Perdebatan

1067 Words
Nick mencoba memberikan pengertian lagi kepada Sahara, berusaha membuatnya memahami situasi yang rumit ini. Dia ingin Sahara melihat betapa pentingnya tanggung jawab yang harus dia hadapi. "Sahara, aku juga tidak menginginkan semua ini. Kamu tahu bahwa aku juga menginginkan pernikahan kita. Tapi, andai aku tidak diselamatkan oleh gadis itu, apa mungkin aku akan berdiri di sini dan berdebat denganmu? Bisa jadi aku sudah tidak ada, atau aku akan bernasib seperti wanita itu. Apakah kamu akan tetap bertahan di sisiku jika aku lumpuh dan tidak berdaya?" tanya Nick setelah menjelaskan panjang lebar. Sahara mencoba menanggapi argumen Nick, tetapi dia masih terjebak dalam pemikiran egoisnya. "Kamu hanya mencari alasan, Nick. Yang terpenting sekarang adalah kamu baik-baik saja dan ...." "Dan semua itu karena wanita itu. Dia yang sudah mengorbankan nyawanya untukku. Jika itu hanya masalah uang, aku bisa membayarnya. Tapi utang nyawa, tidak akan pernah bisa terbayar sampai kapan pun. Aku harap kamu mengerti, Sahara." Nick memotong perkataan Sahara, ingin membuatnya memahami dilema yang dia hadapi. Namun, Sahara masih terjebak dalam pemikiran egoisnya dan menolak untuk melihat situasi dari sudut pandang Nick. "Kamu ... kamu bisa membayar ganti rugi atau memberikan santunan seumur hidup. Aku tidak peduli. Tapi menikahinya? Tidak, aku tidak akan mengijinkan, Nick!" Teriakan Sahara menggema di antara mereka. Dia masih terlalu emosional dan sulit menerima realitas yang dihadapinya. Tanpa berkata apa pun, Sahara memutuskan untuk pergi sambil menangis. "Sahara, dengarkan aku dulu." Nick memanggil Sahara, dia merasa bingung antara mengejar Sahara atau kembali ke ruang rawat Bellova untuk melanjutkan pembahasan tentang tanggung jawab yang dia ingin ambil. Dia tahu bahwa keputusannya akan mempengaruhi hubungan mereka dan masa depan yang mereka impikan. Dalam kebimbangan, Nick memutuskan untuk kembali masuk ke ruang rawat Bellova. Dia merasa bahwa dia harus menyelesaikan pembicaraan tersebut sebelum mencari Sahara dan mencoba membuat Sahara mengerti dan menerima keputusannya meskipun dia sadar itu akan menyakiti Sahara. Nick memasuki ruangan dengan hati yang berat, siap untuk melanjutkan pembahasan yang rumit dengan Bellova dan keluarganya. "Sudah selesai pembicaraannya? Jadi masih mau lanjut? Sementara Anda sudah bertunangan?" tanya Bellova tajam. "Bagaimana jika aku bilang lanjut? Apa kamu percaya?" tanya Nick balik. "Sudahlah, sebaiknya jangan memberikan harapan palsu. Saya tidak ingin dikasihani, saya juga tidak ingin dicap sebagai perebut pacar orang. Sebaiknya Anda pergi dari sini," ujar Bellova mengusir Nick. Nick menatap tajam Bellova, dia tidak beranjak sedikitpun meski di usir. Dia sudah bulat akan menikahi Bellova, sebagai rasa tanggung jawab dan juga membalas utang nyawa. Bellova juga menatap Nick, seolah keduanya saling menantang. "Aku tidak akan pergi, aku akan bertanggung jawab sepenuhnya seperti permintaanmu. Bukan dasar rasa kasihan, tapi rasa terima kasih. Mungkin jika kamu tidak menyelamatkanku, sekarang aku yang ada di ranjang pasien itu. Atau mungkin malah di dalam kuburan, jadi aku tidak akan merubah keputusanku." "Bell, kamu jangan menolak lagi, Nak. Tuan Nick terlihat tulus, lagipula apa yang hendak kamu lakukan dengan kondisimu sekarang. Kami belum tentu bisa mengurusmu dengan baik, tapi tuan Nick pasti akan merawatmu dengan baik." Papa Bellova tiba-tiba ikut menimpali dan membujuk Bellova untuk menerima Nick. Bukan tanpa alasan, Robert memiliki tujuan lain dengan pernikahan Bellova dan Nick. Dia merasa bisa mengambil keuntungan dengan hal itu, itulah yang menjadi alasannya untuk mendukung putrinya menikah dengan Nick. "Apa, Pa? Maksud Papa aku hanya akan jadi beban gitu? Aku tidak menyangka Papa akan mengatakan hal itu, aku pikir Papa akan membelaku. Tapi malah memihak padanya," ucap Bellova menuding papanya. "Bukan begitu, Bell. Kamu bukan beban, hanya saja kami merasa jika kamu akan lebih baik jika di rawat tuan Nick. Beliau berutang nyawa pasti beliau akan merawatmu sepenuh hati, jadi jangan salah sangka." "Sudah, kalian tidak perlu berdebat. Pokoknya aku akan tetap menikahimu, saat kamu keluar dari rumah sakit kita akan menikah. Tapi aku tidak bisa menjanjikan pesta mewah, kamu pasti paham alasannya. Aku tidak ingin seumur hidup, aku hidup dengan merasa bersalah karena kondisimu. Anggap saja ini adalah bayaran atas hidup kedua yang kamu berikan padaku," tegas Nick menengahi ayah dan anak itu. Bellova terdiam, dia berada dalam dilema. Dia tau jika papanya tidak terlalu menyayanginya, karena suatu alasan. Jadi dia sadar, jika papanya merasa jika dia hanya akan jadi beban. Dan mamanya, seumur hidup hanya bisa menuruti ucapan papanya. Karena kesalahan dimasa lalu, itu kenapa Bellova seperti sedang memegang buah simalakama. "Sebaiknya kalian keluar, aku ingin istirahat." Bellova mengusir mereka dan langsung memiringkan kepalanya mengarah ke arah lain. Semua orang kembali keluar, mama Bellova kembali menutup tirai yang terbuka. Tanpa ada yang tau, jika saat ini Bellova sedang menangis. Air matanya sudah tidak bisa terbendung lagi, dia benar-benar merasa hancur tapi dia juga tidak ingin. menyesali apa yang sudah dilakukannya yaitu memutuskan menyelamatkan Nick. Setelah berbicara sebentar dengan orang tua Bellova, akhirnya Nick pamit untuk pulang. Setibanya di rumah, kedua orang tua yang selama ini tinggal terpisah dengannya berada di rumahnya. Nick sudah menduga apa yang akan dibicarakan kedua orang tuanya. "Nick, apa-apaan kamu. Kenapa kamu ingin menikahi wanita lain? Kamu lupa kamu sudah bertunangan, apa yang harus papa katakan pada orang tua Sahara. Kamu bisa merusak hubungan baik kita," ucap Markus papa dari Nick. "Apa Sahara sudah mengadu? Artinya Papa dan Mama juga tau kalau aku masih berada di sini karena wanita itu menyelamatkanku. Jika tidak mungkin kalian akan kehilangan putra, jadi tidak ada yang bisa merubah keputusanku. Lagipula aku sudah dewasa, aku bisa mengambil keputusan sendiri. Soal orang tua Sahara, Papa tidak perlu khawatir. Aku yang akan bicara langsung pada mereka," sahut Nick menjelaskan alasannya. "Tapi, Nick. Kamu dan Sahara itu sudah bertunangan, apa kamu pikirkan hancurnya perasaan dia?" "Aku tahu, Pa. Aku juga hancur, tapi wanita itu lebih hancur karena harus lumpuh seumur hidup. Sahara memang akan terluka, tapi percayalah waktu akan mengobatinya. Jadi kalian tidak perlu mencemaskan yang tidak perlu, sudah aku lelah aku ingin istirahat." Nick langsung berbalik begitu selesai bicara, membuat Markus kesal. "Nick! Papa belum selesai bicara!" "Sudah, Pa. Percuma bicara saat ini, dia dalam kondisi emosional. Dia juga pasti masih shock, karena baru lepas dari Kematiannya. Dia benar jika bukan karena wanita itu, mungkin kita tidak akan memiliki putra lagi. Ayo sebaiknya kita pulang dan berikan Nick waktu," tutur mama Nick menasehati suaminya. Dengan berat hati akhirnya Markus menuruti sang istri, mereka keluar dari rumah Nick untuk pulang ke rumah mereka sendiri. Sementara di kamarnya, Nick berbaring dengan tatapan kosong menatap langit-langit kamar. Dia tidak tahu apakah keputusannya sudah benar atau tidak, tapi sebagai laki-laki dia harus bertanggung jawab atas semua yang menimpa Bellova.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD