Dirias Khusus

1226 Words
Dua hari kemudian, Nick benar menepati ucapannya untuk mengajak Bellova pergi. Setelah kursi roda barunya datang, kemarin beberapa barang branded benar-benar masuk ke dalam walk in closed. Meski tidak pernah membelinya, Bellova tau jika harga untuk tas dan segala macam barang itu cukup fantastis. Hari ini, sore harinya setelah Bellova selesai membersihkan diri. Sally memberitahunya jika seorang penata rias datang ke rumah itu untuk merias Bellova. Bukannya senang Bellova malah kesal dengan ulah Nick itu. "Kenapa harus pakai penata rias segala sih, aku juga bisa berdandan kalau hanya untuk pergi ke acara jamuan." Bellova menggerutu kesal, membuat Sally tersenyum. "Mungkin tuan Nick ingin Anda tampil berbeda, itu kenapa beliau sampai memanggil penata rias. Banyak wanita yang ingin diperlakukan seperti itu, Nona. Diperhatikan sampai ke penampilannya," ucap Sally. "Itu menurutmu, aku malah tidak suka. Kesannya berlebihan menurutku," jawab Bellova. "Jadi ini mau saya suruh masuk atau tidak, Nona?" tanya Sally. "Ya karena sudah terlanjur dia ke sini suruh saja masuk, kalau dia bilang tadi pagi pasti aku akan menolaknya.' "Baiklah kalau begitu saya panggil ya, Nona." Bellova mengangguk, Sally kembali berjalan ke arah pintu. Bertepatan dengan Alena yang masuk ke kamar itu, dia habis membersihkan diri bergantian dengan Sally tadi. "Dia siapa, Kak Sally?" tanya Alena. Alena memang disuruh Sally memanggilnya begitu, awalnya Alena memanggil dengan Asisten Sally membuat Sally tidak nyaman. Dan akhirnya panggilan itu yang dipilih Alena untuk Sally. "Orang yang akan merias nona Bell, tuan yang memintanya ke sini. Ayo silahkan masuk," ucap Sally. "Wah, tuan sangat mengistimewakan nona Bell. Sampai-sampai memang Gil penata rias untuk nona," ucap Alena. "Hust, nona tidak senang dengan itu." Sally berbisik pada Alena, karena tau Bellova tidak senang. "Memangnya kenapa, bukankah itu istimewa. Seorang suami yang memperlakukan istrinya seperti seorang ratu," jawab Alena. Sally tidak menjawab karena mereka semakin dekat dengan Bellova, penata rias memperkenalkan dirinya. Bellova hanya bisa tersenyum hambar, karena kedatangan penata rias itu tidak diinginkannya. "Mau di sini saja diriasnya, Nona?" tanya penata rias. "Iya di sini saja, tidak apa-apa, kan?" tanya Bellova. "Tidak masalah, Nona." Penata rias tersenyum lalu mulai mengeluarkan peralatannya, Alena dan Sally menunggu di sofa kesempatan bagi Alena membicarakan yang tadi. "Menurut Kak Sally, kenapa nona tidak suka diperlakukan seperti ratu?" tanya Alena. "Kadang bagi sebagian orang, diperlakukan seperti ratu adalah hal istimewa. Tapi bagi yang lainnya, itu seperti belenggu yang membuat mereka tidak bisa melakukan apapun lagi. Semakin berusaha ingin lepas, maka ikatan itu akan semakin kuat. Mungkin itu yang dirasakan nona Bell," jawab Sally. "Oh benar, aku pernah bekerja di salah satu tempat. Dia benar-benar tidak boleh keluar, harus selalu di rumah. Padahal dia normal, hanya saja dia bahkan tidak boleh mandi sendiri. Semua harus dilayani tapi dia tidak boleh keluar sama sekali," ucap alena. "Ya seperti itulah, tapi sebenarnya tuan tidak terlalu begitu. Hanya saja mungkin kondisi nona yang membuat nona berpikir seperti itu," ujar Sally. "Andai nona normal, mungkin nona akan seperti ratu sungguhan dengan perlakuan tuan Nick." "Hust, kamu harus mengontrol ucapanmu. Kalau sampai nona dengar kalau tidak marah ya nona akan sedih, jadi jangan asal bicara. Nona bersikap baik sama kita aja sudah cukup," ucap Sally mengingatkan. "Iya, Kak. Aku memang suka keceplosan kalau bicara, ayo kita lihat nona. Mungkin sudah hampir selesai," ujar Alena beranjak dari duduknya. Keduanya langsung mendekat ke arah Bellova, pujian terlontar dari bibir keduanya. Saat melihat Bellova yang sudah hampir selesai dirias, karena memang dia terlihat sangat cantik. "Sudah hampir selesai, apa mau diambil gaunnya?" tanya Sally. "Tidak usah, nanti aku ganti di sana saja." Bellova langsung menyahuti karena tidak mau berganti pakaian di sana. "Sebentar lagi selesai, tinggal rambutnya saja. Mungkin nona mau ganti pakaian dulu baru saya tata rambutnya, supaya tidak rusak lagi." "Iya, biar saya ganti dulu pakaiannya. Saya juga butuh ke kamar mandi sebentar," sahut Bellova. Penata rias menyelesaikan riasannya, barulah setelah itu Bellova menuju ke kamar mandi sebelum akhirnya berganti gaun. Meskipun tidak bisa berjalan, tapi kecantikan Bellova tidak pudar karenanya. Dia masih terlihat cantik dan anggun, apalagi penata riasnya cukup mahir merias wajah Bellova sehingga semakin terlihat cantik. "Bagaimana?" tanya Bellova setelah keluar. "Cantik, Anda sangat cantik sekali Nona. Oh ya, tasnya tidak sekalian di pakai?" tanya Alena. "Ya ampun hampir saja lupa, bisa kamu ambilkan?" tanya Bellova. "Siap, Nona. Akan saya pilih yang sesuai dengan gaunnya," sahut Alena dan masuk ke walk in closed. Penata rias merapikan rambut Viona, menatanya agar sesuai dengan riasan dan gaunnya. Alena keluar dengan tas yang berwarna senada dengan gaunnya. Dia pun memberikan pada Viona, "Ini, Nona. Pas kan dengan gaunnya?" tanya Alena. "Iya, sangat cocok dengan gaunnya. Letakan saja di sana," ucap Bellova. Penata rias menyelesaikan tugasnya, dengan sentuhan ahlinya Bellova semakin terlihat cantik. Rambut yang ditata sedemikian rupa, sangat cocok dengan bentuk wajah dan riasan Bellova. "Baiklah karena sudah selesai, saya permisi dulu ya, Nona. Nanti tinggal di hapus saja pakai yang saya bilang tadi," ucap penata rias hendak berpamitan. "Iya, saya ingat kok. Terima kasih ya," ujar Bellova tersenyum. Penata rias berlalu dari kamar Bellova, Alena memuji Bellova yang sangat cantik menurutnya. Bellova tersenyum malu, lalu menatap dirinya sendiri di cermin. "Andai aku tidak cacat, pasti aku akan terlihat luar biasa. Sayangnya aku hanya bisa duduk di kursi roda, mengurangi daya tarikku meskipun dirias sebagus ini." Bellova mengungkapkan kesedihannya, karena kondisinya yang seperti saat ini. "Jangan bicara begitu, Nona. Anda terlihat luar biasa cantik, bukan hanya dari paras Anda saja. Tapi karena Anda memiliki hati yang baik, makanya kecantikan dari dalam Anda keluar. Membuat Anda terlihat sangat bercahaya," sahut Alena. "Kamu berlebihan memujinya, belum tentu itu yang akan dipikirkan orang lain. Sudah aku telepon asisten Sean dulu, menanyakan kapan mereka menjemput." "Nona, apa saja juga ikut?" tanya Alena. "Aku juga tidak tau, nanti aku tanyakan Asisten Sean." Bellova pun meraih ponselnya, lalu menghubungi Sean yang langsung mengangkat panggilan dari Bellova. "Halo, asisten Sean. Aku sudah selesai di rias, berapa lama lagi kami menunggu?" tanya Bellova. "Kami sedang dalam perjalanan, Nona. Anda bisa turun dan menunggu, kita akan langsung pergi setelah kami sampai." "Terus apa Alena juga ikut?" tanya Bellova. "Sepertinya dia bisa istirahat dulu, karena menurut tuan cukup Sally saja yang ikut. Tuan tidak ingin mencolok dengan adanya perawat yang ikut," jawab Sean. "Ya sudah, kalau begitu kami turun." Bellova menatap Alena, lalu mengatakan apa yang diucapkan Sean tadi. "Tidak apa-apa, Nona. Saya akan istirahat saja nanti, semoga acaranya menyenangkan. Ayo kita turun saja!" ajak Alena. Mereka pun keluar dari kamar utama, lalu langsung turun dengan lift. Ketiga langsung ke ruang keluarga, menunggu kedarang Sean dan Nick. "Saya ganti pakaian dulu ya, Nona." Sally pamit untuk berganti pakaian. "Iya, sana ganti dulu pakaianmu. Lagian tidak tau masih berapa lama mereka sampai ke sini," ucap Bellova. Sally segera pergi, masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian. Tidak butuh waktu lama, Sally kembali keluar. Dengan blouse berwarna biru muda dan setelan berwarna hitam, membuatnya semakin terlihat berwibawa. Bellova memuji Sally, yang memang memiliki postur tubuh yang cocok menggenakan setelan itu. "Terima kasih, pujiannya Nona." Sally tersipu malu karena baru kali ini mendapatkan pujian dari bos tempat dia bekerja. Ayo kita ke ruang tamu, biar nanti kalau tuan Nick pulang. Jadi tidak usah masuk ke dalam dulu," ucap Bellova. Benar saja, tak berapa lama setelah mereka pindah di sofa depan. Bellova menolehkan menunggu siapa yang akan masuk, berharap itu adalah Nick yang masuk. Dia ingin melihat reaksi Nick saat bertemu, tapi saat melihat siapa yang masuk, Bellova terlihat kecewa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD