Matahari telah berada di atas kepala saat Ayuna menunggu sebuah angkot menuju pusat kota. Dia mendapatkan undangan dari Tama via pesan singkat, hari ini sahabatnya itu mengadakan acara amal bersama anggota klubnya bertajuk ‘Badut Ngamen’. Pak Tomo, ketua klub cosplay tempat Tama bergabung yang berinisiatif meminta Tama mengundang Ayuna untuk mengabadikan kegiatan mereka. Mulai hari itu, klub cosplay membutuhkan foto-foto kegiatan untuk di tempel di dinding gedung klub mereka yang baru. Mendengar Tama sering membicarakan Ayuna, membuat Pak Tomo tertarik untuk menjadikan Ayuna sebagai dokumentalis mereka.
Tama juga telah menyampaikan berita bahagia itu kepada Ayuna, kesempatan baik tentu tidak akan Ayuna sia-siakan, bukan tentang bayaran, tetapi dia sangat bahagia mendapatkan apresiasi yang begitu besar untuk bakatnya, terlebih, dengan menerima tawaran ini, berarti dirinya bisa bertemu dengan Tama setiap hari. Gadis itu tidak begitu mengerti, mengapa setiap kegiatan yang ada Tama di dalamnya membuatnya semangat.
Memotret adalah hobi yang Ayuna harapkan dapat membawanya ke dalam kesuksesan, tetapi dia tidak menyangka, mendapat kesempatan untuk menjajal kebolehannya itu secepat ini. Berawal dari dokumentalis klub cosplay, mungkin suatu hari dia bisa menjadi fotografer terkenal yang memiliki studio sendiri, seperti impiannya, siapa yang akan tahu? Untuk saat ini, Ayuna baru berani bermimpi, karena langkahnya untuk meraih apa yang menjadi cita-citanya itu masih sangat panjang.
“Hai, Ayuna. Kamu datang terlalu cepat, kami masih bersiap. Tapi bagus, itu bisa mendapat nilai tambah dari Pak Tomo, beliau sangat suka dengan orang yang selalu tepat waktu.” Tama menyambut Ayuna. Lelaki itu sudah memakai kostum beruang berwarna coklat, mengingatkan Ayuna dengan boneka beruang yang mereka perebutkan di toko kado. Di tangan kanannya, Tama menenteng kostum bagian kepala dari beruang itu.
“Aku sengaja datang lebih awal karena aku pengen ngobrol dulu sama Kakak. Eh, boleh dong aku lihat kakak pakai kostum beruang lengkap, aku mau foto sebelum Kakak tampil. Boleh ya, plis...,” Ayuna merengek sambil mengguncangkan tangan kiri Tama, lelaki itu tersenyum melihat tingkah manja Ayuna padanya.
“Ck, iya..., iya..., bawel. Ini aku pakai, kamu seneng banget kayaknya fotoin aku, ntar lama-lama naksir, loh.” Goda Tama, seketika pipi Ayuna memerah.
“ih, Kakak apaan, sih.” Ayuna mencubit lengan Tama, “Aku cuma suka sama kostum Kakak aja, kok. Lagian, mana mungkin aku naksir sama pacar orang? Yang ada nanti aku di jambak sama Kak Nada kalau berani rebut Kak Tama darinya.” Ayuna terkekeh,dia lalu mengambil posisi yang bagus untuk mengambil gambar lelaki itu.
Ayuna mengambil beberapa foto Tama dalam beberapa pose. Seperti yang di katakan oleh Tama, dia memang sangat menyukai kegiatan itu, baginya melihat koleksi foto Tama menjadi kegiatan yang menyenangkan akhir-akhir ini. Apalagi, saat melihat foto mereka berpelukan secara tidak sengaja yang ternyata di dokumentasikan oleh Doni, dia sempat berharap kalau hal itu benar-benar terjadi dengan status mereka yang berbeda. Tapi Ayuna sadar, itu adalah salah satu mimpinya yang mungkin tidak akan pernah menjadi kenyataan.
“Sudah selesai foto-fotonya?” seorang pria berbadan tambun datang menghampiri mereka berdua. Ayuna segera menyudahi kegiatannya lalu tersenyum sopan ke arah bapak itu.
“Ayuna, ya? Perkenalkan, nama saya Tomo, saya adalah pimpinan dari klub cosplay ini. Saya tahu banyak tentang kamu dari Tama, katanya,kamu fotografer yang berbakat.” Kata bapak itu seraya berjalan menuju ke sebuah bangku kayu panjang yang terletak di bawah pohon mangga, tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Ayuna melihat kode dari Tama untuk mengikuti Pak Tomo, Tama juga mendampingi Ayuna mengekori pria itu.
“Kak Tama terlalu melebih-lebihkan, saya hanya fotografer pemula, bahkan saya baru berencana untuk sekolah fotografer. Jujur, mendapat undangan dari bapak merupakan sebuah kebanggaan bagi saya. Ini untuk pertama kalinya saya mendapatkan tawaran sebagai dokumentalis.” Ayuna mengakui perasaan bangganya itu. Dia jujur dengan apa yang di rasakannya. Tama tersenyum, melihat rona bahagia yang terpancar dari wajah sahabatnya itu.
“Saya suka sekali kejujuran Kamu. Jangan salah, terkadang pemula justru bisa lebih profesional. Saya justru sangat senang bisa memberikan kesempatan untuk para pemuda berbakat seperti kamu ini supaya kemampuan kamu semakin terasah. Lagipula klub kami ini bukan klub besar, Kamu tidak perlu tegang atau memotret terlalu indah, asal jepret saja sudah cukup.” Pak Tomo sengaja memberikan kelonggaran,tetapi dia tahu, Ayuna bukan tipe yang mudah meremehkan pekerjaan. Dia bisa melihat kesungguhan Ayuna dari caranya berbicara.
“Bapak tidak boleh memanjakan saya, karena ini kesempatan pertama saya, saya pasti akan melakukannya semaksimal mungkin. Saya tidak ingin mengecewakan Bapak.” Ayuna sadar dengan apa yang di ucapkannya, dengan kalimat yang di katakannya itu, sebuah beban sudah terpikul di pundaknya, dia akan bekerja dengan serius. Salah satu alasannya, tentu saja dia tidak ingin mengecewakan Tama yang sudah merekomendasikannya.
“Terima kasih banyak, Ayuna. Saya ucapkan, selamat datang dan selamat bergabung. Semoga kamu betah bekerja bersama kami. Kamu tidak perlu sungkan dengan kami semua. Semua anggota klub adalah keluarga, dan kamu juga termasuk bagian dari kami.” kata Pak Tomo ramah. Ayuna sudah bisa membayangkan, bagaimana enaknya saat dirinya nanti bergabung dengan klub cosplay Tama, Ayuna semakin antusias bergabung bersama mereka.
“Saya juga berterima kasih banyak, karena Bapak sudah memberi saya kesempatan untuk bergabung dengan klub cosplay ini.” ujar Ayuna penuh hormat.
“Berterima kasihlah pada pacarmu itu, karena dia yang memberitahu soal kamu ke saya.” Ayuna bisa melihat dengan jelas, mata Pak Tomo melirik ke arah Tama.
“Tapi, kami berdua tidak pacaran, Pak.” Ayuna mengklarifikasi klaim dari Pak Tomo tentang hubungannya dengan Tama.
“Kalau tidak, berarti belum. Tapi, Saya bisa melihat, kalau kalian ini sangat cocok. Saya yakin, suatu hari kalian pasti jadian. Kalian sangat serasi. Kalau begitu, saya mau mengecek kesiapan anggota yang lain. Kalian silahkan melanjutkan perbincangan.” Pak Tomo pergi sebelum Ayuna kembali menyangkal ucapan lelaki itu.
“Kamu tidak perlu ambil hati dengan perkataan Pak Tomo, beliau suka berkata asal. Dia suka menjodoh-jodohkan siapapun, tapi terkadang beneran kejadian.” celetuk Tama. Seandainya, itu juga terjadi pada kita, batin Ayuna. Tapi mimpi tetaplah mimpi. Ayuna tidak ingin terbuai.
“Memangnya, Kakak tidak pernah menceritakan kepada mereka kalau Kakak memiliki pacar?” Ayuna mendadak ingin mengetahui itu. Tama menggeleng.
“Aku tidak menceritakan Nada ke semua orang. Aku juga tidak tahu kenapa, bisa menceritakan tentangnya kepadamu. Mungkin karena aku merasa sangat nyaman saat bicara denganmu, jadi aku bisa menceritakan apa saja tentang kehidupanku.” Nadira senang mendengarnya. Dia merasa lebih dekat dengan Tama. Bisa mendengar cerita dan juga keluh kesahnya sudah membuat wanita itu sangat bahagia.
Terkadang, Ayuna berpikir picik. Seandainya dirinya bertemu dengan Tama lebih dulu daripada Nada, pasti dirinyalah yang akan mendapatkan perlakuan istimewa dari lelaki itu, mendpatkan cintanya dan juga merasakan kasih sayangnya. Ayuna sering tertawa dan mengumpat dirinya sendiri, mengapa dia bisa berpikiran sekonyol itu. lagipula, jika pemikirannya itu benar menjadi kenyataan, belum tentu, Tama akan tertarik padanya, buktinya, sekarang pun, Tama tidak tertarik sedikit pun padanya, setidaknya itu yang dia tahu.
Perasaan cintanya tak jarang membuat Ayuna cemburu. Dia merasa iri saat Tama membicarakan wanita yang di cintainya itu. Ingin rasanya menutup telinga, tetapi itu tidak mungkin. Ayuna terpaksa mendengar semua cerita Tama, yang terkadang membuatnya menitikkan air mata di tengah malam, merasa dewa cinta tidak adil kepadanya, hingga membuatnya terkurung dalam tembok bernama, cinta dalam diam.
Tapi Ayuna selalu sadar, di mana posisinya. Dia berhak mencintai Tama, tetapi lelaki itu tidak berkewajiban membalas cintanya. Setidaknya, dengan menjadi sahabat lelaki itu, Ayuna masih bisa merasakan sedikit perhatian yang di berikan olehnya. Sapaan selamat pagi, di beri semangat untuk melakukan aktivitas, di ingatkan makan, itu sudah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi gadis itu. Dia tidak ingin menjadi serakah lalu kehilangan apa yang telah dia dapatkan selama ini dari Tama.
“Wah, terima kasih, Kak Tama. Aku jadi merasa spesial.” Ayuna tertawa kecil.
“Tentu saja kamu spesial, kamu kan sahabat aku, Ayuna.” ya, memang sahabat, dan selamanya mungkin akan tetap begitu.
“Aku sangat beruntung bisa jadi sahabat Kakak. Mulai hari ini dan seterusnya kita adalah sahabat yang akan saling mendukung, saling perhatian dan saling menyayangi satu sama lain.” Ayuna menyodorkan jadi kelingkingnya, dia ingin mengulang cara bersahabat saat dirinya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Meskipun awalnya tertawa, akhirnya Tama mau menautkan jari kelingkingnya.
“Ayo, aku kenalkan ke yang lain. Mereka pasti sudah selesai menyiapkan tenda.” Tama berjalan lebih dulu, Ayuna yang berada di belakang Tama diam-diam mengambil foto punggung lelaki itu.Hari ini, dia memiliki beberapa foto yang bisa di tempelnya di buku diari. Hanya di dalam sana, Ayuna bisa bebas mengakui perasaannya, merasakan Tama benar-benar sebagai kekasihnya, meskipun setelah mengakhiri tulisannya, Ayuna kembali merasa sendiri. Terpenjara dalam cinta yang tak dapat memiliki.
Ayuna terkadang menangis, melepaskan beban perasaan yang mulai di rasanya terlalu berat. Terkadang, gadis itu merasa bersalah karena membiarkan perasaannya tumbuh subur begitu saja. Hanya saja, Ayuna tidak bisa berbuat apapun selain pasrah. Semakin dia mencoba melupakan, perasaannya terhadap Tama semakin tampak sangat nyata. Hal terbaik yang Ayuna lakukan adalah, berdamai dengan keadaan, bahagia saat Tama tersenyum, bahagia menerima kenyataan bahwa lelaki itu tidak pernah dapat di miliki olehnya.
Setelah Ayuna berkenalan dengan semua anggota cosplay, mereka semua pun tampil. Acara amal berjalan meriah. Banyak sekali donatur yang tertarik untuk memberikan sumbangan. Mereka berencana menyumbangkan semua penghasilan hari ini untuk korban banjir di Jakarta beberapa hari lalu. Ini bukan pertama kalinya, setiap ada bencana, sejak awal mereka berdiri, mereka selalu mengadakan acara amal seperti yang mereka lakukan hari ini. Pak Tomo sangat menyukai hasil foto Ayuna, dan memberikan tip lebih, tetapi Ayuna memilih menyumbangkan semua tip yang di dapatkannya untuk korban banjir.