. Sudah terlihat sejak di toko boneka, dia memang terlihat seperti lelaki yang rendah hati. Tama berbeda dengan kebanyakan lelaki yang Ayuna kenal. (Ayuna) Boleh, aku senang kalau kakak mau menjadi temanku. Ayuna membalasnya singkat. Dia bingung harus menjawab apa. Semoga jawaban itu cukup untuk balasan ajakan pertemanan. Dia memang ingin memiliki seorang teman, apalagi yang bisa menjadi sahabat. Selama ini, dia terlalu banyak menghabiskan waktunya seorang diri. (Tama) Ayuna sedang apa? Sudah makan? Pertanyaan Tama membuat Ayuna tersenyum. Teman barunya itu sangat manis. Karena berkirim pesan dengan Tama, justru Ayuna lupa kalau dirinya sedang lapar. Gadis itu menganggap, pertemuannya dengan Tama adalah takdir. (Ayuna) Aku? Sedang santai dan belum makan. Kalau kakak? Beberapa menit saling berbalas pesan, Ayuna merasa sudah akrab dengan Tama dan tidak sungkan. Biasanya dia merasa kesal atau bosan saat berkirim pesan dengan orang asing. Tapi memang benar, Tama bukan orang asing, karena mereka sudah pernah bertemu sebelumnya. Baginya,lelaki itu sangat spesial. Tidak paham apa sebabnya, ada hal menarik yang membuat Ayuna terkesan. (Tama) Sudah, baru saja. Hari minggu akan ada acara Festival Boneka di taman kota. Aku tampil, kamu nonton, nggak? Ayuna baru ingat tentang festival boneka di taman kota. Tadinya Ayuna sudah berencana batal datang karena tidak memiliki teman. Tapi karena Tama tampil, setidaknya ia berusaha untuk datang. Meskipun hanya untuk sekedar menunjukkan rasa terima kasih padanya. (Ayuna) Sepertinya aku nonton, kak Tama. Nanti aku kirim pesan ke kakak kalau jadi datang. Kak Tama pakai cosplay apa? Setidaknya Ayuna ingin tahu, kostum apa yang akan Tama gunakan saat festival itu. Jadi dia punya gambaran seperti apa penampilan Tama nanti. (Tama) Kostum yang aku pakai nanti, teddy bear, panda dan juga kelinci. Aku tampil tiga kali. Kalau kamu datang, jangan lupa tonton saat aku tampil, ya. Mungkin karena kebetulan atau apa, semua kostum yang akan di pakai Tama, adalah favoritnya. Apalagi panda, Ayuna sangat menyukainya. Bahkan ia sempat beberapa kali melukis panda. Baginya, panda adalah hewan yang imut, dengan badan gemuk dan pipi lebar, yang paling Ayuna sukai adalah bulunya yang terlihat sangat lembut dan berwarna hitam putih. (Ayuna) Tentu saja. Aku akan mendukungmu, Kak. Kebetulan, aku suka panda. Dalam bentuk apapun aku suka. Jadi aku pastikan aku akan datang. Alasan Ayuna menonton festival yang paling besar adalah Tama. Mungkin kalau pria itu tidak ikut andil dalam festival, ia tidak akan memutuskan untuk datang. Sekarang, dia sudah bisa membayangkan bagaimana Tama dengan kostumnya nanti. Tanpa sadar, Ayuna mengulas senyum di bibirnya. Sejak tatapan tidak sengaja itu,hati Ayuna seperti telah tertawan olehnya. Ini adalah awal dari kedekatan mereka... Ayuna Anindira adalah seorang gadis cantik berusia dua puluh tahun yang memiliki hobi memotret. sejak kecil, gadis itu bercita-cita menjadi seorang fotografer. Dia sedang merencanakan kuliahnya di Tokyo, di bantu oleh saudaranya yang berada di sana. Di rumahnya, Ayuna hanya tinggal bersama adiknya yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas kelas dua belas semester akhir bernama Doni Marvian. Kemana orang tua mereka? Seperti yang telah dijelaskan sekilas di atas, Ayuna hanya memiliki seorang ibu yang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Ayahnya telah meninggal setelah menderita stroke. Rumah yang ditempatinya sekarang adalah peninggalan sang ayah. Ayuna adalah sosok yang mandiri, sejak kecil dia sudah terbiasa hidup berdua dengan Doni. Sedangkan Tama, lelaki itu memiliki nama lengkap Alby Tama Raditya, usianya dua puluh dua tahun. Dia berasal dari keluarga kaya, tetapi memilih menjadi pemain cosplay boneka dan karakter lucu. Alasan satu-satunya Tama bergabung dengan grup cosplay adalah, kekasihnya sangat menyukai karakter beruang.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

f****d Marriage (Indonesia)

read
7.0M
bc

Mafia and Me

read
2.1M
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

Married With My Childhood Friend

read
45.4K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
223.5K
bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M
bc

Bridesmaid on Duty

read
164.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook