"Tumben-tumbenan lo ajak kita kesini. Ada apa nih?"
Adrian melongos saja dan tidak menjawab pertanyaan dari Noah. Tujuannya saat ini bukanlah untuk bersenang-senang seperti yang sedang Noah lakukan. Tujuannya kesini adalah untuk mencari tunangannya yang nakal yang sedang merajuk. Adrian dan Sidney mengalami pertengkaran kecil yang membuat Sidney merajuk dan mengancam akan pergi ke klub malam. Adrian kira itu hanya gertakan saja. Sidney tidak pernag ke klub malam lagi sejak Adrian melarangnya. Namun, Adrian salah mengira. Ketika laki-laki 30 tahun itu sedang makan malam, Sidney mengirim gambar dirinya yang sedang berada di klub malam. Maka dari itu dia mengajak kedua temannya untuk menemaninya malam ini.
Adrian mengajak kedua temannya bukan tampa alasan. Karena Adrian tahu, Sidney berada di klub malam bertiga dengan sahabatnya. Sebelum kesini, Adrian menghubungi nomor Sidney namun tidak dijawab. Kemudian ketika menghubungi sekretarisnya, yang mengjawab panggilannya adalah Milan. Milan dengan suara seraknya memberi tahu bahwa mereka bertiga mabuk. Karena itulah dia mengajak kedua temannya.
Mata Adrian menatap pada tunangannya yang masih asik berjoget di lantai dansa. Kemudain langkahnya menuju Sidney yang wajahnya sudah memerah. Tunangannya itu pasti mabuk berat. Menarik tunangannya kedalam pelukannya kemudian Adrian menyeret tunangannya itu dari lantai dansa. Saat berjalan, matanya menangkap kedua sahabat Sidney yang sudah tak sadarkan diri di atas sofa.
"No, tolong antar Caramel pulang. Dia mabuk."
Noah yang sedang menggoda wanita cantik di atas bar, menoleh kemudian terkejut atas perintah sahabat brengseknya itu.
"Apa lo bilang? Antar si beruang? Ogah! Suruh si Regen" Tolak Noah secara terang-terangan. Siapa juga yang mau berurusan dengan beruang satu itu. Ditambah lagi sedang mabuk.
"Regen sudah antar Milan pulang."
"Gue aja yang antar Milan. Regen antar Caramel."
"Regen sudah keluar dari klub Bersama Milan. Antar Caramel pulang." Setelah mengatakan itu, Adrian keluar dari sana dengan Sidney yang meracau di gendongannya. Sedangkan Noah, masih asik merutuki sikap Adrian yang seenaknya sendiri.
Dengan hati yang amat berat, Noah meninggalkan wanita cantik yang sedang berbincang dengannya dan mendatangi tempat dimana si beruang pemabuk sudah tidak sadarkan diri di atas sofa. Siapa yang mau gendong kalau begini caranya. Noah ogah! Dilihat dari jauh saja Noah sudah membayangkan berapa beratnya Caramel. Bisa encok pinggangnnya nanti.
Menghembuskan napasnya kesal, Noah mendekat pada Caramel kemudian mengguncangkan tubuh besar itu.
"Bear! Bangun! Tidur di rumah sana!"
Tidak ada tanggapan sama sekali dari si beruang pemabuk itu. Dengan berat hati, Noah mengangkat tubuhnya. Sambil dalam hati berdoa agar pingganggnya tidak encok. Tapi ternyata Caramel tidak seberat yang dia kira. Buktinya, pinggang Noah baik-baik saja saat mereka masuk ke dalam mobil.
Dilihat-dilihat, sebenarnya si beruang ini tidak jelek. Hanya saja tubuhnya terlalu besar untuk ukuran seorang wanita. Andai saja si beruang ini mau diet dan mengecilkan tubuhnya, Naoh pasti tidak akan sering-sering mengejeknya.
Noah dan Caramel sudah kenal lama. Pertemuan pertama mereka adalah saat pertama kali Noah mengejek tubuh besar Caramel saat dia melihat Caramel duduk di kursi sekertaris Adrian. Noah hanya tidak menyangka saja Adrian mau memperkerjakan Caramel sebagai sekretarisnya.
Menurut Noah, Caramel itu benar-benar beruang. Bukan hanya karena tubuh besarnya, tapi Noah pernah secara tidak sengaja membaca buku harian Caramel yang tertinggal di mejanya. Di sana tertulis bahwa gadis itu bercita-cita untuk tinggal di Alaska. Mambaca Alaska, yang langsung terlintas dipikirannya adalah beruang kutub yang besar-besar. Cocok sekali kalau Caramel mau tinggal di sana. Sejak saat itu, Noah memanggil Caramel dengan sebutan Bear, beruang.
Caramel tidak marah. Karena selain sudah biasa, Caramel memang menyukai beruang. Baginya beruang adalah makhluk sepertinya. Sama-sama penyendiri dan ingin sendiri. Tidak salah juga Noah membayangkan Alaska adalah tempatnya para beruang. Karena selain melihat northen light yang indah, tujuan utama Caramel kesana karena ingin dekat dengan beruang.
Selain keinginannya untuk tinggal di Alaska, Noah menemukan catatan lain pada buku harian gadis itu. Di sana tertera bahwa Caramel menyukai Noah pada awalnya. Kemudian merasa menyesal telah menyukai makhluk b******k macam Noah yang berganti perempuan seperti berganti baju. Itulah yang menyebabkan Noah merasa terusik. Noah terusik dengan tulisan Caramel yang menyebutnya makhluk b******k. Padahal dia sudah banyak mendengar kata tersebut. Hanya saja ketika Caramel yang menyebutnya, Noah tidak suka. Noah menganggap dirinya lebih baik daripada si beruang itu.
Tidak hanya disitu, kekesalan Noah bertambah pada Caramel ketika wanita itu memasang sikap defensif seakan-akan Noah adalah laki-laki yang harus dihindari. Padahal siapa juga yang mau berdekatan dengan perempuan itu. Bahkan Noah tidak pernah memikirkan untuk merayu si beruang sama sekali. Karena sikap Caramel yang seperti itu, Noah selalu saja memperlakukan Caramel dengan ketus dan jutek. Dia hanya ingin menunjukkan, walaupun Noah selalu berganti wanita, Caramel bukanlah salah satu wanita yang akan Noah lirik.
Sikap Noah yang seperti itu juga yang membuat Noah dan Milan tidak akur. Padahal awal melihat Milan, Noah sudah memiliki niat untuk mendapatkan gadis itu. Namun Milan yang secara terang-terangan memusuhinya membuat Noah enggan berurusan dengan perempuan galak macam Milan. Padahal dia hanya bersikap buruk pada Caramel. Tapi Milan menganggapnya adalah musuh yang harus dibasmi. Menyebalkan.
***
Noah menatap Caramel yang terlelap damai di atas ranjangnya. Iya, ranjangnya. Kalian tidak salah baca. Bukan Noah sengaja. Hanya saja, dia tidak tahu dimana tempat tinggal si beruang. Jadilah dia membawanya ke apartemennya. Dan kebetulan lagi, Noah hanya memiliki satu kamar tidur. Dikarenakan Noah masih memiliki hati nurani, Noah membawa beruang pemabuk itu di atas ranjangnya.
Noah melihat Caramel menggeliat. Tak lama, matanya terbuka. Noah masih terdiam memerhartikan Caramel yang membuka kedua matanya lalu duduk di atas ranjangnya dan menatap Noah dengan matanya yang sayu. Wajah gadis itu yang memerah entah mengapa membuat Noah merasa bahwa Caramel ini tidak jelek. Tidak jelek loh ya, bukan cantik. Baiklah. Caramel cantik.
"Noah?" Caramel memanggil namanya. Sedangkan Noah masih diam memerhatikan.
"Noah? Kamu Noah ya?" kemudian gadis itu tertawa. Si beruang ini benar-benar mabuk.
Noah terkejut. Tiba-tiba saja Caramel memajukan wajahnya dan mencium bibirnya secara brutal. Astaga! Apa yang terjadi! Dan mengapa pula Noah membalas ciumannya?
***
Noah merasa terusik ketika cahaya memasuki indra penglihatannya. Lalu suara bising juga tak luput mengganggunya. Belum lagi jeweran di telinganya yang membuat kupingnya terasa pedih. Dengan berat hati, Noah membuka matanya. Saat itu juga, matanya membulat. Tatapannya jatuh pada si Mami yang tangannya masih asik bertengker di telinganya. Malah manambah kuat menjewer telinganya. Membuat Noah memekik keras.
"Sakit Mami! Apaan sih! Kenapa aku dijewer gini pagi-pagi. Sakit!"
"Bangun kamu anak nakal! Pakai baju kamu dan keluar dari kamar! Cepat!" Rika berteriak memerintah putra bungsunya. Wanita paruh baya itu dikejutkan dengan kelakuan putranya pagi-pagi seperti itu. Bagaimana tidak terkejut, saat membuka pintu kamar putranya, Rika mendapati putranya tengah memeluk seorang perempuan tanpa pakaian sehelaipun.
Setelah si mami keluar, Noah masih mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi di sini. Mengapa maminya bisa masuk ke kamarnya pagi-pagi seperti ini dan marah-marah. Mengapa juga, dia bisa telanjang bulat di kasurnya pagi-pagi. Padahal Noah tidak pernah membuka pakaiannya ketika tertidur. Apa yang sebenarnya terjadi tadi malam?
Tadi malam.
Astaga!
Noah ingat. Laki-laki itu mengingatnya. Kemudian pandangannya mengeliling untuk mencari keberadaan wanita yang semalam dengan sialan menggodanya itu. Menggodanya hingga Noah sampai lupa pada prinsipnya untuk tidak menyerahkan keperjakaannya pada sembarang orang begitu saja. Apalagi dengan si beruang itu! Astagah! Lagipula, walaupun Noah sering nakal dan berganti perempuan seperti berganti pakaian, Noah tidak pernah sejauh tadi malam. Dia belum pernah sampai pada taraf ini sebelumnya. Sial! Si beruang menang banyak!
***
Caramel masih terdiam sembari menunduk di tempatnya. Dia masih tidak berani menatap mata wanita paruh baya di depannya. Setelah ke gep tadi pagi dengan tiba-tiba seorang wanita paruh baya yang cantik memasuki kamarnya, Caramel kaget bukan main. Apalagi ketika dia mendapati dirinya berada di pelukan laki-laki tanpa sehelai benangpun, Caramel luar biasa terkejutnya. Kemudian perempuan itu langsung lari begitu saja menuju kamar mandi yang ada di kamar Noah dan memakai pakaian Noah yang untungnya pas di tubuhnya. Lalu saat akan kabur dari sana, wanita paruh baya cantik itu berhasil menghentikan langkahnya. Membuat Caramel hanya bisa menurut untuk duduk di sofa.
"Nama kamu siapa nak?" tanya Rika setelah berapa lama dia hanya memerhatikan perempuan di depannya. Mau berapa kali dilihat, Rika tidak melihat wajah perempuan nakal pada perempuan di depannya. Tapi kenapa bisa-bisanya perempuan ini tidur dengan putra nakalnya itu.
"Caramel, Bu," jawab Caramel pelan tanpa berani menatap wanita di depannya.
"Kamu kenal putra tante sudah berapa lama?"
"Lima tahun, bu. Tidak kenal secara pribadi. Saya hanya tau Pak Noah karena dia teman dan rekan bisnisnya pak Adrian. Saya sekretaris Pak Adrian." Caramel menjelaskan dan memberanikan diri melihat raut wanita paruh baya di depannya.
"Sekretaris Adrian?" tanya Rika bingung. Namun raut yang Rika berikan justu terlihat berbeda di mata Caramel. Caramel mengira Rika pasti menganggapnya bukan perempuan benar.
"Maaf bu sebelumnya. Saya tidak ada niatan untuk menggoda Pak Noah. Semalam saya mabuk dan tiba-tiba saja pas terbangun saya ada di sana. Saya tidak tahu kenapa saya bisa ada di sana. Seingat sa—"
"Bohong mi! Si beruang itu goda aku duluan semalam! Eh beruang! Jangan playing victim di sini ya. Jelas-jelas lo yang cium gue duluan semalam." Noah datang kemudian memotong begitu saja ucapan Caramel dan menunjuk wajah perempuan itu penuh amarah. Enak saja si beruang itu berlaga seperti korban! Padahal jelas-jelas dia yang nerkam Noah duluan semalam.
"Noah! Bicara kamu seperti tidak berpendidikan!" Rika menghentikan putranya yang terlihat akan menyembur Caramel dengan amarahnya lagi.
"Tapi memang benar, Mi, si beruang itu yang goda aku duluan. Aku gak mungkin tertarik sama dia apalagi untuk godain si beruang."
"Kalau kamu gak tertarik kamu gak akan meniduri dia, Noah!"
"Mi! Kucing mana ada yang nolak dikasih ikan sih! Walau ikannya ikan buruk rupa kayak dia."
"Noah!"
"Mami kenapa jadi bela—"
Caramel menyela, "Maaf bu, sepertinya memang saya yang salah. Saya tida mau memperpanjang masalah ini. Saya minta maaf sudah membuat keributan pagi-pagi seperti ini. Permisi." Caramel bangkit dari duduknya kemudian berjalan cepat tanpa menghiraukan panggilan Rika di belakangnya.
Melihat kepergian Caramel, Rika semakin berang terhadap putranya. Dia tidak tahu jika putranya bisa berkata begitu jahat pada perempuan. Rika kira Noah adalah anak baik yang selalu menghormati semua orang. Tapi melihat perilakunya tadi pada perempuan tadi, Rika merasa kecewa.
"Mami kecewa sama kamu," ujarnya.
"Mi! Kenapa kecewanya sama aku? Jelas-jelas si beruang yang dulu—"
"Mami tidak menyangka kamu bisa bicara begitu kasar pada seorang perempuan."
"Mi! Harusnya mami marahnya sama si beruang itu. Bukan sama Noah. Aku kasar sama dia karena dia pantas diperlakukan seperti itu, mi."
"Kenapa dia pantas Noah? Karena dia gendut? Tidak seksi seperti perempuan-perempuan lain yang pernah kamu tiduri?"
"Mami!"
"Bagaimanapun dia, dia tetap perempuan Noah! Kamu baru saja merebut mahkota seorang perempuan dan bukannya minta maaf, kamu malah maki-maki dia. Pokoknya mami gak akan mau bicara sama kamu kalau kamu belum minta maaf dan dimaafkan sama dia. Satu lagi, kamu harus tanggung jawab karena sudah ambil kesuciannya." Rika bangkit begitu saja. Kemudian pergi meninggalkan tempat itu tanpa menoleh kembali pada putranya yang berteriak memanggilnya.
Noah mengumpat di tempatnya. Dia merasa tidak adil. Bukan hanya kesucian gadis itu yang raib. Tapi kesuciannya juga. Hanya saja Noah tidak bisa membuktikan kalau dirinya masih suci seperti yang gadis itu buktikan dengan darah di atas sprainya. Si beruang itu memang benar-benar makhluk bermasalah yang harus dibasmi secepatnya!