Aira terbangun di pagi yang cerah, pemandangan pertamanya ketika membuka mata adalah wajah Andri. Aira menatap wajah suaminya sekilas, lalu dia beranjak menuruni ranjangnya. Dia berjalan menuju ke adah jendela kamar yang masih tertutup gorden. Aira menyibak kain yang menutupi jendela dengan dapat. Seberkas cahaya menyinari seluruh ruangan. Cahaya temaram mulai terlihat samar-samar. Aira segera menghampiri sang suami. “Kak, sudah mau terang. Buruan bangun!” bisik Aira tepat di samping telinga Andri. Pria itu hanya menggeliat, lalu dia kembali mengarungi mimpinya lagi. Aira hanya berdecak kesal. Seolah ingin mengumpat, namun sayangnya pria yang terlelap itu adalah suaminya. Bagaimana bisa dia mengatai yang tidak-tidak. “Kek, kalo kamu nggak bangun juga. Aku pagi ini pulang ke rumah!” an