Bab 2. Kebohongan yang Menjebak

1202 Words
**Bab 2: Kebohongan yang Menjebak** Rachel duduk di ruang tunggu rumah sakit, menunggu dengan gelisah. Dia telah memberikan perawatan pertama kepada pria yang baru saja diselamatkannya, Daniel, seorang anggota mafia yang terluka parah dalam sebuah insiden. Sekarang, dia sedang menjalani operasi pengangkatan peluru di tubuhnya. Pintu ruang operasi terbuka, dan seorang dokter keluar. Rachel langsung berdiri, hatinya berdebar kencang. "Bagaimana keadaannya, dok?" tanyanya, berusaha menahan kegelisahan yang sejak tadi terus dipendamnya. "Operasinya berjalan dengan sukses. Dia akan baik-baik saja. Kami berhasil berhasil melepaskan pisau yang menusuk di perutnya dan untungnya pisau itu tidak mengenai ginjalnya," jawab dokter itu dengan senyum lembut. Rachel merasa lega. Dia tidak pernah berpikir bahwa tindakan impulsifnya semalam akan membawanya ke dalam situasi seperti ini. Dia berterima kasih pada dokter tersebut, lalu kembali duduk di kursi tunggu, menunggu pria asing itu bangun. Beberapa jam kemudian, pintu ruang perawatan intensif terbuka perlahan-lahan, dan Rachel melihat wajah tampan pria itu tertidur nyaman di ranjang, kulit wajahnya pucat, tapi warna bibirnya yang merah alami telah kembali. Rachel meneliti tiap senti wajahnya. Ia menyadari ketampanan pria itu, jantungnya berkhianat. Untuk pertama kalinya, dia merasakan debaran aneh di dadanya. Dulu ia pernah merasakannya saat bertemu dengan pujaan hatinya, tapi debaran itu tidak sekuat yang ia rasakan saat ini. "Dia butuh istirahat sekarang. Kamu bisa masuk sebentar, tapi jangan terlalu lama," kata salah seorang perawat kepada Rachel. Rachel mengangguk, lalu memasuki ruangan itu dengan hati-hati. Dia duduk di samping ranjang Daniel, menatap wajahnya yang tenang dalam tidur. Tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka, dan kedua orang tua Rachel masuk dengan wajah serius. Tak heran dengan kemampuan detektif orang tuanya yang entah bagaimana selalu berhasil melacak keberadaan Rachel, di mana pun ia berada. "Rachel, kau harus pulang sekarang," kata Lukas, tanpa basa-basi. Rachel terkejut. "Kenapa? Dan bagaimana kalian tahu aku ada di sini?" "Selama ini ibumu selalu memantaumu," jawab Lukas dingin. Rachel menggelengkan kepala, menolak. "Aku tidak akan pulang. Aku sudah bilang aku nggak mau menikah." "Apa kau tahu betapa besar maharnya? Kami tidak bisa melewatkan kesempatan ini, Rachel. Kau harus pulang dan menikahi Tuan Keanu," desak sang ayah. Rachel merasa pusing. Dia tidak pernah menduga bahwa orang tuanya akan menjualnya seperti ini. "Tapi mengapa kau begitu memaksaku? Apa yang membuat kau tega menjual putrimu sendiri?" tanya Rachel, matanya mencari jawaban. Ayahnya menghela nafas, seolah memberikan penjelasan terakhir. "Kami sudah menerima sejumlah uang sebagai mahar pernikahan, Rachel. Kami tidak bisa membiarkan kesempatan ini terlewat." Rachel terdiam, tidak percaya pada apa yang dia dengar. Hatinya hancur, tapi dia bersikeras menolak pernikahan tersebut. "Aku nggak akan menikah dengan Tuan Keanu, atau siapapun yang kau jodohkan," kata Rachel dengan tegas. Dia tahu dia harus kabur, tapi dia tidak tahu ke mana dia bisa pergi. Hidupnya berubah menjadi kekacauan dalam sekejap, dan dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. *** Daniel terbangun oleh suara berisik di kamarnya yang membuatnya terusik. Jelas ia sangat terusik oleh suara debat itu. Di sisi lain, rasa sakit mulai terasa di sekujur tubuhnya. Seakan-akan ia sedang dikuliti hidup-hidup. Dia mengerjapkan matanya perlahan, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Ketika matanya mulai fokus, dia melihat seorang wanita muda berambut coklat, memiliki garis khas aristokrat dan kearoganan yang persis dirinya. Jelas wanita itu bukan tipe wanita idamannya. Daniel menyukai wanita mungil yang lemah lembut. Sedangkan wanita satu itu, terlihat berapi-api dan penuh ambisi. Terlebih saat dia sedang berdebat dengan dua orang berambut putih yang memiliki kontur wajah yang mirip dengannya. Daniel bisa menduga kalau mereka adalah orang tuanya. Tentu saja Daniel tidak akan ikut campur urusan wanita asing itu. Lagipula di mana dirinya berada saat ini? Daniel baru menyadari situasinya. Terakhir kali ingatannya berputar pada dua pria asing yang menyeretnya keluar dari kafe, lalu... Daniel mencoba mengingat apa yang terjadi padanya, sayangnya kepalanya terasa begitu sakit saat ia mencoba mengingatnya. Daniel meringis sambil memijat kepalanya yang penuh dengan perban. Rintihan Daniel menarik perhatian wanita itu, "Kau sudah sadar? Apa yang kau rasakan? Kepalamu sakit?" Wanita itu melontarkan banyak sekali pertanyaan yang mungkin belum bisa Daniel jawab karena ia terlalu bingung dari mana dia harus menjawabnya. "Papa sedang bicara denganmu, Rachel!" seru Lucas pada putrinya. Ia mulai kehilangan kesabaran, karena Rachel terus mengabaikan perintahnya. "Tolong pelan kan sedikit suaramu, Papa. Kau bisa menganggu istirahat semua pasien di rumah sakit ini," tegur wanita yang diketahui bernama Rachel. "Papa nggak peduli dengan mereka! Yang Papa peduliin sekarang kamu pulang ke rumah dan menikah dengan Tuan Keanu. Titik!" Nada tegas dan memaksa jelas ditekankan oleh pria itu. "Rachel nggak mau nikah dengan Tuan Keanu, Papa." Rachel menolak tegas perintah papanya yang menurutnya terlalu menuntut dan penuh paksaan. "Kenapa? Memangnya apa yang kurang dari Tuan Keanu? Lelaki itu baik, dia kaya raya melebihi Papa, dia juga bisa membantu bisnis Papa. Wajahnya juga sempurna. Terus kamu mau cari laki-laki yang seperti apa lagi sih?" keluh Lucas. Sudah habis kesabarannya menghadapi kekeras-kepalaan putrinya yang persis dirinya. Rachel membisu seribu kata. Enggan untuk berkomentar lebih jauh. "Dulu, Papa sudah pernah jodohkan kamu dengan putra Tuan Patrick, tapi kau menolaknya karena merasa anaknya terlalu manja. Papa juga pernah mengenalkanmu pada William yang wajahnya setampan Tom Cruise, tapi kau juga menolaknya. Alasannya karena dia terlalu tampan. Sekarang apa lagi alasanmu menolak menikah dengan Tuan Keanu, hah?" "Satu, karena aku tidak mengenal Tuan Keanu. Dua, aku ini masih ingin mengejarnya karierku. Tiga, aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak aku cintai. Empat, pokoknya Rachel akak sebutkan seribu alasan mengapa Rachel menolak menikah dengannya." Lucas tertawa skeptis, "Alasanmu terlalu mengada-ada, Rachel. Lagipula, Papa dan Mama sudah tua sekarang. Umurmu juga sebentar lagi 28 tahun. Kapan kamu menikah dan menggendong bayi?" "Apakah itu salah satu alasan, Papa terus memaksaku menikah?" "Ya, tentu saja. Memangnya apalagi alasan orang menikah selain untuk memiliki anak?" Rachel seorang mendapatkan ide di kepalanya. "Kalau memang itu alasannya, Papa nggak usah khawatir. Aku sekarang sedang mengandung." Entah dari mana datangnya ide gila tersebut. Rachel sendiri bergidik ngeri mendengar mulutnya mengucapkan hal itu. "Apa?!?" Lucas terperangah tak percaya. Untung saja, jantungnya masih berdetak normal, kalau tidak ia mungkin sudah menghentikan laju jantungnya saat mendengar putrinya hamil sebelum menikah. "Siapa ayahnya?" Sorot mata Lucas menajam, suaranya dingin membekukan. "Tentu saja dia, siapa lagi kalau bukan dia. Lagipula untuk apa aku menunggu di sini kalau bukan untuk menolong ayah dari bayiku." Rachel berkata sambil berpura-pura memegangi perutnya yang masih datar. Lucas nyaris kehilangan tenaga. Lelaki tua itu terhuyung mundur ke belakang. Istrinya dengan sigap menopangnya, hingga ia masih tetap berdiri kokoh meski kenyataan menghentaknya. Kalau bukan karena efek obat bius yang sudah habis, Daniel mungkin akan terpingkal-pingkal mendengar drama keluarga yang konyol ini. "Kalau begitu, gugurkan bayi itu dan menikahlah dengan Tuan Keanu. Ini permintaan terakhir, Papa." Awalnya, Daniel berniat untuk merusak rencana wanita itu, tapi melihat kekejian pria tua itu yang tega menyuruh putrinya mengaborsi kandungannya membuat Daniel bertekad untuk memberinya pelajaran. "Tuan, apa kau ingin membuat putrimu menjadi seorang pembunuh?" Akhirnya Daniel angkat bicara, setelah ia meredam semua rasa sakitnya demi melindungi wanita asing ini. "Jangan ikut campur urusanku. Kau cuma orang lain di sini!" Daniel berjuang untuk memamerkan senyum liciknya. Bukan Daniel namanya, jika ia tidak membalas semua perlakuan keji lelaki itu. "Sayang sekali, aku harus mengecewakan Anda. Karena putri Anda sudah menikah dengan saya!" "Apa?!?" Wajah Lucas memucat. Kali ini ia kehilangan kata-kata. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD